Inibaru.id – Nggak hanya harga minyak goreng yang seperti nggak bisa dikembalikan seperti semula. Kini masyarakat mengalami masalah baru, yakni harga telur yang terus meroket. Di sejumlah tempat, ada yang sudah mencapai lebih dari Rp 30 ribu per kilogram. Apa yang terjadi?
Sebenarnya ya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) sudah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) telur ada di angka Rp 19 ribu sampai Rp 21 ribu per kilogram. Tapi, nyatanya, pada Senin (30/5/2022) ini, di Yogyakarta harga telur sudah mencapai Rp 28.500 per kilogram, Millens.
Pada hari yang sama, harga telur di Gorontalo ada yang menyentuh Rp 30.600 per kilogram. Empat daerah lain yang mengalami kenaikan harga telur sampai lebih dari Rp 30 ribu per kg adalah Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Bahkan, di Provinsi Papua, harganya tembus Rp 38.800 per kg.
Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi menyebut kenaikan harga telur sudah sulit dihindari. Sementara itu HET telur yang ditetapkan Kemendag sudah nggak relevan karena pemerintah nggak lagi melakukan evaluasi harga per empat bulan sekali.
“Sudah 26 bulan belum pernah dievaluasi. Ini adalah salah satu kekonyolan pemerintah juga… Harga dasar Rp 19-21 ribu itu di tingkat peternak sudah tidak masuk. Karena harga pakan yang dijual pabrikan pada peternak layer itu meningkat 24 persen,” Jelas Mesdi, Senin (30/5/2022).
Dia juga mengeluhkan harga jagung di Indonesia yang sudah naik 30 persen. Selain itu, bungkil kedelai impor juga meningkat harganya sampai 86 persen. Otomatis, harga pakan ayam petelur ikut-ikutan naik drastis, deh.
Diprediksi Bakal Terus Naik
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah Pardjuni yakin jika harga daging serta telur ayam ras bakal terus naik sampai pekan kedua Juni 2022. Soalnya, hal ini dipicu oleh efek domino menurunnya produksi sebelum Lebaran 2022 kemarin. Nah, sesuai hukum pasar, berkurangnya stok akan membuat harga naik.
“Wajar (harga naik) karena sebelum Lebaran kemarin banyak kandang kosong, peternak nggak produksi,” ungkap Pardjuni, Senin (30/5).
Menariknya, dia memprediksi kalau harga telur bisa kembali menurun usai 10 Juni nanti. Soalnya, peternak sudah mulai melakukan produksi dan akhirnya berimbas pada kembali normalnya stok telur di pasaran.
Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nusantara (PPRN) Alvino Antonio pun meminta pemerintah untuk mengendalikan harga pakan ternak jika memang ingin mengendalikan harga telur dan daging ayam di pasaran. Dia bahkan menuding ada pihak yang memainkan harganya.
“Kondisi perunggasan hampir mirip dengan minyak goreng. Diduga ada yang memainkan harga dengan dalil bahan baku pakan ternak di dunia naik,” keluhnya.
Duh, semoga saja harga telur yang semakin meroket ini bisa segera dihentikan, ya, Millens. (Lip, Cnb, Tir/IB09/E05)