Yang keluar sebagai "pemenang" dalam hal ini bukanlah Jokowi, melainkan&nbsp;Bashar al-Assad. Dia adalah mantan Presiden Syuriah&nbsp;yang pemerintahannya dinilai otoriter dan korup selama puluhan tahun, termasuk pelanggaran HAM berat seperti penggunaan senjata kimia.

Lalu, apa alasan Jokowi bisa masuk menjadi nominator pemimpin terkorup di dunia 2024? Salah satu sebab adalah lemahnya penanganan korupsi di era Jokowi. Selain itu, ada beberapa kebijakan strategis yang kontroversial yang dianggap kurang tranparan, memunculkan anggapan bahwa pemerintahannya cenderung melindungi oligarki.

OCCRP memang nggak memberikan alasan spesifik mengapa Jokowi menjadi finalis. Namun, OCCRP telah beberapa kali mengkritik pemerintahan Jokowi. Apa saja kritikannya?

UU MD3 atau Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD yang mengatur tugas, wewenang, dan keanggotaan keempat lembaga tersebut.

Revisi UU KPK yang meloloskan pengawasan KPK oleh badan pengawas dianggap sebagai upaya melemahkan independensi lembaga tersebut. Transparency International menyebut langkah ini dapat "mengancam upaya pemberantasan korupsi yang selama ini telah dihormati."

3. Kontroversi Pengelolaan Sumber Daya Alam (2021)

Laporan Greenpeace mengungkap dugaan korupsi dalam penerbitan izin perkebunan di Papua, yang seharusnya dilindungi oleh moratorium hutan. Izin-izin tersebut diberikan kepada perusahaan besar yang memiliki koneksi politik kuat.

Greenpeace juga melaporkan bahwa lebih dari 685.000 hektare hutan Papua telah diberikan kepada perusahaan, meskipun banyak di antaranya seharusnya dilindungi.

Melihat namanya masuk dalam daftar pemimpin yang melakukan kejahatan terorganisir, Jokowi buka suara.&nbsp;"Terkorup? Terkorup apa? Yang dikorupsi apa?," katanya dilansir dari Antara, Selasa (31/12/2024).

Jokowi meminta pihak yang mengklaim pernyataan tersebut agar membuktikannya. Menurut dia, saat ini banyak fitnah yang datang kepada dirinya.

"Sekarang kan banyak sekali fitnah. Banyak sekali framing jahat. Banyak sekali tuduhan-tuduhan tanpa ada bukti. Itu yang terjadi sekarang kan?" katanya.

Nah, menurut kamu, kabar ini mengejutkan nggak, Millens? Meski nggak mendapat predikat "terkorup", nama Jokowi yang masuk dalam nominasi pemimpin terkorup menarik untuk diperbincangkan lebih lanjut, ya? (Siti Khatijah/E07)&nbsp;

Inibaru.id - Nama presiden ke tujuh Republik Indonesia Joko Widodo masuk dalam daftar finalis "Person of The Year 2024" oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).&nbsp;OCCRP adalah organisasi investigasi global yang berfokus pada pelaporan kejahatan terorganisir dan korupsi. Penilaian mereka didasarkan pada data dari jurnalis, pembaca, serta jaringan global.

Kabar ini tentu menyita perhatian khalayak karena nama Jokowi bersanding dengan pemimpin dunia yang dianggap terkait dengan korupsi besar-besaran dan otoritarianisme. Nama-nama yang juga masuk dalam daftar serupa antara lain&nbsp;Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, hingga pengusaha India Gautam Adani. Mereka semua dinilai bertanggung jawab atas dampak negatif kebijakan mereka di negara masing-masing, terutama dalam kaitannya dengan kejahatan yang terorganisir.

Nama Presiden ke tujuh Indonesia Joko Widodo masuk dalam jajaran pemimpin terkorup&nbsp;oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP). Apa yang menyebabkan Jokowi bisa dinilai demikian?

Jokowi dalam Jajaran Tokoh Terkorup di Dunia

"Sudah disampaikan, berapa pun produksi gabah petani, berapa pun, produksi jagung akan dibeli oleh pemerintah," ungkapnya.

Pihaknya menginstruksikan bahwa pabrik-pabrik kecil harus membeli gabah dengan harga Rp6.500 per kilogram dan juga perlu membeli beras di tingkat petani seharga Rp12.000 per kilogram.&nbsp;

"Bulog kerjasama dengan penggilingan padi, pabrik kecil harus beli gabah Rp6.500 dan berasnya dibeli dengan angka Rp12 ribu per kilogram. Jadi pabrik masih ada keuntungan," jelasnya.

Instruksi lainnya ada pada serapan panen jagung. Untuk jagung yang dipanen para petani dibeli Bulog Rp5.500 per kilogram dari harga semula Rp5.000 per kilogram.&nbsp;

"Itu perlu dilakukan karena serapan jagung selama ini cenderung kecil," pungkasnya. (Danny Adriadhi Utama/E10)

Inibaru.id - Menteri Koordinator (Menko) Pangan Zulkifli Hasan menyatakan tidak akan melakukan impor sejumlah bahan pangan mulai tahun 2025. Adapun bahan pangan yang tidak akan diimpor beras, garam, jagung untuk pakan ternak, dan gula.

"Mulai besok kan tahun baru (hari ini), perintah Presiden jangan minder dan pesimis. Saya tidak akan pakai impor beras, garam, gula untuk konsumsi, dan jagung untuk pakan ternak," kata Zulhas usai rapat koordinasi terbatas bidang pangan Pemprov Jateng di Gradika, Selasa (31/12).

Dia menyebut bahwa serapan beras petani mulai tahun depan sepenuhnya akan ditampung oleh Bulog. Bulog nantinya akan bekerja sama dengan tempat-tempat penggilingan padi untuk menyerap seluruh beras hasil panen petani.

Menteri koordinator pangan Zulkifli Hasan diminta Presiden untuk galakkan swasembada pangan. Untuk itu mulai 2025 tidak impor empat bahan pangan, yatu beras, gula, garam, dan Jagung.&nbsp;

Menko Pangan Zulhas: 2025, Bulog akan Serap Hasil Pertanian Indonesia

"Untuk itu, peningkatan kapasitas utama di sektor budidaya untuk memperkuat daya saing internasional sangat penting," ungkapnya.

Di Jateng, total produksi perikanan mencapai 847 ribu ton, terdiri dari 396 ribu ton perikanan tangkap dan 451 ribu ton budi daya.&nbsp;Nilai ekonomi sektor perikanan di provinsi ini mencapai Rp7,68 triliun, menunjukkan surplus produksi yang signifikan.&nbsp;

Dari sisi ekspor, kontribusi Jateng mencapai Rp5 triliun atau setara dengan USD 326,78 juta. Sementara secara nasional, ekspor perikanan Indonesia mencapai USD 5,3 miliar.

"Potensi ekspor tersebut dapat ditingkatkan lebih tinggi, mengingat Vietnam telah mencapai nilai ekspor USD 9,5 miliar,” ujar Menteri Trenggono.

Dibutuhkan kolaborasi dengan kepala daerah dan Direktur Utama PLN. Nantinya mereka akan memastikan penyediaan energi yang cukup untuk mendukung peningkatan produksi tilapia, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.&nbsp;

"Dalam empat tahun ke depan, dengan dukungan yang tepat, kita dapat mencapai target produksi tilapia,” tambahnya.

KKP mencatat konsumsi ikan di Jateng masih berada di angka 15,6 persen. Untuk meningkatkan angka ini, gerakan Gemar Makan Ikan (Gemarikan) terus digalakkan melalui berbagai kampanye dan kerja sama dengan kepala daerah.&nbsp;

"Kami berharap langkah tersebut dapat mendukung ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal!" pungkasnya. (Danny Adriadhi Utama/E10)

Inibaru.id - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan komitmennya dalam memperkuat sektor perikanan guna mendukung ketahanan pangan di Jawa Tengah sekaligus meningkatkan kontribusi ekspor.&nbsp;Untuk itu, KKP berencana merevitalisasi tambak di kawasan Pantura Jawa, termasuk di Jateng.&nbsp;

"Presiden telah menginstruksikan pengembangan tambak tahap pertama seluas 20.000 hektare di Jabar dan Jateng pada tahun 2025," kata Sakti Wahyu Trenggono dalam Rakor terbatas bidang pangan Provinsi Jateng bersama sejumlah kementerian di Gradika Semarang, Selasa (31/12).

Total produksi perikanan nasional saat ini mencapai 13 juta ton per tahun, yang terdiri dari 7,8 juta ton perikanan tangkap dan 5,6 juta ton perikanan budidaya. Namun, Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain seperti Vietnam, yang mampu memproduksi 25 juta ton dari sektor budidaya dan 3 juta ton dari perikanan tangkap.&nbsp;

Untuk mendukung ketahan pangan di Jawa Tengah sekaligus meningkatkan kontribusi ekspor, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan komitmen untuk memperkuat sektor perikanan.

Untuk Perikanan Jateng, Menteri KKP Revitalisasi Tambak di Pantura Jawa

Untungnya, Dewan Pers mendesak pemerintah menerbitkan
Perpres Nomor 32/2024 tentang Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk
Mendukung Jurnalisme Berkualitas pada 20 Februari 2024 lalu. Dari aturan ini,
terbentuk Komite Tanggung Jawab Platform Digital untuk Mendukung Jurnalisme Berkualitas
yang diharapkan memperbaiki persentase pembagian perolehan iklan agar jadi
lebih adil bagi platform digital global serta perusahaan pers nasional.

Lebih dari itu, Dewan Pers juga konsisten menolak dua hal
yang nggak sesuai dengan UU Pers dan kemerdekaan Pers pada UU Nomor 40 Tahun
1999 tentang Pers seperti larangan penyiaran berita investigasi dan adanya
rencana memberi kewenangan bagi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menyelesaikan
sengketa pemberitaan setelah selama ini hanya bisa dilakukan di Dewan Pers.

Sayangnya, hal ini nggak menolong indeks kemerdekaan Pers
(IKP) di Indonesia yang turun dari 71,57 pada 2023 lalu jadi 69,36 pada 2024.
Hal ini disebabkan oleh adanya catatan kekerasan terhadap wartawan dengan total
69 kasus sepanjang 2024 lalu sebagaimana data yang dicatat AJI dan juga masih
bergantungnya media terhadap pemerintah daerah, Millens.

Demi semakin meningkatkan kualitas pers Indonesia, Dewan
Pers pun menggelar uji kompetensi wartawan (UKW) yang berhasil memastikan 1.604
dari 1.779 orang yang ikut serta dinyatakan kompeten. Artinya, sekarang sudah
ada 30.074 wartawan yang sudah memiliki sertifikat kompeten. Lebih dari itu, 321
media juga sudah menjalani verifikasi faktual dengan hasil 192 media dinyatakan
lolos.

Hal lain yang diperhatikan Dewan Pers pada 2024 ini adalah
adanya aturan yang isinya adalah Pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan
Seksual di Lingkungan Pers dan Pedoman Perilaku dan Standar Pers Profesional. Yang
sedang dalam tahap finalisasi adalah peraturan tentang Pedoman Penggunaan
Kecerdasan Buatan untuk Karya Jurnalistik dan Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan
Pers.

Khusus untuk yang dibahas terakhir, yaitu kecerdasan buatan
alias artificial intelligence (AI), juga jadi hal yang diperhatikan betul-betul
oleh Dewan Pers. Untungnya, alih-alih langsung kontra dengan hal tersebut, Dewan
Pers menganggap AI bisa dimanfaatkan di ruang redaksi dunia pers Indonesia.

Yap, ada cukup besar tantangan yang harus dihadapi dunia
pers Indonesia pada 2025 nanti. Semoga saja kualitas pers nasional bakal terus
meningkat ya, Millens!&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Bergantinya tahun dari 2024 sampai 2025
ternyata masih menyisakan ganjalan bagi Dewan Pers. Maklum, sepanjang 2023 dan
2024 saja, setidaknya 1.200 karyawan dan jurnalis kehilangan pekerjaan. Semua disebabkan oleh iklim usaha industri pers
yang memang belakangan ini kurang kondusif.

Semua gara-gara sebagian besar masyarakat kini lebih sering
mencari informasi dari platform global serta media sosial. Dampaknya, pers pun
jadi kesulitan mendapatkan kue iklan. Hal inilah yang bikin Dewan Pers merasa
tantangan bagi dunia pers pada 2025 ini nggak kalah berat.

Meski pada 2025 ini ada kemungkinan dunia pers tetap berat sebagaimana pada 2024, Dewan Pers tetap berkomitmen untuk menjaga kualitas dunia pers tetap baik.

Tahun Baru 2025, Begini Tantangan Berat Pers di Masa Depan Menurut Dewan Pers

Kesuksesan film ini di Tiongkok nggak bikin Shunji Iwai
puas. Dia membuat film dengan judul yang sama dan cerita yang sama dengan
menggunakan Bahasa Jepang. Pemeran level atas Jepang seperti Takako Matsu, Suzu
Hirose, Nana Mori, Ryunosuke Kamiki, Masaharu Fukuyama, hingga animator
terkemuka Hideaki Anno sampai ikutan ambil bagian! Hasilnya sama seperti film
sebelumnya, film ini juga sukses besar!

Maklum dari segi cerita dan maju mundurnya plot, film ini
sangat menarik. Kamu juga bisa melihat film ini dipenuhi dengan komedi yang seru tatkala
para pemerannya saling berkirim surat.

Tapi, pada satu jam terakhir film, film
yang awalnya dipenuhi dengan tawa mulai berubah jadi lebih serius.
Bahkan, kamu bisa akhirnya menangis sesenggukan di akhir film.

Soalnya, di akhir film ini pula, terkuak bahwa ada salah
seorang tokoh yang mengalami penyesalan luar biasa atas keputusan yang dia
ambil dalam kehidupannya.

Tapi, terkuaknya penyesalan ini juga jadi closure yang
bikin lega bagi sejumlah tokoh lainnya. Yap, bisa dikatakan, akhir filmnya
kombinasi antara sad ending dan happy ending, gitu, Millens.

Yang menarik, di film ini dua aktris cantik Nana Mori dan
Suzu Hirose memerankan dua tokoh dengan dua latar waktu yang berbeda di film
ini. Tektokan keduanya di film ini jadi daya tarik utama yang bikin siapa saja terus
nggak bisa beranjak dari jalannya film.

Selagi masih libur Nataru, nggak ada salahnya deh menonton Last
Letter sebagai hiburan. Boleh kok memilih yang versi film Tiongkok atau
film Jepang karena sama-sama menarik. (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Bukan hal aneh melihat satu film yang sukses
di sebuah negara kemudian diadaptasi jadi film dengan cerita yang sama di negara
lain. Hal ini pula yang berlaku untuk film Last Letter. Bedanya, jika
pada film-film lainnya sutradaranya berbeda, yang ini justru sutradaranya sama.

Ceritanya begini. Sutradara film terkemuka dari Jepang,
Shunji Iwai yang menggapai kesuksesan berkat film Love Letter (1995) ternyata
juga cukup rajin membuat novel. Nah, salah satu novel tersebut berjudul Last
Letter yang dia rilis pada 2018. Pada tahun yang sama, dia mengadaptasi
novelnya sendiri jadi sebuah film dengan judul yang sama.

Tapi, bukannya membuatnya dengan pemeran dari Jepang dan
jadi film berbahasa Jepang, dia malah membuat film berbahasa Mandarin dengan
pemeran dari Tiongkok seperti Zhou Xun, Qin Hao, dan Zhang Zifeng. Film ini
sukses besar di Tiongkok dan membuat Shunji Iwai, Zhou Xun, dan Zhang Zifeng sampai
dinominasikan dalam penghargaan Golden Horse Awards ke-55.

Ada 'Last Letter' versi Jepang dan versi Tiongkok. Keduanya disutradarai oleh Shunji Iwai dan sama-sama meraih kesuksesan di negaranya masing-masing.

Tentang Dua Film 'Last Letter' yang Digarap Seorang Sutradara

Ketinggian Curug Sidoharjo&nbsp;yaitu sekitar 75
meter dengan sudut kemiringan mencapai 90 persen. Artinya, di musim hujan
seperti sekarang ini di mana debit air terjun jadi cukup tinggi, tentu bikin
suara air yang jatuh cukup seru dan menenangkan pikiran. Apalagi, di kolam tempat jatuhnya air, kamu juga bisa bermain air sepuasnya.

Hal lain yang bikin Curug Sidoharjo cocok untuk kamu jadikan
lokasi healing adalah pemandangan alamnya yang masih alami. Di sana kamu bisa melihat banyaknya pepohonan semenjak berjalan dari lokasi parkir sampai lokasi air terjun yang berjarak
kurang lebih 700 meter.

Kalau kamu beruntung, bakal bisa melihat sejumlah kera ekor
panjang dan anjing liar di hutan yang ada di sekitar Curug Sidoharjo. Pasti
pemandangan melihat hewan-hewan liar tersebut bikin tegang namun juga menyenangkan,
bukan?

“Super keren pol tempat ini. Salah satu air terjun tertinggi
di Yogyakarta. Akses menuju ke sana mudah dan masih cenderung sepi dari
wisatawan,” tulis Joko Purwantoro di ulasan Google yang dia buat pada akhir
libur Nataru 2024 kemarin.

Sayangnya, meski sudah dilengkapi
dengan fasilitas kamar mandi dan toilet, sejumlah ulasan di Google beberapa
waktu lalu juga menyebut fasilitas-fasilitas tersebut kurang terawat. Jadi, pastikan
untuk lebih cermat menggunakannya, ya?

Curug Sidoharjo di Kulon Progo buka
setiap hari dari pukul 09.00 WIB sampai 17.00 WIB. Harga tiketnya masih cukup
terjangkau, yaitu Rp10 ribu per orang. Khusus untuk tarif parkir, hanya Rp2
ribu untuk kendaran roda dua dan Rp5 ribu untuk kendaraan roda 4.

Lebih disarankan untuk datang ke Curug
Sidoharjo pada musim hujan seperti sekarang ini karena debit airnya melimpah.
Tapi, kamu harus pastikan dulu mengecek prakiraan cuaca sebelum datang ke sana
dan membawa sejumlah peralatan seperti jas hujan atau payung, ya!&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Pengin melihat air terjun di wilayah
provinsi DIY? Jangan khawatir, di sana ada air terjun yang
cukup menarik untuk didatangi, yaitu Air Terjun atau Curug Sidoharjo yang ada di Kabupaten
Kulon Progo, Millens.

Air Terjun Sidoharjo bisa kamu temukan di Kalurahan
Sidoraho, Kapanewon Samigaluh. Kalau dari pusat kota Yogyakarta, jaraknya
kurang lebih 33 kilometer. Lokasinya ada di kawasan lereng Perbukitan Menoreh
dengan ketinggian kurang lebih 480 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Memiliki ketinggian 75 meter, keindahan alam Curug Sidoharjo di Kulon Progo luar biasa. Anehnya, tempat wisata ini nggak begitu ramai pengunjung, lo!

Curug Sidoharjo di Kulon Progo, Ketinggian 75 Meter dan Masih Asri

Sebenarnya, kafenya nggak tergolong mewah banget. Selain
dapur dan meja pemesanan, terdapat meja dan bangku panjang yang bisa dipakai wisatawan
untuk menikmati makanan dan minuman. Tapi, karena punya background berupa
bagian dalam gua yang cantik dipadu dengan pencahayaan yang pas,
jadi tampilan kafenya terlihat estetik, deh.

Nah, pengalaman menikmati makanan atau minuman inilah yang
jadi daya tarik utama dari kafe di dalam Gua Terawang Todanan ini. Hal ini
dibenarkan salah seorang pengunjung dari Karangawen, Demak, bernama Nora yang
kebetulan pada libur Nataru ini pulang kampung dari Jakarta.

“Penataan kafenya bagus karena sama sekali nggak mengubah
keaslian bagian dalam gua. Jadinya malah bikin guanya terlihat lebih menarik,” ucapnya
pada Jumat (3/1/2025).

Nggak hanya wisatawan dari luar kota, banyak muda-mudi Blora
yang datang ke sana karena FOMO sekaligus pengin mengabadikan kafe di
Gua Terawang Todanan atau mengunggahnya di media
sosial.

“Dulu kan tahunya di dalam gua pasti gelap dan pengap, ya.
Adanya kafe di dalam Gua Terawang jadi bikin vibes guanya lebih cerah
dan menarik. Makanya kami pengin datang ke sini meski jaraknya cukup jauh dari Kota
Blora,” terang pengunjung bernama Ulin.

Untuk bisa menikmati cantiknya kafe di dalam Gua Terawang,
kamu harus merogoh kocek untuk sebesar Rp11 ribu per orang sebagai tiket masuk. Lalu, harga penganan dan minuman di kafe nggak mahal meski berada di
lokasi yang estetik. Kalau memesan kopi susu, per gelasnya hanya dibanderol Rp7
ribu. Potongan kue tiramisu juga dijual Rp15 ribu!

Di kafe yang bernuansa sejuk karena berada di tengah-tengah hutan
jati ini, juga sudah tersedia tempat parkir yang aman dan luas. Tarif parkirnya
juga normal, Millens, yaitu Rp2 ribu untuk sepeda motor serta Rp5 ribu
untuk mobil.

Hm, jadi makin penasaran seperti apa serunya main ke kafe di
dalam Gua Terawang Todanan, Kabupaten Blora ini.&nbsp;(Arie
Widodo/E10)

Inibaru.id – Kebanyakan orang berpikir jika wisata
gua hanya sekadar jalan-jalan melihat bagian dalam gua saja. Tapi, kalau kamu
main ke Gua Terawang Todanan yang ada di Kabupaten Blora, bisa main ke kafe,
lo. Yap, kamu nggak salah baca, ada kafe di dalam Gua Terawang
Todanan!

Keberadaan kafe di Gua Terawang Todanan ini viral gara-gara
membeludaknya pengunjung pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kemarin. Meski
jarak gua yang ada di Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan ini cukup jauh dari
pusat kota Blora, yaitu sekitar 37 kilometer, tetap saja banyak wisatawan yang
antusias untuk melihat langsung seperti apa kafe di dalam gua dengan panjang
280 meter tersebut.

Keberadaan kafe di dalam Gua Terawang Todanan, Kabupaten Blora membuat banyak wisatawan penasaran datang ke sana.

Serunya Main di Kafe Dalam Gua Terawang Todanan, Kabupaten Blora

Berada di lereng selatan Merbabu dengan ketinggian kurang lebih
1.750 meter di atas permukaan laut (mdpl), suhu udara di Embung Manajar cukup sejuk.
Karena lokasinya yang cukup tinggi, kamu pun bisa melihat pemandangan yang spektakuler.
Bahkan, banyak orang sengaja berkemah di sana agar bisa melihat pemandangan
malam atau matahari terbit dan tenggelam yang menarik.

Tapi, yang namanya embung, tentu saja bukan danau alami ya,
Millens. Embung ini sengaja dibuat sebagai pemasok air untuk kebutuhan warga
Desa Samiran saat musim kemarau. Tapi, karena lokasinya unik dengan pemandangan
alam yang cantik, pada akhirnya embung ini jadi jujugan wisata andalan
Boyolali, deh.

“Embungnya keren banget karena view Merapi langsung
di depan mata. Ada baiknya datang pagi-pagi pas cuacanya sedang cerah agar bisa
melihat sunrise yang cantik. Kalau sudah siang dan sore biasanya
gunungnya malah sudah berselimut awan tebal,” tulis salah seorang pengulas di
Google yang datang ke Embung Manajar pada November 2024, Intan Christiani.

Sayangnya, sejauh ini, Embung Manajar hanya bisa diakses
dengan sepeda motor. Itu pun jalurnya lumayan ekstrem dengan kontur naik turun.
Artinya, kalau kamu pengin ke Embung Manajar, pastikan dulu kondisi sepeda
motormu benar-benar prima, ya!

Terkait dengan harga tiket masuk, untungnya masih murah
meriah. Kamu hanya perlu merogoh Rp5 ribu untuk mendapatkan tiketnya per orang. Tempat ini buka 24 jam, sebab tempat ini juga dipakai berkemah, meskipun
izin untuk berkemah hanya diberikan pada Sabtu dan Minggu.

Soal fasilitas, Embung Manajar sudah dilengkapi dengan toilet
serta warung penyedia makanan dan minuman. Jadi, kamu bisa nyaman deh pas main
ke sana.

Gimana, tertarik untuk healing sembari melihat
pemandangan Merapi dan Merbabu sekaligus mendengarkan suara gemericik air yang
menenangkan di Embung Manajar, Millens?&nbsp;(Arie
Widodo/E10)

Inibaru.id – Kabupaten Boyolali diberkahi sejumlah lokasi
dengan pemandangan alam yang luar biasa. Salah satunya adalah Embung Manajar. Di
tempat ini, kamu bisa melihat keindahan Gunung Merapi dan Merbabu sekaligus,
lo!

Lokasi Embung Manajar bisa kamu temukan di Desa Samiran,
Kecamatan Selo. Kalau diukur dari pusat kota Boyolali, jaraknya sekitar 20
kilometer, Millens. Nggak jauh-jauh banget, tapi sudah mampu menawarkan
pemandangan alam yang bikin kepalamu jadi fresh!

Berlokasi di lereng selatan Gunung Merbabu, di Embung Manajar, kamu bisa melihat langsung pemandangan alam Merapi dan Merbabu sekaligus. Pemandangan sunrise di sini juga menakjubkan.

Gagahnya Merapi dan Merbabu ketika Dilihat dari Embung Manajar

Memangnya, apa sih keindahan yang ditawarkan dari Air Terjun
Sumuran Seloprojo? Selain karena berlokasi di kawasan pedesaan yang masih asri,
air terjun ini berlokasi di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Artinya, suhu udara di lokasi tersebut cukup sejuk. Jika dikombinasikan dengan
suhu air terjun yang dingin, sudah kebayang kan bakal sesegar apa pengalaman bermain
air di sana?

Lebih dari itu, air terjunnya juga cukup tinggi,&nbsp;yaitu sekitar 35 meter. Airnya terus mengalir meski di tengah musim
kemarau. Kamu jadi bisa main ke sana kapan saja, deh.

O ya, terkait dengan nama air terjun ini, yaitu Sumuran,
disebabkan oleh adanya lubang yang cukup dalam mirip sumur yang ada pada kolam air terjun jatuh. Sementara itu, nama Seloprojo tentu saja diambil dari
desa tempat air terjun ini berada.

“Kedalaman sumurnya pernah dicek dengan bambu, hasilnya sekitar
30 meteran,” ucap salah seorang pengurus air terjun ini, Sunar, sebagaimana
dilansir dari Beritamagelang, (22/10/2020).

Lubang mirip sumur tersebut sangatlah unik karena nggak luber meski hujan turun dengan deras dan debit air terjun meningkat, Selain itu, nggak ada satu
pun material batu atau tanah yang masuk ke dalamnya. Hal ini bikin masyarakat
setempat yakin kalau sumur tersebut memiliki penunggu dengan bentuk mirip
seperti ular naga.

“Warga meyakini legenda Ular Naga Golek Kencono meski nggak
pernah ada satu pun yang melihatnya. Sosok ini juga nggak pernah mengganggu
warga maupun wisatawan,” lanjut Sunar.

Hal lain yang bikin Air Terjun Sumuran Seloprojo menarik
adalah trek jalan kaki yang harus dilalui dari lokasi parkir di Desa Seloprojo melintasi pohon pinus yang cantik. Jarak trek tersebut juga nggak jauh
sehingga nggak akan bikin lelah.

Harga tiket Air Terjun Sumuran Seloprojo hanyalah Rp5 ribu
per orang. Jam bukanya dari pukul 06.30 WIB sampai 17.00 WIB. Gimana, tertarik
untuk datang ke sana untuk menikmati kesegarannya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Jawa Tengah memang gudangnya air terjun
dengan pemandangan alam yang cantik. Nah, salah satu dari air terjun yang bisa
kamu sambangi adalah Air Terjun Sumuran Seloprojo yang ada di lereng Gunung
Telomoyo.

Berlokasi di Desa Seloprojo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten
Magelang, Air Terjun Sumuran Seloprojo justru berjarak lebih dekat ke Ambarawa
atau Salatiga. Jika dari Alun-Alun Kota Magelang, jaraknya sekitar 30 kilometer. Dari Ambarawa, air terjun ini bisa ditempuh dengan jarak 28 kilometer. Kalau
dari Salatiga malah lebih dekat, yaitu hanya 21 kilometer saja, Millens.

Berlokasi di lereng Gunung Telomoyo, Air Terjun Sumuran Seloprojo memiliki ketinggian 35 meter dan airnya&nbsp; nggak pernah kering meski di tengah musim kemarau.

Cantiknya Air Terjun Sumuran Seloprojo di Lereng Gunung Telomoyo

“Jam paling ramai di sini malah dari pukul 05.00 WIB – 08.00
WIB. Mereka pengin melihat matahari terbit atau lautan awan,” ungkap
salah seorang pengelola Kebun Buah Mangunan, Sugiyarto sebagaimana dilansir
dari Detik, Senin (22/4/2024).

Kebetulan sekarang adalah musim penghujan. Biasanya sih, di musim
inilah, kabut tebal muncul di panorama Kebun Buah Mangunan. Apalagi jika di
malam hari sebelumnya hujan turun lalu cuacanya cerah pada pagi harinya.

“Kalau musim kemarau malah jarang lautan awannya. Dedaunan pohon
di sini juga bakal meranggas jadi pemandangannya nggak hijau sebagaimana pas
musim hujan,” lanjut Sugiyarto.

Nah, selagi masih musim penghujan, nggak ada salahnya lo main
ke Kebun Buah Mangunan jika posisimu sekarang ada di Yogyakarta dan sekitarnya.
Apalagi, retribusi untuk memasuki tempat wisata alam tersebut cukup murah,
yaitu hanya Rp7 ribu saja per orang.

Untuk mencapai lokasi ini dari pusat kota Yogyakarta juga
nggak membutuhkan waktu lama. Kamu tinggal berkendara sekitar
satu jam saja dengan jalur yang sudah cukup mulus. Setelah memarkirkan
kendaraan dan memasuki gerbang masuk, kamu juga tinggal berjalan kaki sekitar 5
menit untuk mencapai lokasi di mana kamu bisa melihat lautan awan tersebut.

Kalau nggak pengin repot-repot bangun terlalu pagi untuk
melakukan perjalanan dari Kota Yogyakarta, kamu juga bisa menyewa homestay
di sekitar Kebun Buah Mangunan, lo. O ya, setelah melihat pemandangan lautan
awan, kamu juga bisa mencari sarapan di warung-warung yang ada di kawasan
wisata tersebut.

Yuk kapan kita bisa melihat pemandangan alam secantik ini
lagi, Millens? Yuk kita ke Kebun Buah Mangunan? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Yogyakarta jadi salah satu wilayah
dengan jumlah wisatawan terbanyak pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru)
belakangan ini. Selain berwisata ke kawasan perkotaan, banyak pula yang
menyasar wisata alam seperti Kebun Buah Mangunan.

Meski namanya kebun buah, daya tarik utama dari tempat
wisata ini bukanlah pepohonan dengan buah-buahan, melainkan sebuah tebing
dengan pemandangan alam yang cantik, yaitu perbukitan Sewu dan Wonosoari dengan
aliran Sungai Oyo yang meliuk-liuk. Saat matahari terbit, pemandangan alam
tersebut terkadang ditutupi oleh awan atau kabut tebal. Makanya, terkadang
wisatawan menyebut lokasi wisata ini sebagai negeri di atas awan, Millens.

Lokasinya ada di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten
Bantul. Kalau dari pusat kota Yogyakarta, jaraknya kurang lebih 23 kilometer ke
arah selatan. Nggak begitu jauh, ya? Makanya banyak wisatawan yang berdatangan
ke tempat wisata yang sudah buka sejak pukul 05.00 WIB tersebut.

Banyak wisatawan yang sengaja datang ke Kebun Buah Mangunan Yogyakarta untuk melihat lautan awan sejak pukul 05.00 WIB.

Waktu Terbaik Mengunjungi Kebun Buah Mangunan Yogyakarta

Nggak hanya perairan yang tenang,
pemandangan hutan mangrove yang hijau ditambah dengan area persawahan yang
nggak jauh dari aliran sungai bikin suasana berkano jadi lebih menyenangkan.
Dari kejauhan, kamu juga bisa mendengarkan suara deburan ombak yang menenangkan
pikiran.

Kalau sedang beruntung, kamu juga
bisa melihat sejumlah hewan yang kerap berkeliaran di sekitar Sungai Winongo
seperti burung kuntul dan biawak. Hm, benar-benar lebih dari sekadar berkano,
ya?

Tempat wisata ini eksis gara-gara
warga setempat pengin mendapatkan solusi pendapatan yang berkurang drastic gara-gara
pandemi Covid-19 pada 2020-2021 lalu. Tapi, bukannya menjadikan tempat wisata
tematik yang mengorbankan alam, mereka justru pengin mengedepankan keindahan
alam sebagai penarik perhatian wisatawan.

Ide ini mendapatkan dukungan dari
pemerintah provinsi (Pemprov) DIY yang menyediakan dana keistimewaan yang
akhirnya dipakai untuk membeli 10 kano, 10 pelampung, 10 helm, 11 dayung, dan 22
sepatu. Dari peralatan-peralatan inilah, wisata kano di kawasan mangrove Bantul
dibuka.

Lebih dari itu, warga setempat
juga dengan cermat memberikan edukasi terkait dengan pelestarian alam. Makanya,
mereka pun juga membatasi wisatawan yang bisa memakai kano hanya 50 sampai 60
orang saja setiap hari. Dengan jumlah orang yang dibatasi, edukasi bisa
dilakukan dengan maksimal sekaligus membuat kondisi alam tetap terjaga.

“Seru banget main kano di sini.
Biar nggak panas, ambil tripnya pagi atau sore hari sja. Ada pilihan rute
pendek atau panjang. Yang panjang sampai ke pesisir pantai biayanya Rp50 ribu
sekali jalan. Ada pemandu yang berpengalaman dan mampu mendokumentasikan dengan
hasil foto dan video yang keren,” ungkap salah seorang pengulas di Google yang mencoba
wisata kano di Baros pada Agustus 2024 lalu bernama Syalinna.

O ya, lewat tarif berkano itu,
kamu sudah mendapatkan snack dan air minum ya. Kamu juga bisa
menggunakan fasilitas seperti gazebo untuk istirahat, toilet dan kamar mandi,
hingga tempat parkir yang luas dan aman.

Kalau kamu tertarik untuk
melakukan wisata kano di kawasan mangrove Baros, booking dulu ke nomor
WA 0882 2543 6373, Millens. Di sana, kamu bakal mendapatkan informasi
terkait kapan hari yang lowong atau prakiraan cuaca yang pas agar wisata kanomu
bisa maksimal. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Selain pantai-pantai
yang bersih dan menawan, ternyata Yogyakarta juga punya kawasan hutan mangrove
yang cukup menarik, lo. Namanya adalah Hutan Mangrove Baros yang ada di Desa Tirtohargo,
Kecamatan Kretek. Di kawasan mangrove yang juga muara dari Sungai Winongo ini,
kamu bahkan bisa naik kano untuk menyusuri keindahan alamnya, lo!

Berjarak kurang lebih 28 kilometer
ke arah selatan dari pusat kota Yogyakarta, kawasan mangrove baros memiliki
luas kurang lebih empat hektare. Di sana perairan muara Sungai Winongo cukup
tenang, kontras dengan perairan khas Laut Selatan yang biasanya kaya akan
ombak-ombak besar. Makanya, tempatnya cocok banget dijadukan tempat berkano.

Pengin wisata yang nggak biasa di Yogyakarta? Cobain deh wisata kano di kawasan mangrove Baros, Bantul. Seperti apa keseruan wisata yang satu ini, ya?

Serunya Wisata Kano di Kawasan Mangrove Baros Bantul, Yogyakarta

Dusun Sumurup bisa kamu temukan di
Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Berada di ujung timur laut
Rawa Pening, Dusun Sumurup hanya berjarak kurang lebih 500 meter dari Jembatan
Kali Tuntang yang ada di jalan utama Semarang – Solo. Kalau dari Pertigaan Bawen,
jaraknya kurang lebih 4 kilometer ke arah Salatiga, Millens.

Karena lokasinya yang persis ada
di ujung Rawa Pening, wajar jika kamu bisa melihat langsung pemandangan
berbagai gunung dan Rawa Pening dengan jelas, khususnya jika cuaca sedang
cerah. Suasana di sana bahkan lebih menarik karna adanya rel kereta yang
menghubungkan Stasiun Ambarawa dengan Stasiun Tuntang, salah satu tempat
syuting drama serial Gadis Kretek (2023).

Salah satu daya tarik dari Dusun
Sumurup adalah adanya Jembatan Biru. Uniknya, jembatan yang sudah eksis
sejak 2011 ini nggak dibangun untuk keperluan wisata, melainkan untuk
mempermudah warga mengatasi masalah eceng gondok yang memang bisa dengan mudah tumbuh
dan memenuhi permukaan air Rawa Pening. Tapi, karena memungkinkan siapa saja
melihat pemandangan Rawa Pening tanpa terhalang apapun, lambat laun jembatan
ini pun ramai dijadikan tempat wisata.

“Jembatan Biru Rawa Pening cocok
banget untuk jalan-jalan sore. Di sana sudah tersedia area parkir dengan tarif
Rp5 ribu untuk mobil dan Rp2 ribu untuk sepeda motor,” tulis salah seorang
pengulas di Google bernama Koproll Studio yang mampir ke sana pada Oktober
2024.

Puas melihat pemandangan, kamu
juga bisa lo mampir ke warung-warung yang ada di tepian Rawa Pening. Di sana,
kamu bisa menikmatu aneka kuliner, termasuk olahan ikan segar yang ditangkap
langsung dari Rawa Pening. Harga makanannya beragam, tapi
biasanya per orang bakal menghabiskan uang Rp20 ribu sampai Rp50 ribu sekali
makan.

“Makan ikan di sini sembari
melihat pemandangan matahari terbenam rasanya mantap sekali,” ucap salah
seorang pengunjung, Rangga Putra pada Rabu (18/12).

O ya, kalau kamu punya waktu luang
dan uang lebih, juga bisa lo menyewa perahu untuk berkeliling Rawa Pening.
Tarif sewanya Rp100 ribu sampai Rp300 ribu per perahu yang bisa digunakan 6 penumpang.

Sebagaimana namanya, Sumurup dalam
Bahasa Jawa bermakna cahaya yang meredup. Persis seperti langit saat matahari
terbenam yang indah dan bisa kita lihat di sana. Jadi, kapan nih kita main ke
Dusun Sumurup Rawa Pening, Millens? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Setelah berminggu-minggu
selalu tertutup awan mendung sejak awal musim hujan, pada Rabu (18/12/2024), langit
di lereng selatan Gunung Ungaran terlihat lebih bersih dari biasanya. Di sana,
pemandangan sejumlah gunung seperti Merbabu, Sindoro, dan Sumbing tampak dengan jelas.

Sekitar pukul 17.20 WIB, warna
langit berangsur berubah menjadi jingga. Sesekali, suara burung yang terbang
menyambut petang menghiasi langit yang cahayanya semakin meredup. Nah, di Dusun
Sumurup Rawa Pening, pemandangan senja terlihat lebih cantik karena pantulan
cahaya langit dipantulkan oleh permukaan air Rawa Pening yang tenang.

Pemandangan matahari terbenam di Dusun Sumurup Rawa Pening sangat indah karena kamu bisa melihat sejumlah gunung dengan jelas.

Mengagumi Indahnya Senja di Dusun Sumurup Rawa Pening

Makanya, pada dekade pertama
milenium, bangunan Lawang Sewu seperti terbengkalai dan bahkan lebih populer
dengan legenda hantunya. Potongan video sebuah acara televisi yang ‘sukses’
menunjukkan hantu di Lawang Sewu bahkan masih sering muncul di media sosial
hingga sekarang.

Nah, salah satu bagian yang
kabarnya ‘berhantu’ itu adalah bagian basement-nya. Untungnya, revitalisasi
telah dilakukan dengan baik di sana untuk menghilangkan kesan horor tersebut.
Setelah siap, basement Lawang Sewu yang punya nama resmi Kelderverkenning
pun kembali dibuka dan bisa dinikmati wisatawan yang penasaran dengan
arsitektur bangunan yang unik tersebut.

“Pembukaan area Kelderverkening
tentu saja untuk melestarikan sejarah sekaligus memberikan pengalaman wisata
edukatif bagi masyarakat. Kami jamin keamanan dan kenyamanan pengunjung yang
pengin melihat langsung area yang masuk warisan budaya yang sangat berharga
tersebut,” ucap Direktur Utama PT KAI Wisata Hendy Helmy pada Minggu (15/12/2024).

O ya, khusus untuk libur Natal dan
Tahun Baru (Nataru) kali ini, kamu bisa masuk ke bagian basement Lawang
Sewu dengan membayar tiket sebesar Rp25 ribu per orang ya.
Setelah periode tersebut, ada kemungkinan harganya bakal berubah.

O ya, untuk memasuki kompleks Lawang
Sewu yang buka setiap hari dari pukul 08.00 – 20.00 WIB, di gerbang tiket yang
ada di Jalan Pemuda alias di bagian barat bangunan tersebut, terdapat harga
tiket masuk yang bisa kamu bayarkan, yaitu Rp20 ribu untuk wisatawan lokal.

Gimana, tertarik untuk melihat
langsung kawasan basement Lawang Sewu yang sebenarnya menarik namun
sempat memiliki kesan horor itu, Millens? Cobain deh. Dijamin seru! (Arie
Widodo/E05)

Inibaru.id – Meski sudah
lama direvitalisasi dan kini jadi salah satu tujuan wisata Kota Semarang yang
paling populer, ternyata nggak semua bagian dari Lawang Sewu dibuka untuk umum.
Hal ini dibuktikan dengan adanya pengumuman bahwa bagian basement Lawang
Sewu yang baru kembali dibuka pada 3 Desember 2024 lalu setelah sebelumnya selalu
ditutup sejak 2014.

Dibangun pada 1904 dan baru mulai
dipakai sebagai kantor pusat perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg
Maatschappij (NIS) pada 1907. Tapi, keseluruhan kompleks Lawang Sewu baru
benar-benar selesai dibangun pada 1919. Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini
nggak benar-benar digunakan dengan semestinya meski berstatus sebagai cagar
budaya sejak 1992.

Semenjak ditutup pada 2014, revitalisasi dilakukan pada basement Lawang Sewu. Kini, area tersebut kembali dibuka untuk wisatawan!

Sedekade Tutup, Basement Lawang Sewu Kembali Dibuka untuk Wisatawan

Layaknya di Owabong, sumber mata air dari Situ Tirta Marta masih
alami. Ditambah, lokasi kolamnya masih teduh karena banyak pepohonan. Saking
jernihnya air di sana, kamu bahkan bisa melihat ke dasar kolam yang punya
kedalaman bervariasi dari 50 sentimeter sampai 100 sentimeter tersebut.

Nggak cuma berenang atau main air, kamu juga bisa melakukan selfie di dalam Situ Tirta Marta. Tentu saja dengan syarat ada
gawai tahan air yang bisa kamu pakai, ya?&nbsp;Kalaupun nggak bawa,
tersedia fasilitas foto underwater yang bisa kamu pakai di sana.

Dengan
membayar Rp150 ribu, kamu bisa melakukan foto-foto di bawah air memakai
sejumlah property seperti sepeda motor dan televisi. Dengan biaya tersebut,
kamu bakal mendapatkan soft file foto-foto yang sudah diambil dan juga
pelampung.

Ada juga fasilitas lain yang bisa kamu gunakan, yaitu foto
natural dengan tarif Rp100 ribu. Fasilitas yang ini juga memungkinkanmu
mendapatkan soft file dalam bentuk foto maupun video, kok.

“Tempat bermain air yang murah meriah di Purbalingga.
Lokasinya nggak terlalu jauh dari kota dan jalannya masih oke. Airnya segar dan
jernih banget. Kalau mau sepi datang pas weekday pagi hari. Tempat
parkirnya luas jadi aman untuk mobil atau bus. Tersedia kamar mandi, toilet,
dan warung,” tulis salah seorang pengulas di Google yang datang ke Situ Tirta
Marta pada awal Desember 2024 ini.

O ya, soal harga tiket masuk, kini Rp7 ribu per orang, Millens.
Biaya parkirnya juga nggak mahal kok, yaitu Rp2 ribu untuk sepeda motor dan Rp3
ribu untuk mobil. Tapi, ingat ya, kalau kamu datang ke tempat yang buka dari
pukul 07.00 WIB sampai 17.00 WIB ini pas weekend, dijamin bakal ramai
oleh wisatawan.

Apapun itu, sepertinya Situ Tirta Marta Purbalingga bisa
jadi opsi yang menarik bagi wisatawan yang pengin bermain air dengan
pemandangan alam yang masih asri.&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Nggak hanya Klaten yang kaya akan tempat
wisata air, Purbalingga juga. Selain Owabong yang sudah jadi jujugan wisatawan
dari berbagai wilayah, Purbalingga juga punya tempat wisata air lain yang nggak
kalah menarik. Salah satunya adaialah Situ Tirta Marta.

Berlokasi di Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, Situ
Tirta Marta sudah eksis sejak 2015 lalu. Dari pusat kota Purbalingga,
perjalanan berkendara menuju ke tempat wisata ini nggak sampai 20 menit, Millens.

Pengin main air yang masih segar dan jernih? Datang saja ke Situ Tirta Marta Purbalingga. Apa saja ya yang bisa kamu mainkan di sana?

Serunya Wisata Air di Situ Tirta Marta Purbalingga

Hal tersebut juga sempat disampaikan Hidayat, seorang pemandu wisata setempat yang mendampingi kedatangan kami baru-baru ini. Lelaki bertopi itu mengatakan, menurut catatan sejarah,&nbsp;Klenteng Tjoe An Kiong telah berdiri sejak berabad-abad lalu.

“Dulu,” ucap Hidayat, mengenang ihwal mula berdirinya klenteng ini, “para pelaut Tionghoa datang (ke Lasem), lalu membangun klenteng ini sebagai bentuk syukur."

Sembari berkeliling klenteng, Hidayat mulai menceritakan bahwa para pelaut TIonghoa memilih jati yang banyak tumbuh di hutan alih-alih kayu dari kapal mereka untuk menopang klenteng pemujaan terhadap Dewi Samudra&nbsp;Tian Siang Sing Bo (Tian Shang Sheng Mu) yang telah melindungi mereka selama berlayar tersebut.

"Waktu itu Lasem masih berupa hutan jati yang lebat," terangnya. "Orang Tionghoa-lah yang kali pertama membuka wilayah ini hingga menjadi desa dan ramai dihuni para pedagang; lalu datanglah Belanda mengusik kedamaian mereka, kemudian disusul tentara Jepang (yang melakukan hal serupa)."

Meski usia ratusan tahun telah memakan sebagian kayu jati penyangga tiang utama, saya melihat kondisi klenteng ini tampak baik-baik saja. Bahkan, menurut penuturan Hidayat, bangunan tersebut nggak banyak mengalami perubahan, kecuali tambahan-tambahan kecil di kiri, kanan, dan ruang depan.

"Renovasi besar terakhir dilakukan pada 1838, ketika lantai klenteng ditinggikan untuk menghindari genangan air dari Sungai Lasem yang sering meluap," jelasnya.

Sungai Lasem berjarak sekitar sepelemparan batu dari&nbsp;klenteng yang berlokasi di Jalan Dasun, Desa Soditan, Kecamatan Rembang ini. Padahal, menurut Hidayat, dulunya sungai tersebut cukup lebar hingga tepiannya tepat berada di depan klenteng, mengalir di sepanjang permukiman Tionghoa di Lasem.&nbsp;

“Namun, untuk kebutuhan pengangkutan kayu, tentara Jepang mempersempit sungai, merobohkan rumah-rumah, dan menutup akses dengan kayu-kayu,” paparnya sembari menunjukkan bentangan sungai yang mengalir hingga Laut Jawa itu.

Berdasarkan berbagai catatan sejarah yang dipelajari Hidayat, dia memperkirakan klenteng yang berlokasi nggak jauh dari bangunan ikonik Rumah Candu ini telah berdiri pada 1477. Namun, sejarawan nggak bisa memastikannya karena ada beberapa catatan yang hilang dicuri Belanda pada masa penjajahan.

"Sudah ratusan tahun berdiri, tapi klenteng ini masih tetap hidup dan menjadi tempat berkumpul warga. Tiap tanggal 23 bulan 3 Kalender Tionghoa, orang-orang biasa datang untuk melihat pertunjukan wayang kulit, klonengan, dan gamelan di sini," tutupnya saat mengawal kami keluar klenteng.&nbsp;

Jika Lasem acap disebut sebagai Tiongkok Kecil, maka Klenteng Tjoe An Kiong adalah jantungnya; karena mungkin di sinilah semuanya bermula. Saya merasa beruntung pernah menyambanginya. Jadi, kalau kamu punya waktu berjalan-jalan ke Lasem, mampirlah ke sini, Millens!&nbsp;(Imam Khanafi/E03)

Inibaru.id - Siang yang terik membuat cat merah yang mendominasi warna dinding Klenteng Tjoe An Kiong (Cu An Kiong) di Lasem, Kabupaten Rembang, tampak lebih menyala. Angin yang kering sesekali menyapu halaman klenteng yang lengang dan agak berdebu.

Dengan tiang-tiang penyangga dari kayu jati yang tampak telah termakan usia, klenteng tertua di Lasem ini seperti nyonya tua yang gemar berolahraga; renta, tapi tetap anggun dan teguh berdiri di atas kedua kakinya. Sekali melihat, kita memang pasti tahu bahwa tempat suci tersebut telah lama didirikan.

Sebagai rasa syukur terhadap Dewi Samudra, para pelaut Tionghoa yang berhasil melabuhkan kapal mendirikan rumah pemujaan yang kini dikenal sebagai klenteng tertua di Lasem,&nbsp;Tjoe An Kiong.&nbsp;