BerandaKulinary
Minggu, 28 Sep 2019 13:00

Syahdu, Wedangan dan Nyemil Malam di Kedai Tahu Petis Mataram Semarang yang Legendaris

Kedai kecil di Jl. Mataram ini selalu ramai di malam hari sesaat setelah dibuka. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Jika ingin wedangan sekaligus melahap tahu petis yang rasanya benar-benar pecah, mampirlah ke kedai hijau di Jl. MT Haryono No. 724. Kedai berjuluk Tahu Petis Mataram ini menyajikan berbagai wedangan dan jajanan dengan cita rasa otentik.

Inibaru.id - Jalan-jalan ke Kota Semarang nggak lengkap rasanya kalau nggak berburu makanan legendarisnya. Kalau biasanya kamu berburu lunpia atau wingko babat, berarti kamu harus mencoba tahu petis legendaris yang sudah ada sejak 1974 ini.

Berjuluk Tahu Petis Mataram, kuliner yang satu ini hanya buka di waktu malam. Semenjak kedai dengan penampakan luar berwarna hijau ini dibuka, sudah banyak calon pembeli yang mengantre lo. Hmm... seenak apa sih tahu petis yang satu ini?

Sesaat setelah saya memasuki kedai kecil ini terlihat pembeli yang tengah menikmati wedangan dan jajan pasar. Nampaknya, kedai ini nggak hanya menjual tahu petis. Wah!

Selain tahu petis, jangan lupa untuk mencoba wedangan khas warung ijo Tahu Petis Mataram ini. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Disamping tahu petis, ada pula berbagai wedangan seperti wedang ronde, wedang kacang tanah, bubur kacang ijo dan ketan duren. Berbagai jajan pasar seperti pisang goreng, nagasari, lemper, dan mendoan ini cocok jadi teman menyantap wedangan.

Saya yang saat itu berniat mencicipi wedang ronde terpaksa mengurungkan niat saya. Belum ada satu jam membuka lapak, kedai ini sudah kehabisan ronde. Benar-benar se-laris itu!

Terpaksa saya alihkan pilihan ke wedang kacang tanah. Wedang kacang tanah di sini disajikan hangat-hangat kuku. Wedang kacang tanah dengan kuah berwarna cokelat semi kental sudah tersaji di depan saya. Biji-biji kacang berukuran besar mengambang seakan memanggil saya agar segera menyeruputnya.

Slurppp.... rasa manis yang dominan memenuhi mulut saya. Nggak lupa beberapa bulir kacang yang masir dan supeempuk bikin saya nggak perlu capek-capek mengunyah. Beberapa sendok seruputan wedang kacang tanah, saya selingi dengan pisang goreng dengan penampakan luarnya yang sedikit gosong karena proses karamelisasi.

Ada pula berbagai jajan pasar yang cocok dinikmati bersama wedangmu. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Eits... jangan lupakan tahu petisnya. Memakan langsung tahu petis di sini kamu bakal disuguhi tahu tanpa isian. Petisnya sudah tersedia di mangkuk yang bisa kamu isi sendiri. Jangan tanya rasanya! Banyaknya pembeli yang mengantre di depan counter tahu petis ini menandakan tahu petis di sini memang nggak ada duanya.

Oh ya, menurut pengakuan sang pemilik, resep di kedai ini nggak pernah berubah lo. “Banyak yang jual, tapi bumbunya beda, tapi petis kita beda!” katanya pemilik Tahu Petis Mataram yang enggan disebut namanya.

Saat ini, warung ijo Tahu Petis Mataram sudah dikelola oleh generasi kedua lo. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Nggak heran, banyak pembeli yang rela menunggu di luar kedai untuk mendapat giliran agar bisa duduk di kursi. Meski rata-rata harga makanan di sini di atas harga yang ada di pasaran, namun dijamin worth it banget deh!

Tapi ingat, jangan datang terlalu malam jika ingin mencicipi berbagai menu di kedai kecil ini.  Oh ya, kalau kamu mager, bisa juga lo beli wedangan dan tahu petis di sini via ojek daring. Daripada ngiler, mending langsung cus ke Tahu Petis Mataram deh, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

 

Tahu Petis Mataram

Kategori                           : Kedai

Alamat                             : Jl. MT Haryono No. 724

Jam Operasional               : 18.30 – 22.00 WIB

Harga makanan                : Rp 3.000 – Rp 10.000

 

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal 4 Budaya Kota Semarang yang Kini Berstatus Warisan Budaya Takbenda

21 Nov 2024

Memahami Perempuan Korea di Buku 'Bukannya Aku Nggak Mau Menikah' Karya Lee Joo Yoon

21 Nov 2024

AI Bikin Cerita Nyaris Sempurna, Tapi Nggak Mampu Bikin Pembaca Terhanyut

21 Nov 2024

Dilema Membawa Anak ke Tempat Kerja

21 Nov 2024

La Nina Masih Berlanjut, BMKG Minta Kita Makin Waspada Bencana Alam

21 Nov 2024

Kematian Bayi dan Balita: Indikator Kesehatan Masyarakat Perlu Perhatian Serius

21 Nov 2024

Ketua KPK Setyo Budiyanto: OTT Pintu untuk Ungkap Korupsi Besar

22 Nov 2024

Menelisik Rencana Prabowo Pengin Indonesia Hentikan Impor Beras Mulai 2025

22 Nov 2024

Meriung di Panggung Ki Djaswadi, sang Maestro Kentrung dari Pati

22 Nov 2024

Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Itulah Prinsip Wabi-Sabi

22 Nov 2024

Mencegah Kecelakaan Maut di Turunan Silayur, Ngaliyan, Semarang Terulang

22 Nov 2024

Apa Alasan Orang Jepang Tidur di Lantai?

22 Nov 2024

Rute Baru Semarang-Pontianak Resmi Dibuka di Bandara Ahmad Yani Semarang

22 Nov 2024

Bagaimana Sebaiknya Dunia Pariwisata Menghadapi Kebijakan PPN 12 Persen?

23 Nov 2024

Asal Mula Penamaan Cepogo di Boyolali, Terkait Peralatan Dapur

23 Nov 2024

Mengapa Warna Bangunan di Santorini Dominan Putih dan Biru?

23 Nov 2024

Kekerasan pada Perempuan; Siapa yang Salah?

23 Nov 2024

Wejangan Raden Alas: Warga Blangu, Sragen Dilarang Beristri Dua

23 Nov 2024

Alokasi Ditambah, Serapan Pupuk Bersubsidi di Jawa Tengah Capai 60,23 Persen

23 Nov 2024

Menguak Sejarah dan Alasan Penamaan Tulungagung

24 Nov 2024