Inibaru.id - Kasus kekerasan terhadap perempuan yang terus meningkat seharusnya membuat kita semua merenung. Mengapa perempuan harus terus-menerus berjuang untuk menemukan tempat aman? Bukankah idealnya, di mana pun mereka berada, mereka berhak merasa aman tanpa perlu khawatir akan keselamatan diri?
Salah satu stigma yang sering muncul dalam kasus kekerasan terhadap perempuan adalah anggapan bahwa cara berpakaian perempuan menjadi salah satu penyebab. Padahal, logika ini nggak hanya keliru, tetapi juga merugikan. Perempuan yang berpakaian kurang tertutup atau sesuai dengan preferensinya bukanlah alasan yang membenarkan pelecehan. Perbuatan buruk itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab pelaku, bukan korbannya.
Yang seharusnya menjadi fokus adalah pendidikan moral dan kesadaran masyarakat. Setiap individu, terutama laki-laki, perlu diajarkan untuk mengontrol perilaku dan hormat terhadap sesama. Kekerasan bukan hanya tentang tindakan fisik, tetapi juga tentang pola pikir yang menormalisasi perilaku salah.
Selain itu, penting bagi kita untuk memperkuat perlindungan hukum bagi perempuan. Undang-undang yang tegas dan penegakan hukum yang konsisten dapat memberikan efek jera kepada pelaku kekerasan.
Di sisi lain, masyarakat harus mulai menghapus budaya menyalahkan korban. Jangan lagi bertanya, “Apa yang dia lakukan atau kenakan hingga dilecehkan?” tetapi tanyakan, “Mengapa pelaku merasa punya hak untuk melecehkan?”
Perempuan nggak seharusnya terus hidup dalam ketakutan. Aman bukanlah hak istimewa, melainkan hak mendasar yang harus dimiliki setiap individu, termasuk perempuan, tanpa terkecuali.
Yuk kita ciptakan lingkungan di mana perempuan dapat merasa aman, dihormati, dan bebas menjalani hidup tanpa rasa khawatir. Karena pada akhirnya, kesalahan nggak pernah ada pada korban, tetapi pada pelaku yang memilih untuk berbuat salah. Kamu setuju kan, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)