Inibaru.id – Sehari-hari melintasi Kecamatan Tuntang, tapi nggak pernah sekalipun terbesit di benak Asori kenapa wilayah yang letaknya bersebelahan dengan tempat tinggalnya yakni Ambarawa, Kabupaten Semarang, ini diberi nama demikian.
Namun, akhirnya dia memikirkannya juga setelah terjadi obrolan singkat dengan tetangganya belum lama ini. Bertemu saat berburu takjil menjelang waktu berbuka, keduanya terlibat percakapan seru berkaitan dengan cerita rakyat di kecamatan berpanorama molek tersebut.
Asrori sebelumnya mengira bahwa Tuntang diambil dari nama sungai yang membelah kecamatan tersebut, yakni Kali Tuntang. Namun, rupanya dia keliru. Menurut tetangganya, nama sungai itu nggak muncul lebih dulu dari penamaan kecamatan itu karena keduanya berasal dari cerita rakyat yang sama.
“Kata tetangga saya yang sudah cukup sepuh itu, nama Tuntang berkaitan dengan perjalanan Kiai Putih yang menyebarkan Islam di wilayah itu pada masa lalu,” ungkap Asrori yang hampir tiap hari melewati Tuntang untuk bekerja di institusi pendidikan di Salatiga, Jumat (7/7/2025).
Permukiman yang Ramai
Konon, Asrori mulai bercerita, ketika Tuntang masih dipenuhi hutan lebat, sudah ada permukiman penduduk yang cukup ramai di salah satu sudutnya. Saat Kiai Putih bertandang, Islam diterima dengan baik dan penuduk setempat bersedia melakoni salat lima waktu.
Sebagai penanda waktu salat, warga membunyikan kentongan yang akan terdengar di seantero kampung. Suaranya "tung-tang-tung" bertalu-talu.
“Nah, bunyi ‘tung tang’ itulah yang konon jadi inspirasi penamaan Kecamatan Tuntang,” sebut Asrori.
Nama itu terus dipertahankan hingga kini, menjadi nama kecamatan yang dikenal luas karena selalu dilintasi pengendara saat melakukan perjalanan Semarang-Solo, meski namanya mungkin nggak sepopuler Bawen atau Ungaran di Kabupaten Semarang.
Oya, nama Tuntang sebetulnya sempat tercatat dalam sejarah pada masa kolonialisme di negeri ini. Pada 1811, kecamatan ini menjadi saksi penyerahan Hindia-Belanda ke pemerintahan Britania Raya yang mengawali penjajahan Inggris yang singkat di Nusantara.
Baca Juga:
Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap AlhamdulillahKomitmen yang kemudian dikenal sebagai Perjanjian Tuntang atau Kapitulasi Tuntang ini diyakini dilakukan di tepi Rawa Pening yang kala itu menjadi tempat peristirahatan bangsa Eropa di negeri ini, Hingga kini, sebagian Rawa Pening masih menjadi bagian dari Tuntang.
Wah, sejarah yang menarik, bukan? Kalau melintas di Tuntang, jangan lupa nikmati keindahan panorama di sini ya. Kalau perlu sambil bawa kentongan, biar bisa ditabuh "tung-tung-tung"! Ha-ha. (Arie Widodo/E10)