BerandaHits
Jumat, 4 Des 2025 20:02

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

Ilustrasi SAMAN. (Freepik)

Sistem SAMAN dari Kominfo memungkinkan pemerintah menurunkan konten dalam hitungan jam. Cepat dan efisien, memang. Tapi tanpa definisi yang jelas dan pengawasan independen, publik justru harus waspada terhadap potensi penyalahgunaannya.

Inibaru.id - Kamu pernah membayangkan sebuah sistem digital yang bisa membuat kontenmu lenyap hanya dalam hitungan jam? Diam-diam, Indonesia kini punya mekanisme itu, lo. Namanya SAMAN alias Sistem Kepatuhan Moderasi Konten milik Kominfo/Komdigi.

Sekilas, sistem ini terdengar seperti upaya serius negara melawan judi online, pornografi, atau eksploitasi anak. Tapi seperti banyak kebijakan digital lain, persoalannya muncul saat prosesnya gelap dan publik nggak tahu bagaimana keputusan dibuat.

Secara sederhana, SAMAN adalah dashboard resmi yang memungkinkan pemerintah mengirim Surat Perintah Takedown langsung ke platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, hingga X.

Ada tenggat waktu:
- 4 jam untuk konten “mendesak”

- 24 jam untuk konten lain
Kalau platform nggak patuh, ancamannya denda administratif hingga pemblokiran akses.

Dari sisi tujuan, sistem ini tampak mulia. Pemerintah tinggal menekan satu tombol, dan konten berbahaya bisa hilang sebelum sempat menyebar. Cepat, efektif, presisi.

Tapi masalahnya bukan di teknologinya. Masalahnya ada di definisi, pengawasan, dan potensi kekuasaan yang terlalu besar.

Istilah 'Meresahkan Masyarakat' yang Kabur

Konten yang terindikasi judi online masuk kategori nggak mendesak. (via UGM)

Dalam indeks urgensi konten yang digunakan SAMAN, ada kategori bernama “mendesak (konten meresahkan masyarakat)”. Istilah ini sangat lentur. Apa definisi meresahkan? Siapa yang menentukan? Apa tolok ukurnya? Apakah kritik terhadap pejabat bisa dianggap “meresahkan masyarakat”? Apakah liputan investigatif tentang kebijakan bermasalah bisa masuk kategori “mendesak”?

Ironisnya, dalam tabel urgensi itu, judi justru dikategorikan nggak mendesak.

Sementara “meresahkan masyarakat” yang definisinya kabur justru masuk prioritas tinggi.

Tanpa pengawasan independen, SAMAN bisa menjadi alat untuk:
- Menghapus kritik publik

- Menekan liputan jurnalistik

- Menurunkan karya edukasi yang dianggap “sensitif”

- Mengontrol isu politik tertentu menjelang momentum penting
Ini bukan kekhawatiran kosong, Gez.

Banyak negara lain mulai dari India hingga Turki mengalami masalah serupa ketika pemerintah memiliki tombol takedown yang dapat dipakai tanpa transparansi.

Diperlukan Transparansi dan Akuntabilitas

Di banyak negara, mekanisme penghapusan konten selalu diawasi lembaga independen, dilengkapi laporan publik berkala, hingga prosedur banding bagi warganet. Prinsipnya jelas: kekuatan untuk menghapus konten harus sebanding dengan mekanisme pengawasannya.
Sayangnya, hingga kini publik belum mengetahui:
- Siapa yang menilai sebuah konten “mendesak”?

- Apakah ada proses verifikasi berlapis?- Adakah laporan transparansi yang bisa diakses publik?

- Bagaimana mekanisme keberatan jika konten diturunkan secara nggak tepat?
Tanpa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, SAMAN bisa menjadi pisau bermata dua: melindungi sekaligus membungkam.

SAMAN memang bisa jadi alat penting untuk memberantas konten berbahaya. Tapi ia juga bisa berubah menjadi ancaman jika nggak diawasi. Ruang digital yang aman hanya bisa tercipta jika kebijakan digital dibuat terbuka, transparan, dan akuntabel.
Karena pada akhirnya, perlindungan nggak boleh berubah menjadi pembungkaman.

Kita harus mengakui bahwa kita butuh ruang digital yang aman, tapi tentunya tanpa mengorbankan kebebasan berekspresi. Betul kan, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: