BerandaTradisinesia
Selasa, 25 Mar 2024 17:00

Pasar Legi Kotagede Yogyakarta, Sudah Ramai Sejak Abad ke-16

Pasar Legi Kotagede Yogyakarta. (Twitter/arieparikesit)

Bukan Pasar Beringharjo, ternyata pasar tertua di Yogyakarta adalah Pasar Legi Kotagede. Seperti apa ya cerita dari pasar yang masih eksis dan ramai hingga sekarang ini?

Inibaru.id – Kebanyakan orang berpikir jika Pasar Beringharjo adalah pasar tertua di Yogyakarta. Maklum, lokasinya ada di Jalan Malioboro yang dikenal ramai dan dekat dari pusat kota Yogyakarta. Apalagi, arsitekturnya juga menunjukkan bahwa pasar ini memang sudah eksis sejak masa lampau.

Meski begitu, ada pasar yang jauh lebih tua di Yogyakarta, lo. Namanya adalah Pasar Legi Kotagede. Pasar ini sudah eksis sejak abad ke-16 lo. Asal kamu tahu saja, nih, Pasar Legi Kotagede sudah eksis kurang lebih satu abad lebih lama dibandingkan dengan Pasar Beringharjo yang berdiri nggak lama setelah Keraton Yogyakarta dibangun pada 1758.

Nama Pasar Legi Kotagede bahkan sudah bisa kau temui dalam Babad Tanah Jawi yang dirilis pada abad ke-18. Dalam naskah tersebut, diungkap bahwa pasar ini eksis seiring dengan berdirinya Kasultanan Mataram Islam, Millens.

Semua bermula dari pemimpin Pajang, Sultan Hadiwijaya yang menyerahkan hadiah sebidang tanah kepada Ki Ageng Pamanahan sebagai ucapan terima kasih kerana menyingkirkan arya Penangsang pada 1549. Tanah tersebut berada di wilayah Mentaok yang ada di antara Mataram serta Pati. Nah, Ki Ageng Pemanahan dan adik angkatnya, Ki Penjawi, langsung menggarap tanah tersebut.

Setelah selesai membabat hutan, Ki Ageng Pemanahan pun membangun sebuah pasar yang bakal jadi pusat ekonomi sekaligus keramaian masyarakat. Di sekitar pasar, dibangun alun-alun yang berfungsi sebagai tempat masyarakat berkumpul, masjid sebagai tempat ibadah, serta Keraton Kotagede sebagai pusat pemerintahan.

Pasar Legi Kotagede dikenal sebagai surga kuliner Yogyakarta. (Jogjaprov)

Awalnya, pasar yang berada di bawah pepohonan berukuran besar ini hanya beralaskan tanah. Para pedagangnya menjual hasil bumi, gerabah, barang rumah tangga, hingga kain batik.

Pada masa penjajahan Hindia Belanda, tepatnya pada awal abad ke-20, listrik sudah mengaliri pasar tersebut, lo. Tepatnya setelah perusahaan listrik Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij (ANIEM) membangun gardu listrik di dekat pasar tersebut. Asal kamu tahu saja ya, gardu ini masih eksis dan dikenal dengan sebutan Babon Aniem.

Sejak saat itulah, jenis barang yang diperdagangkan di Pasar Legi Kotagede semakin bervariasi. Kamu bisa menemui penjual makanan dan minuman hingga hasil kerajinan perak!

Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 1986, Pasar Legi Kotagede direnovasi secara menyeluruh oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Renovasi ini membuat pasar tersebut jadi semakin ramai karena variasi barang yang dijual di sana juga semakin banyak. Bahkan, pasar ini kini sering dijadikan jujugan mereka yang pengin wisata kuliner dan mencari penganan khas Yogyakarta yang belum tentu ditemui di kota lain, lo.

Nggak disangka ya, Pasar Legi Kotagede yang sekilas terlihat seperti pasar-pasar tradisional pada umumnya ternyata menyimpan sejarah yang cukup besar. Yuk kapan kita berburu kuliner khas Yogyakarta sembari berwisata di sana? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: