Inibaru.id - Kalau kamu pernah berkunjung ke Kota Tegal, sempat mampir ke Kelurahan Randugunting yang berjarak sekitar 1 kilometer ke arah selatan dari Alun-alun Tegal, nggak, Gez? Kalau iya, sempat terpikir nggak mengapa nama wilayahnya semenarik itu?
Kalau ditelaah, kata randu di Randugunting berasal dari pohon randu, sementara gunting berasal dari peralatan rumahan yang kita gunakan untuk memotong. Kedua hal tersebut sangat jarang berkelindan karena pohon biasanya di luar rumah, sementara gunting dipakai di dalam rumah. Lantas, kok bisa ya dua nama benda itu digabung jadi nama sebuah wilayah?
Usut punya usut, hal ini berasal dari kisah sebuah pohon dengan bentuk unik dan juga cerita tentang abdi Raja Mataram. Seperti apa sih sejarah penamaan Randugunting?
Pohon Randu dan Misteri Bentuknya yang Mirip Gunting
Cerita paling populer soal asal-usul nama Randugunting bermula dari pohon randu besar yang dulunya berdiri megah di belakang SDN Randugunting 1. Uniknya, pohon ini memiliki dua batang utama yang tumbuh menjulang ke atas, menyerupai bentuk gunting yang terbuka.
"Dulu pohon randunya ada di belakang sekolah tersebut. Sebelum jadi sekolah, dulunya area tersebut adalah makam," cerita salah seorang tokoh masyarakat Randugunting Rianto sebagaimana dilansir dari Tribunjateng, Senin (9/3/2020).
Rianto melanjutkan, pohon ini lebih dari sekadar pohon biasa. Selain karena bentuknya yang tidak lazim, lokasi pohon yang ditebang pada 2019 ini dulunya adalah area makam. Di sanalah, konon, dimakamkan sosok yang disebut sebagai Mbah Randugunting.
Siapakah Mbah Randugunting?
Nah, jika sebelumnya ada sebuah pohon yang disebut-sebut jadi asal penamaan Randugunting, ada versi lain penamaan wilayah tersebut, yaitu tokoh sejarah bernama Mbah Randugunting.
Kalau menurut arsip sejarah yang sempat dibaca Lurah Randugunting, Duryani, Mbah Randugunting adalah seorang pengikut setia Amangkurat II, Raja Mataram pada 1677 sampai 1703 yang naik takhta setelah Amangkurat I wafat. Sosok ini juga disebut-sebut sebagai orang kepercayaan Tumenggung Martoloyo, Bupati Tegal kala itu.
Nama asli Mbah Randugunting nggak diketahui. Namun, karena dia menemukan pohon randu bercabang unik saat bertugas, julukan “Ki Gede Randugunting” pun melekat padanya.
Pada tahun 1677, atas rekomendasi Tumenggung Martoloyo, Mbah Randugunting diangkat menjadi Lurah Dalem Kabupaten Tegal oleh Amangkurat II. Wilayah kekuasaannya cukup luas, mencakup daerah yang kini menjadi Kelurahan Kemandungan, Pekauman, Kraton, hingga Tegalsari. Berkat jasa-jasanya, namanya pun kemudian diabadikan menjadi nama kelurahan, deh.
Kini, Randugunting dikenal sebagai kawasan yang ramai dengan kuliner khas Tegal, termasuk kupat glabed yang menggoda selera. Namun di balik geliat kuliner dan kehidupan perkotaannya, ada sejarah panjang yang mengakar tentang kesetiaan, simbol alam, dan kepemimpinan di masa lampau. (Arie Widodo/E07)
