BerandaPasar Kreatif
Rabu, 10 Apr 2018 19:16

Bonggol Jagung pun Jadi Candi Borobudur

Miniatur Candi Borobudur. (Antarafoto.com)

Menyulap bonggol jagung jadi beragam karya seni, bisakah? Bisa! Kemampuan kreatif itu dimiliki oleh seorang warga Sleman, Yogyakarta.

Inibaru.id – Yang unik dan kreatif memang nggak ada habisnya ya, Millens. Di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, seorang warga bernama Stefanus Indri Sujatmiko mampu mengubah limbah bonggol jagung menjadi beragam karya seni, mulai dari lampu tidur hingga replika ikon dunia. Wow, hebat!

Mengutip tribunnews.com (11/12/2017), Stefanus memulai membuat kerajinan pada Januari 2016. Kala itu, lelaki yang awalnya memiliki kesibukan membudidayakan ikan gurame itu menyadari bahwa ada banyak limbah jagung di sekitar rumahnya. Yang membuat prihatin, dua bulan lamanya bonggol jagung itu nggak membusuk. Khawatir bisa merusak kesuburan tanah, Stefanus pun memikirkan cara untuk memanfaatkan limbah-limbah tersebut.

Bersama seorang mahasiswa ISI Yogyakarta, Stefanus mencari referensi pemanfaatan limbah bonggol jagung. Tetapi, Stefanus belum paham betul proses produksinya. Lalu pada Maret 2016, Stefanus mulai memproduksi kerajinan lampu dan kotak tisu. 

Setelah ditekuni, Stefanus senang karena hasil yang dia dapatkan cukup memuaskan. Berbekal keinginan meningkatkan ilmu, Stefanus pun berangkat menuju bengkel kerajinan bonggol jagung milik Eddi Junedi di Kota Bogor. Tetapi, sesampainya di sana, Eddi justru memuji karya Stefanus, lo. Katanya, karya yang dibuat Stefanus sudah mendapat nilai ekonomi yang tinggi.

Baca juga:
Kurcaci Bonggol Bambu Unik dari Blora
Menggosok Tempurung Kelapa, Mencipta Kerajinan Unik

Stefanus pun semakin mantap untuk terus berkreasi dan meningkatkan kualitas kerajinan. Dia membuat pipa rokok, tatakan gelas, kap lampu, tempat tisu, dan barang-barang lainnya. Mengutip laman elzha09.com (1/10/2016), ada keunikan lain yang membuat karyanya semakin terkenal. Stefanus memadukan bonggol jagung dengan tali yang dibuat dari eceng gondok atau batang pisang, serta memanfaatkan kulit kayu dan kelobot jagung sebagai variasi. Selain itu, dia juga memakai mika dan kawat anti karat untuk menjaga pola kerajinan. Sebagai tahap akhir, melanin berbasis minyak dipakai agar menimbulkan efek mengilap.

Pada 2017, kreasi yang dibuat Stefanus semakin meluas. Ia membuat lukisan tokoh-tokoh dunia, seperti Bung Karno, Barack Obama, dan Joko Widodo. Meja, kursi, bahkan miniatur ikon-ikon dunia pun dibabat habis oleh Stefanus, mulai dari Monas, Menara Eiffel, rumah adat Jawa, bahkan Candi Borobudur. Ukurannya pun nggak main-main, lo, yiatu 140 cm x 140 cm. Megah dan indah banget.

Dari Sleman ke Mancanegara

Karya seni Stefanus dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Bali, Bogor, dan Jakarta. Dia juga sempat membuat packaging batik yang dikirim dari Bali ke Abu Dhabi. Eits, bahkan Stefanus sempat membuat pameran juga, lo. Pameran itu digelar di Yogyakarta dan Palembang.

Rata-rata kreasi Stefanus dibanderol dengan harga Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu, walaupun harga ini juga berubah-ubah sesuai dengan tingkat kesulitan karya. Karya seni dari bonggol jagung ini punya kelebihan, lo. Barang-barang itu nggak akan dimakan rayap dan tikus sehingga awet. 

Meskipun tampaknya berjalan lancar, Stefanus juga menghadapi hambatan. Selama ini, proses produksi dilakukan secara manual. Karena itu, pengerjaan nggak bisa dilakukan dengan cepat. Untuk mengatasi hal ini, Stefanus dan para pengrajin lainnya sempat menemui Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Pertemuan ini menghasilkan sejumlah solusi untuk para pengrajin dari segi pendanaan, pemasaran, dan peralatan.

Baca juga:
Ketika Tangan Bersalaman Jadi Motif Batik Salem, Brebes
Pot-Pot Semen Unik ala Ridwan

"Dalam sebulan produksi, karena pembuatannya serbamanual, paling untuk pembuatan jenis lampu yang tabung sekitar 10 hingga 20 buah per bulan. Karena itu kami meminta bantuan mesin agar produksi dapat meningkat," ujarnya, seperti ditulis tribunnews.com (5/2/18).

Bagaimana, Millens? Kreativitas tanpa batas yang patut dijadikan inspirasi, ya. (IB08/E02)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024