Inibaru.id - Bagi sebagian besar pekerja atau anak sekolah, akhir pekan biasanya akan menjadi hari yang dinantikan. Sebab, pada hari itu mereka punya kesempatan untuk melepas lelah dan penat setelah hari-hari padat selama sepekan.
Ada yang menghabiskan akhir pekan dengan mager dan memilih bermalas-malasan saja di rumah, tapi nggak sedikit yang sudah sibuk sedari pagi, mulai dari ngebut mengurus pekerjaan domestik yang nggak sempat dipegang selama seminggu hingga berolahraga atau piknik singkat di ruang publik seperti taman kota.
Akhir pekan lalu, saya memilih yang kedua. Hari masih cukup pagi ketika saya keluar rumah lengkap dengan kostum olahraga dan bersepatu. Tujuan saya adalah lari-lari ringan di jalanan yang lengang pada Minggu pagi, lalu mampir ke acara Car Free Day (CFD).
Saya tinggal cukup jauh dari pusat kota Jepara. Maka, untuk bisa CFD-an di alun-alun kota, saya perlu menempuh perjalanan bersepeda motor selama 20-an menit. Namun, karena pagi itu cuaca agak dingin, saya putuskan untuk menuju lokasi CFD yang dekat dengan rumah, yakni di Desa Mayong Lor.
Mayong Lor adalah desa di Kecamatan Mayong yang jaraknya sekitar 25 kilometer dari Alun-Alun Jepara. Namun, tempat ini bisa saya jangkau dengan bersepeda motor selama sekitar 5 menit saja. CFD-an di desa ini dipusatkan di Jalan Pramuka.
CFD di Gang Sempit
Oya, jangan samakan CFD-an di tempat ini seperti yang ada di pusat kota ya, Gez! Lokasinya di gang yang cukup sempit dengan pengunjung yang bisa dibilang cukup padat, membuat saya terpaksa memarkirkan kendaraan di bibir gang sebelum menyusuri lorong yang nggak terlalu panjang itu dengan berjalan kaki.
CFD di Mayong Lor hanya digelar sekali dalam sebulan. Mungkin inilah yang membuat tempat tersebut begitu padat. Pengunjungnya nggak hanya warga lokal, tapi dari desa lain. Selain itu, lapak kuliner di lokawisata tersebut juga cukup beragam, membuat siapa pun tergoda untuk mampir.
Berdasarkan informasi dari sejumlah pemilik lapak, CFD di Jalan Pramuka ini merupakan inisiasi dari jemaah Mushola Al Ikhlas yang berlokasi di jalan tersebut. Ide itu muncul di tengah kegelisahan mereka mencari dana besar untuk menyelenggarakan sebuah acara di musala tersebut.
Arif Supriyanto, ketua panitia sekaligus salah satu inisiator CFD mengatakan, dari kegelisahan itu muncul ide untuk membuat suatu usaha rutin sebagai solusi alternatif bagi kegiatan jemaah sekaligus pendapatan untuk mengisi kas musala.
Wadah UMKM Lokal
Dari keinginan itu, berbagai gagasan Bolo Al Ikhlas, sebutan untuk jemaah musala tersebut, pun bermunculan; hingga akhirnya mengerucut pada satu hal, yakni menggelar CFD di Jalan Pramuka, yang kali pertama diluncurkan pada 13 Oktober 2024 lalu.
“Sekarang sudah hampir setahun," tutur Arif di tengah acara. "Selain untuk membuat musala semakin berkembang, tujuan utama CFD ini adalah untuk membangun UMKM lokal.”
Pengelolaan CFD Mayong Lor dilakukan oleh Bolo Al Ikhlas. Arif mengungkapkan, pada penyelenggaraan perdana, mereka berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp3,9 juta. Dia memperkirakan, pendapatan itu terus meningkat seiring bertambahnya UMKM dan pengunjung.
“Sedikit gambaran, minggu pertama kami dapat Rp3,9 juta dengan jumlah pengunjung sekitar 500 hingga 1.000 orang. Kemungkinan semakin meningkat seiring dengan jumlah pengunjung yang semakin banyak,” ucapnya.
Untuk Mendukung Kegiatan Musala
Dana hasil CFD yang diperoleh tiap bulan, Arif mengungkapkan, kemudian dikelola untuk membangun dan mendukung kegiatan di musala, mulai dari membeli perlengkapan, memberikan santunan untuk anak yatim, membiayai instruktur senam, serta mendukung kegiatan-kegiatan lain.
“Dana kontribusi UMKM masuk ke kegiatan agama di musala. Sedangkan pendapatan dari parkir digunakan untuk membeli perlengkapan seperti makanan untuk anak-anak,” terang Arif.
Lapak UMKM di CFD Mayong Lor memang cukup banyak, yang rata-rata menjajakan penganan mulai dari yang tradisional hingga kekinian. Beberapa menu kuliner yang sempat saya lihat sekilas lalu antara lain bubur delima, nasi pecel, getuk, dimsum, hingga sosis bakar.
"Awal buka ada 70 lapak, sekarang sudah mencapai 100 UMKM yang mendaftar," ujarnya. "Ke depan, kami berencana bikin stand-stand itu permanen agar terlihat lebih rapi, terrib, dan enak dilihat."
Syarat Mendaftar yang Mudah
Banyaknya UMKM yang bersedia membuka lapak di CFD ini, menurut Arif, karena syaratnya nggak memberatkan. Para pelaku usaha hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp10 ribu untuk dapat lapak berukuran 2x2 meter. Mereka bisa berjualan dari Subuh hingga CFD tutup pukul 10.00 WIB.
Ainun Felisia adalah salah seorang pelaku usaha asal Mayong Lor yang memanfaatkan CFD ini untuk membuka lapak kulinernya. Di sela-sela kesibukannya berkuliah, dia menyempatkan diri berjualan puding, cireng, bronis, dan kudapan kekinian lain di lapak tersebut.
"Baru beberapa bulan (ikut buka lapak) di sini. Lumayan, untuk ngisi waktu luang sekaligus nambah uang jajan," tutur Felis, sapaan akrabnya, yang saya temui di tengah kesibukannya melayani pembeli.
Nggak hanya kudapan, kamu juga berburu sarapan di tempat ini. Salah satunya adalah di lapak pecel milik Maemunah. Lapak yang menurut saya termasuk salah satu yang paling ramai ini menyediakan pecel dengan horog-horog atau lontong, lengkap dengan gorengan sayur.
“Biasanya saya jualan di rumah, tapi kalau ada event CFD ya jualan di sini. Coba peruntungan sekaligus ajang promosi biar dagangan saya lebih dikenal,” kata Maemunah tanpa memalingkan mukannya dari meracik bumbu pecel.
Nggak Hanya Berwisata Kuliner
Sebagaimana CFD di pusat kota seperti alun-alun, kegiatan di Mayong Lor ini juga nggak terbatas pada wisata kuliner saja. Untuk menarik minat pengunjung, pihak panitia juga sepertinya menyediakan aktivitas senam yang bisa diikuti siapa pun secara gratis.
Berdasarkan penuturan Arif, aktivitas ini dibiayai melalui kontribusi UMKM sehingga pengunjung nggak perlu mengeluarkan sepeser uang pun untuk ikut senam. Berdasarkan pengamatan saya, aktivitas ini cukup menjadi magnet di sini, dengan peserta lintas kalangan, mulai dari anak hingga dewasa.
Selain senam, Arif mengatakan bahwa Bolo Al Ikhlas juga secara rutin membuat acara tambahan seperti lomba mewarnai atau menyanyi untuk anak. Biasanya, lomba dimulai setelah senam dan diikuti puluhan peserta. Asiska, orang tua peserta yang turut menemani buah hatinya lomba mengaku senang dengan kegiatan ini.
"Lomba ini melatih anak untuk berani tampil dan mengasah kemampuan berkompetisi. Seru, seru!" jawabnya dengan muka berbinar.
Sebagai musik pengiring, Bolo Al Ikhlas menggandeng para pemusik tongtek untuk tampil secara bergantian di CFD Mayong Lor. Arif bilang, kuncinya adalah selalu kreatif, inovatif, dan selalu menawarkan hal baru. Hm, ide yang menarik untuk bikin CFD di desamu sendiri nggak, sih? (Alfia Ainun Nikmah/E10)
