Inibaru.id - Mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa ada campur tangan para animator Tanah Air dalam seri terbaru Demon Slayer, anime populer Jepang yang acap disebut sebagai salah satu film kartun dengan visual dan jalan cerita terbaik ini.
Yap, dalam kredit akhir film terbarunya yakni Demon Slayer: Infinity Castle yang bakal tayang di bioskop Indonesia pada 15 Agustus 2025 mendatang, tersemat nama Studio Ubud. Namanya diletakkan sejajar dengan sejumlah studio animasi masyhur dunia yang banyak menggarap film animasi kenamaan.
Perlu kamu tahu, Studio Ubud atau lebih tepatnya PT Kreasi Studio Ubud adalah sebuah studio animasi yang berbasis di Indonesia. Studio yang berdiri pada 2015 ini dikenal karena keterlibatannya dalam produksi beberapa anime terkenal seperti One Piece, Jojo's Bizarre Adventure, Tokyo Ghoul, dan Bleach.
Belum lama ini, melalui unggahan resmi di akun medsos mereka, Studio Ubud mengumumkan keterlibatan mereka dalam pengerjaan bagian pertama dari trilogi Demon Slayer: Infinity Castle yang sudah mulai tayang di Jepang pada 18 Juli lalu.
Tentang 'Demon Slayer: Infinity Castle'
Meski nggak ada informasi spesifik bagian apa yang Studio Ubud kerjakan di film animasi yang ditayangkan secara global ini, pencapaian itu tentu saja sudah cukup membuat bangga para wibu secara khusus dan pencinta film pada umumnya. Mengapa membanggakan?
Sedikit informasi, nggak mudah menembus industri animasi di Negeri Sakura yang terkenal kompetitif, apalagi untuk menggarap anime sekelas waralaba Demon Slayer yang popularitasnya kini mungkin telah menyamai One Piece di Jepang atau Solo Leveling di Korea.
Sebagai gambaran, Demon Slayer: Infinity Castle yang tayang perdana di Jepang pada pertengahan Juli lalu telah mencetak rekor pendapatan sebesar 1,5 miliar yen atau sekitar Rp163 miliar pada penayangan hari pertama, melampaui seri pendahulu yakni Demon Slayer: Mugen Train yang meraup laba 1,28 miliar yen.
Film Demon Slayer: Infinity Castle yang akan tayang di Indonesia pada 15 Agustus mendatang ini merupakan bagian pertama dari trilogi "Infinity Castle" yang mengadaptasi Final Arc manga Kimetsu no Yaiba karya Koyoharu Gotouge.
Jejak Studio Ubud di Belantika Anime
Di tengah kritik tajam terhadap film animasi lokal Merah Putih: One for All yang rencananya bakal tayang pada 14 Agustus atau sehari sebelum penayangan Demon Slayer: Infinity Castle Part I, keberadaan Studio Ubud tentu saja menjadi semacam "pelipur lara" bagi pengemar film animasi di Indonesia.
Oya, kendati menamakan diri sebagai Studio Ubud yang mungkin akan meningatkan kita pada satu kawasan molek di Bali, studio animasi independen asal Indonesia ini sejatinya berpusat di Jakarta dan Solo, bukan Kota Ubud yang dikenal sebagai destinasi wisata terkenal di Bali.
Dikutip dari Written (7/7/2025), nama Ubud dipilih oleh founder sekaligus CEO mereka, Lindra Hismanto, sebagai bentuk apresiasi pribadi terhadap daerah tersebut. Hingga kini, Studio Ubud tercatat sudah terlibat dalam lebih dari 50 proyek anime terkenal.
Beberapa proyek yang pernah digarap mereka termasuk di antaranya One Piece, Bleach, Jujutsu Kaisen, Dragon Ball, Pokemon, JoJo’s Bizarre Adventure, dan Tokyo Ghoul:re. Peran mereka mencakup pelbagai aspek teknis seperti in-between drawing, compositing, painting, hingga brushwork detail.
Melibatkan Ratusan Animator
Masih dikutip dari laman yang sama, Studio Ubud mengandalkan tim internal dalam menggarap puluhan proyek yang masuk ke meja mereka. Mereka melibatkan sekitar 100 animator profesional tanpa menggunakan jasa outsourcing. Hm, menarik bukan?
Pada Mei 2025 lalu, Studio Ubud resmi menjalin kerja sama jangka panjang dengan empat studio anime Jepang ternama, antara lain Entertainment Graphic Innovation atau Studi (Engi), Nippon Animation, Asahi Production, dan A-1 Pictures.
Nama terakhir adalah studio animasi populer di Japang yang dikenal sebagai penggarap anime dengan rating tertinggi seperti Solo Leveling, Lycoris Recoil, Fairy Tail, The Seven Deadly Sins, dan Sword Art Online. Yakinlah, para wibu nggak mungkin belum nonton anime-anime tersebut.
Keterlibatan Studio Ubud dalam anime global menunjukkan bahwa animator Tanah Air nggak hanya kompetitif, tetapi juga layak masuk dalam industri internasional. Peran mereka nggak semata menjadi pelengkap, tapi kontributor teknis pada karya-karya berkualitas tinggi yang dinikmati jutaan penonton di seluruh dunia.
Melihat fakta ini, menjadikan film animasi Jumbo besutan Ryan Adriandhy yang baru saja memecahkan rekor penonton terbanyak di Tanah Air sebagai level industri untuk animasi Tanah Air seharusnya nggak terlalu berlebihan, ya! Gimana menurutmu, Gez? (Siti Khatijah/E10)
