BerandaHits
Senin, 11 Agu 2025 19:33

Tatapan Tajam untuk Ibu Menyusui di Tempat Umum

Tatapan Tajam untuk Ibu Menyusui di Tempat Umum

Studi HCC mengungkap bahwa 1 dari 3 orang Indonesia nggak setuju jika ibu menyusui anaknya di tempat umum. (Shutterstock)

Alih-alih dukungan, banyak ibu yang menyusui di ruang publik justru mendapat tatapan menghakimi. Fakta ini kembali ditegaskan studi terbaru HCC.

Inibaru.id - Harusnya, Pekan Menyusui Sedunia 2025 jadi momen penuh sukacita. Selebrasi kasih sayang ibu pada anaknya, yang diwujudkan lewat tetes demi tetes ASI. Tapi kenyataannya, di balik semangat kampanye ini, masih ada kabar yang bikin dahi berkerut.

Sebuah studi terbaru Health Collaborative Center (HCC) mengungkap fakta yang cukup menggelitik nurani: satu dari tiga orang Indonesia ternyata tidak setuju ibu menyusui di tempat umum. Penelitian bertajuk Persepsi dan Dukungan pada Ibu Menyusui di Tempat Umum ini dilakukan 4–5 Agustus lalu, melibatkan 731 responden dari berbagai latar belakang.

Mayoritas responden adalah perempuan (84 persen), sisanya laki-laki (16 persen). Mereka diminta merespons skenario ibu menyusui di beragam lokasi: taman, transportasi umum, kafe, tempat makan, bahkan di lingkungan kerja. Hasilnya? Stigma negatif masih terasa kental.

Sebanyak 30 persen mengaku nggak nyaman, 29,7 persen merasa gelisah, dan setengah dari responden sangat keberatan jika ibu menyusui dilakukan tanpa penutup. Bahkan, hampir 3 dari 10 orang menilai menyusui hanya boleh di ruang laktasi. “Ini bukan cuma soal kenyamanan visual. Ini soal hak dasar perempuan,” tegas Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, pendiri sekaligus peneliti utama HCC.

Sayangnya, nggak semua tempat umum menyediakan ruang laktasi. (RSUII) 
Sayangnya, nggak semua tempat umum menyediakan ruang laktasi. (RSUII)

Penolakan tertinggi terjadi di taman (34,6 persen). Menyusui di transportasi umum ditolak 33,8 persen responden, sementara di kafe dan restoran, penolakannya masing-masing 32,8 persen dan 30,6 persen. Padahal, menyusui itu sama alamiahnya dengan orang makan di ruang publik. Bedanya, yang makan adalah bayi dan “menu”-nya adalah sumber gizi terbaik yang dimilikinya.

Masalahnya, stigma ini membuat banyak ibu seperti “dipaksa” bersembunyi. Padahal, kata Ray, yang dibutuhkan bukan sekadar ruang laktasi, tapi perubahan budaya. Masyarakat harus bisa menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana ibu bisa menyusui tanpa tatapan menghakimi.

Dukungan pasangan dan orang terdekat juga jadi kunci. Studi HCC menunjukkan, faktor inilah yang paling memengaruhi keberhasilan menyusui. “Menyusui adalah aktivitas alami, sehat, penuh perjuangan, dan bukan sesuatu yang memalukan,” tutup Ray.

Kalau kita gagal menormalkan menyusui di ruang publik, kita bukan hanya menutup mata pada kenyataan, tapi juga mengabaikan hak dasar ibu dan anak. Yuk, Gez biarkan ibu menyusui di mana saja karena setiap tetes ASI adalah kehidupan. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved