BerandaPasar Kreatif
Selasa, 14 Nov 2022 16:02

Belajar dari YouTube, Rezeki Pemuda Salatiga Ini Mengalir Berkat Reog

Adhe Tingkas Ilyas Kamantian, pemuda asal Salatiga yang menjadi perajin reog. (Solopos/Haiwan Alaina)

Nggak ada yang tahu dari mana dan bagaimana rezeki datang. Seperti Tingkas, pemuda asal Salatiga yang nggak menyangka bakal jadi perajin aksesori reog. Kini, omzetnya sudah mencapai jutaan Rupiah.

Inibaru.id – Siapa nyana, keisengan Adhe Tingkas Ilyas Kamantian dalam membuat kerajinan berupa aksesori reog mampu menghasilkan omzet jutaan Rupiah. Produk kerajinan ini sudah dia tekuni sejak 2019 silam.

Pemuda 19 tahun asal Salatiga, Jawa Tengah ini mampu membuat ukir-ukiran reog hanya bermodal tutorial YouTube. Hasil kerajinannya kemudian dia pasarkan hingga ke Kalimantan.

“Saya autodidak belajarnya. Pakai YouTube kan banyak tutorial buat reog begitu,” beber Tingkas Jumat (11/11) melansir Solopos (12/11).

Tingkas bercerita, aksesori yang kali pertama dia buat adalah jaranan berbentuk celeng. Setelah itu, dia merasa tertantang untuk membuat barongan/reog. Barongan pertama ini pun masih dia simpan.

"Nah habis itu saya nyoba cari kayu untuk buat barongan. Kayu randu pertama kali. Karena tidak punya tatah ukir saya hanya pakai tatah tukang bangunan sama cutter,” ungkap Tingkas yang beralamat di Perengsari RT 12/RW 2, Kuthowinangun Lor, Tingkir, Salatiga ini.

Berawal dari situ pendiri Sanggar Reog Wadyo Satrio Budoyo ini ketagihan dan terus mencoba lagi. Dia belajar dari YouTube dan mencari referensi galeri model barongan. Nggak disangka, barongan buatannya laku terjual.

Ramai Pesanan

Ilustrasi Tingkas juga membuat reog untuk pentas dan mainan. (Kompas/Ika Fitriana)

Dalam berjualan, mental baja memang diperlukan. Tingkas yang awalnya mendapat cibiran karena bentuk produk bikinannya dianggap kurang bagus, tetap teguh menjalankan bisnis.

“Saya posting ke grup Facebook jualan barongan. Pertama yang beli itu orang Klero, Tengaran langsung buat pentas,” ungkapnya.

Tingkas kemudian menyadari peluang bisnis yang menggiurkan. Dia lantas semakin semangat dan membuat nama brand Barong Art Salatiga. Dengan bantuan seorang teman, jumlah pesanannya makin meningkat.

“Lumayan banyak setelah sering posting dan jualan di Shoope,” terangnya.

Harga reog

Kalau kamu tertarik membeli reog buatan Tingkas, siapkan kocek sebesar Rp1,5 juta – Rp3,5 juta ya. Harga ini sepadan dengan kualitas reog yang bakal kamu dapat. Reog buatan Tingkas dibuat dari kayu dadap cangkring yang tahan selama lebih dari lima tahun, waru lengis, dan randu.

“Ukuran ada 17 cm, 20 cm, di atasnya 22 cm, 23 cm, paling besar 25 cm. Yang kecil itu buat mainan anak-anak, harganya Rp400 ribu,” jelasnya.

Jika pengin menggunakan barongan untuk pentas, sebaiknya kamu memesan reog dengan ukuran 20 cm ke atas, Millens. Harganya mulai dari Rp1,5 juta saja kok.

“Kalau yang paling laris itu model biasa, reog Kediri. Kalau yang model devil itu yang mahal karena membuatnya cukup susah,” bebernya.

Oya, Tingkas juga membuat beragam topeng untuk pentas dengan harga mulai dari Rp300 ribu sampai Rp700 ribu, lo.

“Ini saya juga baru selesai buat yang model reog Ponorogo. Baru pertama buat ini, satu bulan prosesnya,” jelasnya sambil menunjukkan kepala reog Ponorogo.

Asal kamu tahu, untuk membuat satu kepala reog, rata-rata Tingkas membutuhkan waktu dua pekan. Sementara untuk pernak-perniknya sampai satu bulan. Meski sudah ahli membuat reog Kediri, Tingkas mengaku pengin meng-update skill nya dengan memperlajari reog dari daerah lain.

“Tidak hanya Kediri, Tulungagung, dan Ponorogo. Tapi kesenian daerah lainnya di daerah Jawa. Seperti Bantengan dari Malang dan Joko Lodro dari Blora. Itu tarian kan bagus mas sigrak gitu. Pengen tak buat,” tandasnya.

Wah, salut ya dengan pemuda Salatiga yang satu ini. Semoga apa yang dilakoni Tingkas bisa menginspirasi pemuda lain untuk terus berkarya ya, Millens. (Siti Zumrokhatun/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

Bakal Diisi Siswa Pintar dan Berprestasi, Apa Itu SMA Unggulan Garuda?

17 Jan 2025

Mencari Tahu Sejarah Nama Kecamatan Kunduran di Blora

17 Jan 2025

204 Pendaftar Pelatihan Keterampilan Gratis di BLK Rembang, Bakery Jadi Kejuruan Favorit

17 Jan 2025

Fenomena 'Sad Beige Mom', Benarkah Warna Netral Bisa Mempengaruhi Perkembangan Anak?

17 Jan 2025

Mulai Hari Ini, Kamu Bisa Wisata Perahu di Kali Pepe di Gelaran Grebeg Sudiro Solo!

17 Jan 2025