BerandaHits
Sabtu, 13 Okt 2023 17:00

Tradisi Pemakaman di Korea; Dari Ban Lengan hingga Jamuan Makan

Menyalakan dupa menjadi salah satu bagian dari prosesi pemakaman di Korea Selatan. (Getty Images/E+/Yuuji via Love to Know)

Acap menjadi bagian dari adegan di drakor, tradisi pemakaman di Korea selalu identik dengan beberapa hal, di antaranya ban lengan berwarna putih yang dikenakan keluarga mendiang dan jamuan makan untuk pelayat yang bertandang.

Inibaru.id – Prosesi pemakaman menjadi salah satu upacara paling penting bagi keluarga di Korea. Dulu, kematian membuat keluarga mereka memasuki masa berkabung hingga tiga tahun. Kalau yang meninggal laki-laki, istrinya akan tinggal di pondok dekat makam suami selama masa tersebut.

Namun, dikutip dari CNN, tradisi berkabung selama itu agaknya kini sudah mulai ditinggalkan. Masyarakat modern di Korsel umumnya menggelar prosesi pemakaman antara tiga sampai tujuh hari saja. Selama itu, anggota keluarga yang ditinggalkan akan tidur di Jangraeshikijang atau rumah duka.

Rumah duka ini biasanya ada di kompleks rumah sakit atau sekitarnya. Anggota keluarga tidur di tempat tersebut karena bakal banyak orang yang datang melayat atau memberikan penghormatan terakhir untuk mendiang. Kapan pun tamu datang, anggota keluarga harus menyambut mereka.

Seperti di Indonesia, proses pemakaman di Korsel juga melibatkan tradisi dan adat yang berlaku di sana, misalnya mengenakan pakaian hitam atau berdiri di depan foto mendiang lalu memberikan penghormatan.

Fakta Tradisi Pemakaman di Korsel

Ban putih pada lengan menandakan bahwa yang bersangkutan adalah anggota keluarga mendiang. (Seoulsite)

Selain tinggal di rumah duka selama tiga hingga tujuh tahun, berikut ini merupakan sejumlah fakta untik tradisi pemakaman di Korsel. Apa saja?

1. Tanda putih pada lengan

Keluarga yang sedang berduka biasanya memakai baju serba hitam. Pihak laki-laki, baik anak maupun dewasa, mengenakan jas dengan penanda putih pada lengannya. Sekilas, tanda ini mirip ban kapten pada pertandingan sepak bola.

Ban putih yang terbuat dari goni disematkan sebagai penanda agar para pelayat mengetahui bahwa mereka adalah anggota keluarga mendiang.

Lalu, bagaimana dengan pihak perempuan? Anggota keluarga perempuan umumnya mengenakan hanbok hitam dengan penanda berupa jepit rambut berwarna putih. Mereka nggak memakai riasan atau perhiasan apa pun sebagai tanda duka.

2. Membungkuk dua kali

Saat melayat, orang-orang yang biasanya juga mengenakan busana serba hitam akan langsung menyapa keluarga mendiang dengan membungkukkan badan. Setelahnya, pelayat melakukan jeol, yaitu meletakkan lutut dan tangan ke lantai dan membungkuk ke depan laiknya bersujud.

Pelayat melakukan jeol sebanyak dua kali sebagai tanda hormat kepada mendiang. Mereka kemudian membakar dupa dan sekali lagi membungkuk kepada keluarga mendiang. Cara ini biasanya dilakukan laki-laki. Sementara, untuk perempuan, mereka hanya duduk bersila dan membungkuk di atas kakinya.

3. Makan dan minum

Setelah melakukan penghormatan, pihak keluarga akan mengarahkan pelayat ke sebuah ruang makan yang berisi meja-meja panjang dengan aneka makanan dan minuman di atasnya. Secara "lesehan", para pelayat dijamu dan ditemani anggota keluarga.

Di antara hidangan yang disajikan, kita bakal menemukan minuman beralkohol seperti bir atau soju. Ini sengaja disajikan agar suasana duka nggak begitu kentara. Sembari makan dan minum, para pelayat biasanya akan membicarakan hal-hal baik tentang mendiang.

4. Amplop sumbangan

Mirip di Indonesia, pelayat juga akan memberikan amplop berisi uang kepada keluarga mendiang sebagai sumbangan untuk meringankan biaya pemakaman. Uang nggak diberikan langsung ke pihak keluarga, tapi dimasukkan pada kotak merah yang disebut bujoham.

Oya, amplopnya harus berwarna putih polos dan diberi nama. Jadi, keluarga mendiang nantinya bisa membalas dengan jumlah yang sama jika keluarga lain ada yang meninggal. Pada amplop juga ditulis doa atau pesan singkat sebagai bentuk belasungkawa.

Ada sebuah tradisi di kalangan masyarakat Korea yang menyebutkan bahwa uang sumbangan kematian sebaiknya berawalan ganjil, misalnya 30, 50, atau 70 won.

5. Dikremasi atau Dikubur

Biasanya, ada dua pilihan pemakaman jenazah di Korea, yaitu dikremasi atau dikubur. Namun, cara pertama lebih populer di sana, khususnya di kota besar, karena lahan permakaman kian sulit ditemukan. Selain itu, biayanya juga jauh lebih besar.

Untuk yang memilih ke krematorium, abu jenazah umumnya bakal disimpan pada semacam "makam" khusus agar bisa terus dikunjungi dan dikenang.

Begitulah proses panjang pemakaman jenazah di Korea. Nggak jauh berebda dengan adegan yang sering kita saksikan dalam drakor kan, Millens? (Arie Widodo/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024