Inibaru.id – Meski disibukkan dengan banyak pekerjaan, Lestari tetap menyempatkan diri mencari informasi terkait dengan bencana di Sumatra. Apalagi, dia sudah bertekad untuk memberikan bantuan.
Tapi, begitu dia membuka media sosial X, Lestari menemukan informasi baru, yaitu seringkali sumbangan dalam bentuk pakaian sudah melimpah. Dia pun kemudian mengurungkan diri memberikan sejumlah pakaian layak pakai yang dia miliki. Risetnya di media sosial kemudian justru menemukan informasi baru bahwa ada beberapa benda yang sebenarnya dibutuhkan korban bencana namun belum tentu terpikirkan untuk dipersiapkan oleh orang-orang yang memberikan sumbangan.
“Yang banyak orang terlewat itu pembalut bagi perempuan. Padahal, itu sangat dibutuhkan pas kondisi bencana di mana air bersih susah banget dicari. Bayangin saja kalau baju kotor pas menstruasi tapi nggak ada yang bisa dipakai untuk mencuci, kan repot. Makanya aku akhirnya memilih untuk membeli pembalut saja,” ungkap Lestari di tempat kerjanya yang berlokasi di Jalan Pemuda, Kota Semarang, pada Senin (8/12/2025).
Dengan cekatan, dia membeli cukup banyak pembalut di sebuah minimarket dan membungkusnya dengan rapi. Setelah itu, bersama dengan rekan kerjanya, Adel, dia datang ke gerai pengiriman barang yang membuka dropping point pemberian donasi ke korban bencana di Sumatra secara gratis.
“Kalau saya ngirim beberapa obat-obatan ringan untuk kebutuhan P3K, termasuk disinfektan gitu. Ada juga beberapa biskuit dan makanan bayi. Ini ada temen kantor yang juga nitip barang-barang seperti peralatan mandi kayak sabun. Ya sebenarnya benda-benda ini dibutuhkan juga buat survivor bencana, kan? Nggak cuma makanan berat atau pakaian saja,” ungkap Adel.
Pemberian donasi itu bukan jadi yang terakhir untuk keduanya. Bersama dengan sejumlah rekan kerja, mereka sudah mengumpulkan uang untuk memberikan donasi lagi. Jenis barang yang akan didonasikan juga lebih beragam.
“Ada temen yang tadi sudah menyarankan makanan berjenis ready to eat (RTE). Sekarang ada beberapa biskuit dan makanan bayi, besok mungkin ditambahin semacam daging atau olahan makanan lain yang divakum gitu. Ada yang bahkan sudah terpikir mau bikin kering tempe lalu divakum karena kan bisa tahan sampai 2 mingguan,” lanjut Adel.
Sebenarnya, baik itu Adel maupun Lestari tahu kalau yang sangat dibutuhkan korban bencana di Sumatra adalah air bersih. Tapi, mereka juga bingung dengan proses pengiriman barang tersebut karena faktor ukuran dan juga berat. Makanya, mereka akhirnya memilih untuk mengirim barang lain yang juga dibutuhkan.
Di tengah tingginya kritik terkait dengan lambatnya penanganan bagi korban bencana di Sumatra, setidaknya kita tahu bahwa warga Indonesia masih memiliki tingkat kepedulian yang tinggi untuk membantu saudaranya. Semoga saja, mereka bisa segera mendapatkan bantuan sehingga bisa mengurangi penderitaannya ya, Gez. (Arie Widodo/E07)
