Inibaru.id – Bencana longsor dan banjir di Sumatra yang memakan korban lebih dari 800 jiwa per Rabu (3/12/2025) masih jadi pembahasan publik. Nggak hanya soal besarnya dampak yang dialami hingga lambatnya bantuan datang bagi warga yang masih selamat, ada hal lain yang bikin warganet geram, yaitu deforestasi besar-besaran yang diyakini jadi salah satu penyebab mengapa bencana ini bisa memberikan dampak yang begitu mengerikan.
Dari video-video yang beredar di media sosial, terlihat begitu banyak gelondongan kayu yang ikut hanyut saat banjir bandang melanda. Hal ini sangat kontras dengan video banjir yang ada di Thailand atau Sri Lanka yang cenderung hanya menunjukkan aliran air keruh saja. Apalagi, di sejumlah video, terlihat gelondongan kayu yang menerjang sudah terpotong rapi.
Hal ini berdampak pada munculnya informasi-informasi tentang deforestasi di Indonesia yang semakin parah. Kalau menurut data Kementerian Kehutanan RI yang dirilis pada 20 Maret 2025 lalu, terungkap bahwa luas lahan berhutan di Tanah Air pada 2024 tercatat masih 95,5 juta hektare alias lebih dari 50 persen dari total daratan di Indonesia.
Sayangnya, menurut laporan Forest Watch Indonesia (FWI) pada 20 Juni 2025, deforestasi terus melaju kencang di Tanah Air. Dalam 10 tahun belakangan, setidaknya luas kehilangan hutan di Indonesia mencapai 12,5 juta hektare!
Selain untuk diambil kayunya, ada faktor lain yang bikin deforestasi terus merajalela seperti mengubahnya jadi perkebunan sawit, pertambangan, dan lain-lain. Mengingat hal ini sepertinya sulit dihentikan, warganet pun akhirnya berinisiatif untuk mencegah deforestasi ini dengan cara yang cukup menarik, yaitu menyerukan patungan membeli hutan.
Ide ini terpikirkan karena sudah ada contohnya. Contohlah, Aurelien Francis Brule alias Chanee Kalaweit, salah seorang WNI yang aslinya dari Prancis, membeli hutan di Kalimantan dan Sumatra demi memastikan hutan tersebut tetap terjaga dan membuat sejumlah satwa liar yang sudah langka seperti owa akhirnya tetap bisa hidup di habitatnya dengan aman.
Selain itu, ada juga Hutan Organik Megamendung yang digagas oleh Rosita Istiawan sejak 2000 di Bogor. Sejak kali pertama membeli lahan 1 hektare pada 1997, kini Rosita dan keluarganya mampu merawat hutan hingga seluas 30 hektare. Contoh lain adalah Hutan Kalekak yang ada di Bangka Belitung yang kini jadi sumber pangan, obat, hingga mata air bagi warga setempat.
“Saya sempet melihat seruan ini. Tapi belum benar-benar menemukan penggagas yang memastikan patungannya seperti apa atau lahan mana yang mau dibeli. Kalau pada akhirnya beneran ada yang menginisiasi, aku kayaknya bakal ikutan patungan walau bisanya baru sedikit,” ungkap warga lereng selatan Gunung Ungaran, Putra pada Kamis (4/12/2025).
Selain pengin ikutan aksi patungan membeli hutan, Putra sendiri sudah berusaha untuk berperan dalam kelestarian alam di lingkungannya. Selain ladang sayur dan mawar yang mereka garap, keluarga Putra masih memiliki sejumlah lahan kecil yang sengaja dibiarkan ditumbuhi pepohonan liar.
Memang, selain karena nggak punya waktu dan tenaga untuk mengurus lahan-lahan itu, keluarganya terpikir untuk membiarkannya saja untuk menjaga sumber air.
“Kebetulan di dekatnya ada sumber mata air. Kita sudah kepikiran mau menanam bambu, aren, atau beringin biar sumber airnya tetap melimpah. Tapi ya lahannya nggak besar, sementara lahan-lahan di sekitarnya sudah banyak yang dibuka untuk keperluan pertanian,” ucapnya.
Dia juga sebenarnya berharap kawasan hutan di dekat dengan puncak Ungaran tetap terjaga. Alasannya, kalau sampai rusak, dia khawatir bakal terjadi bencana seperti di Sumatra beberapa saat lalu.
“Dari Gedongsongo ke atas memang masih hutan ya. Tapi tetap saja kita khawatir kalau sampai alamnya dirambah juga, bisa bikin banjir atau longsor. Semoga saja bencana di Sumatra kemarin menyadarkan banyak orang di kawasan sini untuk lebih baik menjaga alam,” lanjut Putra.
Kalau kamu juga sudah punya kesadaran seperti Putra, bisa lo mengecek beberapa organisasi lingkungan yang membuka platform penggalangan dana untuk membeli lahan sebagai lokasi konservasi, hingga pemulihan hutan. Coba deh cek organisasi seperti Lindungi Hutan, Bumi Baik, hingga Hutan Itu Indonesia. Kamu bisa berdonasi ke sana, deh.
Yap, ide patungan membeli hutan ini patut untuk diapresiasi. Semoga saja ada wujud nyata dari ide ini demi memastikan hutan di Indonesia terjaga, dan ke depannya, bencana seperti longsor dan banjir di Sumatra yang mengerikan ini nggak akan terulang lagi. Setuju, kan, Gez? (Arie Widodo/E07)
