BerandaHits
Minggu, 19 Jul 2025 19:24

Kita Perlu Memaafkan Orangtua Sebelum Jadi Orangtua

Demi kedamaian hati, kamu perlu memaafkan orangtua. (via Batamnews)

Memaafkan orangtua mungkin terdengar sederhana, tapi langkah ini bisa jadi kunci penting agar nggak mewariskan luka masa lalu kepada anak. Sebab, pola asuh yang sehat berawal dari emosi yang sudah berdamai.

Inibaru.id – Vani, perempuan asal Demak mengaku merasa lega setelah memutuskan hubungan dengan ibu dan ayahnya. Ibu muda beranak satu ini kini hidup bersama suaminya di kontrakan sempit di Jakarta. Di sana, mereka berjualan aneka es.

Sebelum memutuskan semua komunikasi dengan sang ibu, Vani sempat meminta ibunya untuk meminjamkan uang di koperasi sejumlah Rp25 juta. Ibunya menyanggupi dan mengirimkannya sendiri ke Jakarta. Namun yang mengejutkan, begitu Vani menerima uang tersebut, sang ibu justru diusir. Vani lantas mengungkit-ungkit "dosa-dosa" sang ibu padanya di masa lalu. Sejak saat itu, Vani menolak semua komunikasi dengan orangtuanya meski mereka sudah minta maaf.

Parahnya, dia mengusir dan berkata kasar kepada ibunya di hadapan sang anak. Tanpa rasa khawatir anaknya bakal meniru tindakannya.

Meski orangtuanya telah meminta maaf, Vani enggan membuka pintu. Dia juga kerap membagikan status whatsapp yang berisi sindiran untuk keluarganya dan menolak disalahkan. Rumit, tapi peristiwa ini menjadi pengingat bahwa trauma masa lalu bisa sangat membekas dan mempengaruhi perilaku seseorang.

Padahal, orangtua bukan cuma soal beli popok, menyusun rencana tabungan pendidikan, atau siapkan kamar bayi. Ada hal yang jauh lebih penting tapi sering luput dari perhatian: memaafkan orangtua kita sendiri sebelum mulai mengasuh anak.

Lho, memangnya kenapa?

Psikolog keluarga Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., menjelaskan bahwa setiap orang membawa memori masa kecil dalam gaya pengasuhannya. Jika memori itu berisi luka-luka emosional yang belum sembuh, maka luka itu bisa nyangkut ke anak tanpa kita sadari.

“Memaafkan orangtua bukan soal membenarkan perlakuan mereka yang mungkin menyakiti, tapi supaya kita nggak mengulang pola yang sama,” ujarnya melansir Kompas, Selasa (15/7/2025).

Luka Lama Bisa Muncul Lagi Saat Mengasuh Anak

Jangan sampai kamu mewariskan luka kepada anak. (iStock)

Pernah merasa marah berlebihan saat anak rewel, padahal masalahnya sepele? Bisa jadi, bukan karena si kecil yang salah. Bisa jadi, itu luka masa kecil kita yang belum selesai ikut “nongol” lagi.

Sukmadiarti mencontohkan, seseorang yang tumbuh dengan orangtua otoriter atau dingin secara emosional cenderung kesulitan memahami perasaan anak. Ketika anak menangis, respons yang muncul bukan empati, tapi kemarahan. Trauma lama ikut tersulut, dan tanpa sadar, kita jadi “sambung trauma” antar generasi.

Memaafkan = Memutus Rantai

Memaafkan memang nggak mudah. Perlu waktu, kesadaran, dan keberanian untuk menyadari bahwa orangtua kita pun manusia. Mereka juga mungkin tumbuh dari pola pengasuhan yang keliru, dari luka yang belum sembuh.

Tapi di sinilah titik baliknya. Dengan memaafkan, kita nggak harus meniru mereka. Kita bisa memilih jalur yang berbeda. “Kita belajar memahami pengalaman kita sendiri dan memberi ruang untuk memperbaiki cara kita memperlakukan anak nantinya,” ujar Sukmadiarti.

Emosi Lebih Stabil, Anak pun Lebih Nyaman

Ketika luka masa lalu tidak lagi membebani, kita bisa mengasuh anak dari tempat yang lebih tenang. Nggak gampang meledak, lebih sabar, dan lebih peka terhadap kebutuhan anak.

“Pola pengasuhan itu refleksi dari kondisi emosional kita. Kalau kita sudah berdamai dengan masa lalu, maka kita bisa lebih hadir secara utuh untuk anak,” jelas Sukmadiarti.

Kalau proses memaafkan terasa berat, itu wajar. Apalagi kalau pengalaman masa kecil kita sangat menyakitkan. Sukmadiarti menyarankan untuk nggak menjalani proses ini sendirian. Bantuan dari terapis atau psikolog bisa sangat membantu.

Ingat, menjadi orangtua bukan mulai dari nol. Kita datang dengan “koper” berisi pengalaman hidup, luka, dan pelajaran. Tapi kita juga bisa memutus rantai luka itu agar anak tumbuh tanpa mewarisi beban yang sama.

Jadi, sudahkah kamu berdamai dengan masa kecilmu, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: