Inibaru.id – Selama ini sebagian besar orang Indonesia mungkin hanya menjadikan beras sebagai makanan pokok. Padahal masih ada banyak alternatif yang bisa dilirik seperti sorgum dan jali. Nah, untuk nama terakhir ini mungkin kamu sedikit asing.
Tanaman jali yang memiliki nama Coix lacryma-jobi ini tergolong sebagai padi-padian atau serealia. Selain dikenal sebagai jali, orang juga menamainya sebagai jelai, hanjel, maupun enjelai.
Bentuknya seperti biji-bijian, hampir mirip dengan kacang tanah. Orang kerap salah menganggapnya sebagai barli (Hordeum vulgare) atau jewawut (Setaria italica). Meskipun sama-sama tergolong sebagai serealia, namun keduanya berbeda.
O ya, mengolah jali sama caranya dengan nasi. Teksturnya juga sama-sama lembut, lengket, dan kenyal. Yang menarik ada pada rasanya, Millens. Jali terasa seperti nasi dengan campuran sensasi rasa kacang. Tanaman ini juga tetap bisa ditanam pada suhu yang panas.
Menurut Suyadi, peneliti dari Universitas Mulawarman (Unmul), tanaman ini dapat dijadikan alternatif pangan dalam menghadapi pemanasan global. Waktu panennya juga bisa mencapai 3 kali dalam setahun
“Padi hanya bisa bertahan di suhu 30 derajat, sementara tanaman jelai di suhu 40 derajat produksinya bisa semakin banyak,” katanya sebagaimana dikutip dari Korankaltim (7/9/2017).
Sempat Populer di Jakarta
Menukil situs BPTP Kalimantan, jali menjadi tanaman yang terus dibudidayakan secara turun temurun sebagai sumber makanan masyarakat pedalaman Kalimantan Timur. Mereka bakal menyajikan jali dalam berbagai upacara atau kegiatan.
Selain terkenal di kalangan masyarakat Dayak, tanaman jali ini juga populer di berbagai wilayah di Indonesia, misalnya dalam masyarakat Betawi.
Dulu, banyak orang Betawi yang menanamnya sebagai sumber pangan. Kamu bisa menemukan jejaknya pada bubur jali. O ya, lagu “Jali-jali” kabarnya juga merujuk pada tanaman ini. Sayangnya, sekarang tanaman ini makin langka dan seolah terlupakan.
Lebih Sehat dan Mengenyangkan
Kementerian Pertanian mencatat, ada empat varietas jali yang ada di Indonesia, antara lain mayuen, agrotis, aquatic, dan palutris.
Kandungan nutrisi, dalam 100 g jali mayuen memiliki sekitar 76.4% karbohidrat, 14.1% protein, 7.9% lemak, serta 54 mg kalsium.
Meski karbohidrat jali lebih rendah dari nasi, namun proteinnya justru lebih tinggi. Karena itu, bahan pokok ini lebih sehat terutama untuk pasien diabetes atau pelaku diet sehat. Jali bahkan termasuk superfood.
Selain itu, makan jali juga bikin kenyang kok. Sebagaimana yang tertulis dalam buku, Jelai (Coix lacryma-jobi L.) : Bahan Pangan Pokok Alternatif dan Fungsional karangan Suyadi, penelitian Global Medicine (2016) menunjukkan bila jali memberikan kepuasan mengenyangkan lebih tinggi dari padi, kentang, maupun gandum.
Dalam skala 1-5, jali mendapatkan angka 3,0. Lalu, diikuti oleh padi (2,5), kentang (2,0), dan gandum (2,0).
Jadi, jika selama ini kamu berprinsip belum kenyang sebelum makan nasi, coba deh si jali ini. Gimana, Millens, tertarik? (Siti Zumrokhatun/E07)