Inibaru.id – Tiwul dikenal sebagai salah satu jajan pasar khas Jawa. Kamu bisa menemukannya di pasar tradisional bersamaan dengan lupis, gatot, atau cenil. Tapi, kamu tahu nggak kalau tiwul sebenarnya adalah makanan yang muncul pada kondisi ekonomi yang sulit?
Awalnya, tiwul populer di Gunungkidul, DIY, dan Wonogiri, Jawa Tengah. Selain di kedua wilayah tersebut, warga Pacitan, Wonosobo, dan Blitar juga terbiasa mengonsumsinya.
Saat harga beras mahal, mereka makan tiwul agar perut kenyang. Hal ini sesuai dengan sejarah tiwul yang tercipta saat krisis pangan melanda Nusantara.
Menurut sejarawan Heri Priyatmoko dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, tiwul muncul pada masa penjajahan Jepang.
“Tiwul yang berbahan baku singkong dijadikan pengganti nasi ketika beras tidak terbeli oleh masyarakat pada era penjajahan Jepang,” ujar Heri.
Makanan Musim Kemarau
Pada musim kemarau di wilayah yang tandus dan sulit ditanami padi, penganan ini dijadikan makanan pokok. Dusun Kalisonggo, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, adalah salah satu wilayah dengan kondisi seperti itu dan warganya menyantap tiwul sepanjang tahun.
Seorang warga Dusun Kalisonggo, Sumiarsih menceritakan bahwa masyarakat di sekitarnya biasa menyimpan tiwul untuk kebutuhan satu tahun.
Dusun Kalisonggo memang dikenal tandus sehingga hanya bisa ditanami palawija seperti jagung, kedelai, kacang tanah, serta singkong. Khusus untuk singkong, biasanya ditanam saat musim kemarau untuk kemudian diolah menjadi tiwul.
“Dengan adanya tiwul, kami bisa menghemat pengeluaran sebab tidak perlu masak beras banyak. Tiwul bisa dicampur beras dengan perbandingan satu banding dua,” kata warga lain, Marjinten.
Tiwul Makanan Bergizi
Meski identik dengan penganan orang miskin, bukan berarti nilai gizi tiwul rendah, ya Millens. Kepala Program Studi Agribisnis Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Kusnandar memastikan kalau kandungan karbohidrat tiwul ternyata nggak jauh beda dari beras.
“Tidak selalu harus makan nasi. Bisa diganti dengan singkong (bahan utama tiwul) dan jagung,” ungkap Kusnandar.
Tiwul biasanya disajikan sebagai camilan dengan tambahan parutan kelapa serta siraman gula merah agar rasanya jadi lebih gurih dan manis. Tapi, saat menjadi makanan pokok, biasanya tiwul dimakan bareng sayuran atau lauk-pauk seperti halnya saat kamu makan nasi.
So, biar nggak melulu makan nasi, sekali-kali cobalah makan tiwul, Millens! Rasanya nggak kalah nikmat dan mengenyangkan, kok. (Kom/IB09/E10)