BerandaFoto Esai
Senin, 20 Jul 2025 08:06

Menyesap Kenikmatan si Hitam dari Hasil Panen Kopi di Kebun Sendiri

Petani kopi di Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang sedang memasuki panen kopi.

Pada musim panen, di antara semerbak wangi aroma blanggreng, keluarga Misno bahu-membahu memetik buah kopi di kebunnya yang hanya berjarak sepelemparan tombak dari rumahnya di Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Sebagian kopi disetor ke tengkulak, sisanya dikonsumsi sendiri.

Inibaru.id – Senyum semringah mengawali pagi Misno, petani kopi dari Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Musim panen kali ini, kopi jenis robusta di kebunnya yang berbuah cukup lebat bisa panen tepat waktu.

Bersama istri dan kedua anaknya, dengan langkah ringan dia bertandang ke kebun untuk memetik kopi. Berkostum setelan panjang lengkap dengan sarung tangan untuk melindungi diri dari gigitan serangga, dia menenteng karung, tikar, ember, dan celurit sebagai perlengkapan wajib panen kopi.

Dukuh Lempuyang adalah salah satu penghasil kopi terbesar di Batang. Kopi tumbuh subur di kebun-kebun mereka yang acap ditanam berdampingan dengan pekarangan rumah warga; nggak terkecuali kepunyaan Misno yang hanya berjarak sekitar lima meter dari rumahnya.

Menuju kebun kopi bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Aroma harum blanggreng atau kembang kopi telah berganti wanginya ceri (buah kopi) yang sebagian tampak mulai merah merekah di ranting-ranting yang terselip di antara dedaunan yang tumbuh cukup lebat.

“Panen kopi dilakukan satu tahun sekali, umumnya dimulai pada awal Juni,” kata Misno sembari menunjuk ceri merah yang siap dituai. "Ini sebagian sudah siap dipanen."

Sayangnya, dia menambahkan, periode panen kopi tahun ini sepertinya nggak akan sebagus tahun lalu. Misno memprediksi, karena cuaca yang nggak menentu, hasilnya mungkin hanya akan ada pada kisaran separuhnya.

“Dengan kebun yang saya miliki saat ini, biasanya bisa dapat satu ton (buah) kopi. Namun, sekarang mungkin hanya setengahnya atau sekitar 500 kilogram,” jelasnya.

Petik Merah untuk Kualitas Biji Terbaik

Dengan lahan seluas kisaran satu hektare, Misno mengaku nggak perlu mengambil tenaga buruh saat musim panen. Pohon kopinya nggak terlalu tinggi, jadi bisa dipanen tanpa harus memanjat, cukup dengan menjembanya dengan kedua tangan.

Lelaki 64 tahun itu memanen bersama seluruh anggota keluarganya. Mereka terbiasa melakukan "petik merah", metode memanen kopi dengan cara hanya memilih ceri yang sudah tua, ditandai dengan warnanya yang merah untuk memperoleh kualitas biji kopi terbaik.

Memanennya nggak memerlukan alat khusus, cukup dipetik menggunakan tangan kosong satu per satu. Namun, karena ceri mudah gogrok (runtuh) jika sudah matang, Misno perlu memasang tikar di bawah pohon untuk menampung buah yang jatuh agar nggak tercecer.

“Tikar dipasang biar buah mudah dikumpulkan untuk dimasukkan ke dalam karung," jelas lelaki bersahaja tersebut setelah selesai memanen kopi. "Dalam sehari biasanya kami pulang membawa tiga karung."

Selain panen yang berkurang, sembari melakoni rutinitas pasca-panen yakni membersihkan rumput dan tanaman liar di sekitar pohon dengan celuritnya, Misno mengungkapkan bahwa harga kopi saat itu juga sedang buruk.

"Harga kopi naik turun mengikuti pasar. Dari tengkulak, tahun lalu dihargai Rp20 ribu per kilogram. Sekarang cuma Rp11 ribu, padahal awal Juni masih Rp15 ribu," keluhnya.

Kendati harganya fluktuatif, Misno sama sekali nggak kepikiran untuk berhenti menanam kopi. Meski hanya sekali dalam setahun, dia mengaku tetap bersyukur masih bisa merasakan panen kopi dan menikmati si hitam itu dari kebun sendiri.

"Hasil penjualan kopi untuk mencukupi kebutuhan keluarga, tapi sebagian disisihkan untuk diminum sendiri," tandasnya.

Untuk urusan ngopi, konon memang nggak ada yang lebih nikmat dari kopi hasil panen di kebun sendiri. Benar begitu, Pak Misno? (Sekarwati/E03)

Kopi rubusta di Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Hanya ceri yang sudah berwarna merah yang akan dipanen.
Keluarga Misno memetik kopi robusta yang sudah matang, ditandai dengan buahnya yang berwarna merah. Metode yang disebut "petik merah" ini dilakukan untuk menjaga kualitas biji kopi.
Petikan kopi merah di kebun Misno, Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.
Pohon kopi di kebun milik Misno di Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, nggak terlalu tinggi, sehingga bisa dipanen tanpa perlu memanjat.
Beberapa biji kopi tampak masih hijau di kebun milik Misno, Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.
Hasil petikan kopi dikumpulkan menjadi satu karung, Perkiraan panen kopi bisa mendapat 500 kilogram.
Petani kopi menunjukkan hasil panennya di Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.
Hasil panen sebagian dijual ke tengkulak dan ada yang diolah sendiri untuk dikonsumsi pribadi.
Menikmati kopi dari hasil panen sendiri di Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: