BerandaAdventurial
Jumat, 5 Des 2024 14:44

Pelestarian Situs Patiayam Butuh Upaya Kolektif yang Berkelanjutan

Tangkapan layar Zoom Menteri Kebudayaan dalam diskusi bertajuk 'Situs Patiayam Menuju Cagar Budaya Nasional' pada Rabu, 4 Desember 2024. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Berpotensi menyimpan pelbagai benda purbakala penting yang berguna untuk penelitian dan edukasi sejarah, pelestarian Situs Patiayam memerlukan upaya kolektif yang berkelanjutan dari banyak pihak, termasuk pemerintah, swasta, hingga masyarakat.

Inibaru.id – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan komitmen pemerintah untuk mempercepat proses penetapan Situs Patiayam sebagai Cagar Budaya Nasional. Menurutnya, situs ini punya nilai historis dan arkeologis yang sangat penting untuk memahami sejarah panjang peradaban manusia di Nusantara.

Berbicara di hadapan peserta diskusi bertajuk Situs Patiayam Menuju Cagar Budaya Nasional pada Rabu (04/12/2024) sore, Fadli mengungkapkan, secara substansi situs ini sudah sangat layak menjadi cagar budaya nasional.

"Sudah layak. Namun, kendala administratif dan teknis masih menjadi tantangan besar di sana," terang lelaki yang pada 2004 atau 2005 mengaku pernah menjelajahi gua-gua dan lokasi penemuan artefak di Situs Patiayam yang dijaga masyarakat setempat itu.

Dia menambahkan, memberikan status Cagar Budaya Nasional untuk Situs Patiayam sangat penting guna menjaga keamanan situs, melestarikan kekayaan arkeologis, serta memperkenalkannya kepada masyarakat lokal dan dunia internasional.

Lampu Hijau dari Kementerian Kebudayaan

Diskusi bertajuk 'Situs Patiayam Menuju Cagar Budaya Nasional' pada Rabu, 4 Desember 2024. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Diskusi yang berlangsung di Ruang Delegasi Gedung MPR/DPR/DPD RI ini diselenggarakan oleh MPR RI bekerja sama dengan Pusat Studi Prasejarah dan Austronesia (CPAS) dan Forum Diskusi Denpasar 12 (FDD12); dengan peserta terarah yang merupakan para pemangku kepentingan.

Dalam diskusi, Fadli menyoroti perlunya penyelesaian prosedur administratif yang melibatkan berbagai tingkat pemerintahan, mulai dari daerah hingga nasional. Dia menegaskan, Kementerian Kebudayaan siap memberikan dukungan, termasuk penyelesaian aspek administratif dan zonasi yang acap jadi hambatan.

“Penemuan fosil hewan purba seperti Stegodon, Bubalus, hingga Sondaicus menunjukkan bahwa Situs Patiayam memiliki kesamaan nilai ilmiah dengan situs-situs lain seperti Sangiran, Semedo, dan situs di Sulawesi Selatan. Ini memperkuat urgensi penetapan Patiayam sebagai Cagar Budaya Nasional,” jelasnya.

Fadli menambahkan, keseimbangan antara pelestarian budaya dengan pemanfaatannya bagi masyarakat juga penting untuk diperhatikan. Dia pun mengusulkan adanya pendekatan lintas sektor untuk mengatasi berbagai kendala, termasuk kebijakan terkait penelitian dan pelestarian budaya.

Upaya Memperkuat Identitas Budaya

Sebagai langkah konkret, Kementerian Kebudayaan berencana mengadakan pameran pada Desember 2024 di Museum Nasional. Pameran ini akan menampilkan fosil Homo erectus asli, stegodon, dan temuan lainnya dari Situs Patiayam, sebagai bagian dari upaya meningkatkan literasi budaya masyarakat.

Dalam upaya menyederhanakan regulasi terkait pelestarian budaya, Fadli mengusulkan pembentukan omnibus law di bidang kebudayaan. Kumpulan undang-undang ini diharapkan dapat mencakup perlindungan cagar budaya, permuseuman, hingga musik, sehingga proses pelestarian dapat berjalan lebih efektif.

“Kami ingin memastikan bahwa semua elemen kebudayaan, termasuk Situs Patiayam, dapat dilestarikan dan dimanfaatkan secara optimal untuk membangun karakter bangsa,” tegas Fadli.

Dia mengimbuhi, penetapan Situs Patiayam sebagai Cagar Budaya Nasional bukan hanya langkah strategis untuk pelestarian sejarah, tetapi juga menjadi bagian penting dalam memperkuat identitas budaya Indonesia di kancah global.

Kolaborasi Riset adalah Kunci Utama

Diskusi bertajuk 'Situs Patiayam Menuju Cagar Budaya Nasional' pada Rabu, 4 Desember 2024. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Sedikit informasi, Situs Patiayam merupakan lokasi penemuan benda purba yang berlokasi di sisi tenggara Gunung Muria, tepatnya di perbatasan antara Kabupaten Kudus dan Pati. Saat ini, situs tersebut telah berstatus cagar budaya, tapi baru tingkat Jateng. Nah, forum ini dibuat untuk menaikkan statusnya ke tingkat nasional.

Dalam upaya ini, Kepala Pusat Riset Arkeologi, Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Marlon Ramon Nicolay Ririmase menilai, kunci utamanya adalah pada kolaborasi riset. Hal tersebut diperlukan untuk menjawab tantangan yang akan dihadapi ke depannya.

"Kolaborasi riset menjadi catatan penting bagi kami. Sebagaimana pelestarian situs-situs sejarah lain, kami menilai, sinergi antara berbagai pihak diperlukan untuk memaksimalkan pengelolaan situs purbakala (Patiayam) ini,“ usulnya.

Menurut Marlon, kolaborasi riset yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, akademisi, komunitas, hingga sektor swasta, memiliki peran strategis. Dia pun kemudian mencontohkan keberhasilan pemulihan situs warisan dunia di Kota Paris, Prancis, yang melibatkan sektor privat.

"Pendekatan serupa dapat diterapkan di Situs Patiayam untuk mempercepat pengusulan statusnya sebagai Cagar Budaya Nasional," jelasnya.

Melibatkan Masyarakat

Marlon mengungkapkan, kolaborasi riset yang telah dilakukan BRIN sejauh ini antara lain, menjalankan skema riset multi-tahun dan kerja sama dengan berbagai universitas di Indonesia; kemudian terus membuka peluang kolaborasi riset internasional untuk pelestarian sekaligus pengembangan keilmuan.

Selain kolaborasi, menurut Marlon, pelestarian situs sejarah seperti Patiayam juga perlu menerapkan edukasi publik. Edukasi yang baik, lanjutnya, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga warisan sejarah dan budaya.

"Dengan melibatkan masyarakat luas, pelestarian Situs Patiayam akan menjadi upaya kolektif yang berkelanjutan," tandasnya.

Situs Patiayam bukan hanya milik segelintir masyarakat, tetapi aset nasional yang berharga untuk kita semua. Maka, menjadikan situs yang acap disebut "kebun binatang purba" ini sebagai cagar budaya sekelas Candi Borobudur merupakan upaya bersama yang kita juga harus andil di dalamnya. Sepakat? (Imam Khanafi/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Tanda Diabetes pada Kulit yang Jarang Disadari

8 Des 2024

Berapa Luas Kamar Tidur yang Ideal?

8 Des 2024

Piknik Santai di Rowo Gembongan Temanggung

8 Des 2024

Ombudsman: Terkait Penanganan Kasus Penembakan Siswa SMK, Polrestabes Semarang Nggak Profesional

8 Des 2024

Dekat dengan Candi Prambanan, Begini Keindahan Candi Sojiwan

8 Des 2024

Pemprov Jateng: Pagu 10 Ribu, Makan Bergizi Gratis Nggak Bisa Sediakan Susu

8 Des 2024

Hadirkan Stefan William di Acara Pembukaan, Miniso Penuhi Gaya Hidup Modern dan Kekinian Warga Kota Semarang

8 Des 2024

Ada Tiga Bibit Siklon Tropis Kepung Indonesia, Apa Dampaknya?

9 Des 2024

Menilik Hasil Rekapitulasi Suara Pilkada 2024 di Lima Daerah

9 Des 2024

Produksi Genting di Desa Papringan, Tetap Autentik dengan Cara Tradisional

9 Des 2024

Rekor 1.000 Poin Megawati Hangestri di Liga Voli Korea

9 Des 2024

Peringati Perang Diponegoro, Warga Yogyakarta Gelar Kirab Tongkat Kiai Cokro

9 Des 2024

Tanpa Transit! Uji Coba Direct Train Gambir-Semarang Tawang, KAI Tawarkan Diskon 50 Persen

9 Des 2024

Sidang Kode Etik Kasus Penembakan di Semarang, Hadirkan Saksi dan Keluarga Korban

9 Des 2024

Apa yang Bikin Generasi Z Sering Dideskripsikan sebagai Generasi Paling Kesepian?

9 Des 2024

Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Robig Dipecat Tidak Dengan Hormat!

10 Des 2024

Penembak Siswa SMK 4 Semarang Dipecat; Ayah Korban: Tersangka Nggak Minta Maaf

10 Des 2024

50 Persen Hidup Lansia Indonesia Bergantung pada Anaknya; Yuk Siapkan Dana Pensiun!

10 Des 2024

Asap Indah Desa Wonosari, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Jawa Tengah

10 Des 2024

Hanya Membawa Kerugian, Jangan Tergoda Janji Manis Judi Online!

10 Des 2024