Inibaru.id - Kalau kamu sedang main ke Kebumen dan butuh tempat untuk menenangkan diri sambil menikmati suasana religi khas pesisir selatan Jawa, coba deh mampir ke Makam Mbah Lancing. Lokasinya ada di Bedahan Wetan, Kecamatan Mirit.
Dari luar, kompleknya tampak seperti bangunan joglo kuno yang dijaga rapi. Tapi begitu melangkah ke dalam, kamu bakal menemukan hal yang bikin tempat ini benar-benar beda dari makam-makam lain.
Begitu masuk ke cungkup bergaya joglo, kamu mungkin akan sedikit bingung. Di dalam bangunan yang dipenuhi ukiran kayu ini, ternyata nggak ada makam sama sekali. Hanya ada ruang kosong dengan karpet beludru tempat peziarah duduk bersila sambil berdoa. Tulisan “Makam Eyang Agung Lancing” di ujung ruangan menjadi petunjuk bahwa makam yang sebenarnya bukan di dalam bangunan tersebut.
Ternyata, pusara Mbah Lancing berada di bagian belakang, di area terbuka tanpa atap. Di sinilah keunikan makam ini terlihat jelas. Batu nisannya hampir tak tampak karena tertutup tumpukan kain batik yang menggunung. Bukan satu dua, tapi puluhan hingga ratusan kain menutupi pusara sang wali.
Konon, kain-kain yang disebut sinjang ini adalah bentuk rasa syukur dari para peziarah. Mereka meletakkan kain setelah doanya terkabul, entah soal jabatan, hajat pribadi, sampai urusan rezeki.
Ritual untuk meletakkan kainnya pun nggak bisa sembarangan. Peziarah harus meminta izin kepada juru kunci, Pak Ahmad Kamdi dulu. Lebih dari itu, kain yang dipersembahkan tidak boleh kain yang dibeli di pasar. Biasanya, juru kunci akan meminta seorang perempuan tertentu untuk membuatkan kain batik khusus sebagai persembahan, mengikuti tradisi lama yang dijaga turun-temurun.
Siapa Mbah Lancing?
FYI aja nih, Mbah Lancing punya nama asli Abdulloh Iman, cucu dari tokoh yang disebut Kyai Keti Joyo. Julukan “Lancing” datang dari kebiasaannya memakai kain batik sebagai ikat kepala (lancingan) kemana pun ia pergi.
Masyarakat setempat meyakininya sebagai seorang wali yang ikut berperan dalam penyebaran Islam di pesisir selatan Jawa. Bersama Mbah Kyai Marwi, ia juga diyakini jadi perintis permukiman awal di wilayah Mirit.
Tak heran jika pada malam Jumat Kliwon, area makam ini begitu ramai. Banyak peziarah memilih bermalam untuk membaca tahlil dan yasin hingga menjelang subuh. Menjelang pemilu, para calon legislatif pun sering datang berziarah untuk memanjatkan doa. Hal ini jadi semacam tradisi yang sudah berlangsung lama di Kebumen.
Meski terkenal sebagai makam keramat, tempat ini tetap terbuka untuk siapa saja tanpa tiket masuk. Kalau kamu tertarik untuk melihat langsung, cukup menjaga sopan santun dan meminta izin kepada juru kunci.
Kalau kamu pecinta wisata budaya dan religi, Makam Mbah Lancing ini wajib masuk daftar kunjunganmu. Unik, penuh nilai sejarah, dan punya atmosfer yang bikin hati adem, Gez! (Arie Widodo/E07)
