Inibaru.id – Situs Patiayam, salah satu lokasi penemuan benda purbakala penting yang berlokasi di sisi tenggara Gunung Muria, tepatnya di perbatasan antara Kabupaten Kudus dan Pati, mendapat sorotan dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Diinisiasi oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) bekerja sama dengan Center for Prehistory and Austronesian Studies (CPAS) dan Forum Diskusi Denpasar 12 (FDD12) diskusi kelompok terarah ini digelar untuk mendorong status Patiayam sebagai Situs Cagar Budaya Nasional.
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam sambutannya menegaskan, Situs Patiayam memiliki nilai strategis, baik secara akademis, historis, maupun ekonomis. Menurutnya, situs ini nggak hanya penting untuk penelitian evolusi manusia dan lingkungan purba, tapi juga memberi manfaat strategis bagi bangsa Indonesia.
"Bentang alam di Patiayam secara alami melindungi fosil-fosil yang ada di dalamnya. Salah satu temuan penting dari situs ini adalah fosil gading dan tulang kaki gajah purba yang kondisinya masih relatif utuh," lontarnya.
Potensi Besar, Tantangan Tidak Sedikit
Sedikit informasi, saat ini Situs Patiayam telah diakui sebagai Cagar Budaya Jawa Tengah. Maka, sebagai langkah konkret untuk pelestarian dan pengembangan situs, Lestari menilai, statusnya perlu dinaikkan menjadi Situs Cagar Budaya Nasional.
“Nilai budaya dan peradaban yang terkandung dalam Situs Patiayam sangat penting bagi generasi mendatang. Maka, kita harus bersama-sama menjaga kelestariannya,” tutur perempuan yang akrab disapa Rerie tersebut.
Namun, melestarikan Situs Patiayam bukanlah perkara mudah. Menurut Rerie, banyak tantangan yang harus dihadapi. Selain sebagian area situs masih tertutup semak belukar, ada praktik penjualan fosil ke luar negeri oleh warga setempat ke luar negeri, di antaranya ke Tiongkok untuk dijadikan bahan obat-obatan.
"Ini menjadi ancaman serius, karena praktik tersebut bisa merusak fosil-fosil yang seharusnya dilestarikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebanggaan bangsa,” tegasnya.
Situs Manusia Purba yang Kaya Fosil Unik
Setali tiga uang, arkeolog senior sekaligus Kepala CPAS Prof Dr Harry Truman Simanjuntak dalam diskusi mengatakan, Patiayam adalah situs manusia purba yang kaya dengan fosil dan artefak unik. Dia menduga, Patiayam semula adalah daratan yang terisolasi.
"Pada masa purba, Gunung Patiayam adalah daratan terisolasi yang diapit Gunung Muria di utara dan Pegunungan Kendeng di selatan," terangnya.
Situs tersebut, lanjutnya, membuatnya memiliki kekayaan fosil berupa manusia purba, peralatan batu, dan fauna; termasuk hewan purba elephas (gajah purba). Menurutnya, formasi tanah di Patiayam mencakup Formasi Slumprit, lapisan kaya fosil dari kala Pleistosen Tengah, sekitar 500-300 ribu tahun lalu.
"Inilah keunikan dari Patiayam," paparnya. "Lokasi ini tidak memiliki sungai besar sebagaimana Situs Sangiran atau Ngandong, tapi temuan fosil elephas dengan anatomi lengkap adalah sebuah daya tarik, yang kemudian membuatnya dijuluki sebagai kebun binatang purba."
Menjadikan Patiayam sebagai Heritage Park
Truman mengungkapkan, penelitian di Patiayam tercatat telah dimulai sejak 1857, ketika Raden Saleh dan Junghuhn mengumpulkan fosil untuk Bataviaasch Genootschap. Lalu, ada pengamatan fosil oleh serdadu KNIL yang dilaporkan ke Eugene Dubois pada 1891. Kedua penelitan terkendala oleh medan yang sulit.
"WA van Es melakukan penelitian paleontologi pada 1931, lalu RW van Bemmelen mengaitkan bukit Patiayam dengan erupsi Gunung Muria pada 1949. Setelah itu, penemuan fosil manusia dan fauna purba oleh Sartono dan Hidayat Syarif pada 1978, survei dan ekskavasi oleh saya sendiri pada 1981 hingga 1983, dan penemuan perkakas batu seperti kapak genggam dan serut oleh Balai Arkeologi Yogyakarta pada 2007," kata dia.
Truman menyebut, penelitian di Patiayam untuk mengungkap jejak kehidupan purba harus terus dilakukan. Menjelang akhir diskusi, para peserta pun bersepakat untuk mengusulkan Situs Patiayam sebagai "Heritage Park" atau bahkan "Geopark" Nasional seperti Situs Sangiran dan Candi Borobudur.
“Saya harap, perhatian pemerintah terhadap Situs Patiayam semakin besar. Potensinya luar biasa, tidak hanya untuk riset, tetapi juga sektor pariwisata yang mendukung ekonomi masyarakat sekitar,” simpul Rerie sembari menutup diskusi. (Imam Khanafi/E03)