Inibaru.id - Banjir akibat arus pasang air laut (rob) telah lama menggerus area persawahan di pesisir Kabupaten Demak. Lantaran terus-menerus didera banjir, banyak petani bertahan hidup dengan mengubahnya menjadi tambak. Namun, itu juga bukan solusi, karena debit banjir terus naik dari tahun ke tahun.
Banyak yang memilih menyerah, tapi ada juga yang bertahan dengan mengubah tambak yang semula "ditanami" ikan atau udang menjadi rumput laut, sebagaimana yang dilakukan para petani tambak di Desa Purworejo, Kecamatan Bonang.
Riyanto, salah seorang pembudi daya rumput laut di Desa Purworejo mengatakan, tanaman air itu lebih mudah dibudidayakan ketimbang ikan tambak dan lebih kecil kemungkinan terdampak banjir rob. Terlebih, alga jenis Gracilaria yang dibudidayakan itu bisa berkembang dengan sendirinya.
"Minim risiko. Meski terkena rob, rumput laut tetap hidup. Paling-paling sedikit layu saja saat (musim) hujan, " terang Riyanto saat ditemui Inibaru.id ketika tngah memanen rumput laut di tambaknya, belum lama ini.
Tambak yang Dulu Terbengkalai
Riyanto membudidayakan rumput laut di tambak seluas 9 hektare yang sebelumnya sempat terbengkalai karena banjir rob. Dari lahan tersebut, dia mengaku bisa memanen rumput laut hingga 8 ton dalam jangka sembilan hari, lalu dijual dalam bentuk kering atau basah, tergantung permintaan pembeli.
"Rumput laut kering dijual Rp5.800, sedangkan yang basah Rp6.000 per kilogram," paparnya. "Kebanyakan kami jual ke pabrik kosmetik di Serang, Banten, Brebes, dan wilayah Jawa Timur."
Melihat fakta ini, tentu saja budi daya rumput laut tampak begitu menggiurkan. Sayangnya, potensi ini belum banyak dimanfaatkan masyarakat pesisir di Demak yang tambaknya terdampak rob. Hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala Desa Purworejo Rifqi Salahudin.
"Saat ini hanya sepuluh persen petani tambak yang telah beralih ke pembudidayaan rumput laut," kata dia.
Yang Penting Mau Belajar
Rifqi mengungkapkan, saat ini sudah banyak petani rumput laut yang sukses dari Desa Purworejo. Hal ini seharusnya bisa menjadi contoh bagi petani pesisir lain yang lahannya juga terdampak rob. Menurutnya, kuncinya adalah mau belajar pengetahuan baru.
"Potensi itu ada. Yang penting mau belajar memanfaatkan tambak yang terkena rob ini agar bisa difungsikan kembali," kata dia.
Terkait hal ini, pihaknya juga mengaku sudah berupaya menyosialisasikannya kepada para petambak yang bisa dijangkaunya. Namun, dia nggak berhak memaksa, karena kondisi ekonomi tiap orang juga nggak sama. Yang bisa dilakukannya sebagai pemerintah desa hanyalah memberi saran.
"Namun, saya tetap berharap pemerintah daerah (Pemkab Demak) bisa melihat potensi rumput laut di Desa Purworejo yang kokoh dari terjangan rob ini, lalu memberikan edukasi dan pelatihan kepada warga pesisir agar mereka bisa menerapkannya di wilayah masing-masing," tutupnya.
Yap, karena banjir rob sepertinya sulit diatasi, cara ini mungkin bisa menjadi upaya alternatif masyarakat pesisir untuk berdamai dengan kondisi tersebut. (Sekarwati/E03)