BerandaTradisinesia
Kamis, 7 Feb 2024 10:59

Yasa Peksi Burak; Peringatan Isra Mikraj dari Keraton Yogyakarta

Rangkaian Peksi Burak diarak menuju Masjid Gedhe Yogyakarta. (Viva)

Keraton Yogyakarta yang kental dengan tradisi selalu memeringati Isra Mikraj dengan sebuah kegiatan yang bernama Yasa Peksi Burak. Acara ini menjadi sarana dakwah dari keraton untuk masyarakat.

Inibaru.id - Besok hari Kamis, 8 Februari 2024, masyarakat muslim di Tanah Air merayakan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW. Di berbagai daerah di Indonesia, momentum yang selalu diperingati tiap tanggal 27 Rajab ini nggak sebatas diisi dengan acara keagamaan tapi juga kegiatan yang kental dengan tradisi.

Salah satu daerah yang rutin menggelar peringatan Isra Mikraj secara meriah adalah Yogyakarta dengan sebuah tradisi yang dinamakan Yasa Peksi Burak. Peringatan Isra Mikraj yang dilakukan tersebut merupakan sarana dakwah yang dilakukan oleh keraton. Melalui Yasa Peksi Burak, masyarakat diharapkan dapat mengambil hikmah dari perjalanan Isra Mikraj dan perintah salat lima waktu yang diterima oleh Nabi Muhammad kepada umat muslim.

Lalu, seperti apa tradisi Yasa Peksi Burak? Dinukil dari laman Kratonjogja, "yasa" berarti membuat atau mengadakan, "peksi" adalah burung, sedang "burak" adalah Buraq, makhluk yang diyakini menjadi kendaraan nabi saat melakukan Isra Mikraj. Kegiatan ini diawali dengan membuat Peksi Burak, pohon buah dan empat pohon bunga.

Peksi Burak dibuat menggunakan buah dan kulit jeruk bali. Kulit tersebut dibentuk dan diukir menyerupai badan, leher, kepala, serta sayap burung, betina dan jantan. Peksi Burak ini diletakkan di bagian paling atas dari pohon buah, dengan disangga oleh ruas-ruas bambu.

Pohon buah dibuat dari tujuh macam buah lokal yang dirangkai pada sebuah anyaman bambu, sehingga menyerupai bentuk pohon. Bilangan tujuh dalam bahasa Jawa disebut "pitu". Pitu di sini dimaksudkan agar memperoleh "pitulungan" atau pertolongan, keselamatan, dan kesejahteraan.

Empat pohon bunga dibuat dari rangkaian dedaunan dan berbagai macam bunga yang dirangkai pada kerangka bambu. Pohon bunga ini menggambarkan taman surga.

Jadi, keseluruhan hiasan Peksi Burak menggambarkan sepasang burung jantan dan betina yang sedang bertengger pada pohon buah-buahan di taman surga.

Arak-arakan

Pembuatan Peksi Burak hanya boleh dilakukan oleh para kerabat dekat sultan. (Kratonjogja)

Rangkaian acara Yasa Peksi Burak ini dilaksanakan pagi hari oleh kerabat dan abdi dalem putri. Proses ini diselenggarakan hingga menjelang waktu shalat zuhur di Bangsal Sekar Kedhaton, yang berada di wilayah keputren.

Selepas shalat asar, Peksi Burak yang telah selesai dirangkai akan diarak menuju Masjid Gedhe. Sebelum prosesi arak-arakan, Abdi Dalem Punokawan Kaji akan memimpin doa bersama yang diikuti oleh semua hadirin yang ada di Bangsal Sekar Kedhaton.

Setelah Peksi Burak diterima dan selesai didoakan Abdi Dalem Pengulon Masjid Gedhe, maka semua abdi dalem yang membawa arak-arakan Peksi Burak akan undur diri untuk kembali ke Keraton Yogyakarta.

Acara selanjutnya adalah peringatan Isra Mikraj yang diisi dengan pembacaan riwayat yang mengisahkan terjadinya Isra Mikraj. Setelah rangkaian acara selesai, Abdi Dalem Pengulon akan membagikan buah-buahan yang ada di rangkaian Peksi Burak kepada seluruh warga masyarakat yang hadir.

Nah, meriah kan acara Peksi Burak ini, Millens? Meski begitu, inti dari peringatan Isra Mikraj tetap nggak kehilangan esensinya.

Jika kamu sedang ada di Kota Gudeg Yogyakarta, jangan sia-siakan kesempatan untuk bisa melihat tradisi Yasa Peksi Burak berlangsung, ya! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024