Inibaru.id – Pengin main ke Yogyakarta selain Malioboro dan Keraton? Coba deh bergeser ke Kotagede. Di sana, kamu bisa melihat banyak bangunan klasik yang nggak kalah menarik. Salah satunya adalah sebuah gang yang dikenal dengan sebutan “Between Two Gates”.
Sebenarnya, “Between Two Gates” adalah sebuah kampung yang berisi bangunan cagar budaya di Gang Rukunan. Terkadang, kampung tersebut juga disebut sebagai Kampung Alun-Alun. Alasannya, pada zaman dahulu, lokasi kampung tersebut memang dipakai sebagai alun-alun. O ya, kampung ini bisa kamu temui sekitar 350 meter dari Pasar.
Kampung yang masuk wilayah Kelurahan Purbayan ini berada di antara dua gerbang yang dikenal dengan sebutan “Lawang Pethuk”. Begitu masuk ke dalam gang dengan lebar sekitar 1,5 sampai 2,5 meter ini, kamu bisa menemui sejumlah bangunan klasik dengan arsitektur khas Jawa. Banyak bangunan yang masih berbentuk joglo dan pendapa, lo.
Bangunan-bangunan tersebut sejajar dan berhadap-hadapan dari utara dan selatan. Karena letak bangunan yang berdekatan dan hanya dipisahkan Lorong sempit itulah, warga yang berada di dalam Kampung Alun-Alun pun sering saling menyapa. Banyaknya interaksi yang terjadi di antara warga ini membuat mereka terlihat rukun. Makanya, nama gang itu juga dikenal sebagai Gang Rukunan, Millens.
Apalagi, di hampir semua bangunan yang ada di gang terdapat undakan dari bahan beton yang diletakkan di bagian samping atau depan bangunan. Di undakan-undakan itulah, warga bisa nongkrong bersama dan berbagi cerita.
Konon, Gang Rukunan ini sudah eksis sejak 1840, lo. Hal ini dibuktikan dengan adanya tulisan 1840 yang bisa ditemui di gapura sisi timur. Sayangnya, gapura tersebut sebenarnya nggak asli karena mengalami kerusakan akibat gempa Jogja 2006. Meski begitu, setidaknya gapura tersebut kembali dibangun semirip mungkin dengan bentuk aslinya.
“Saya keturunan keenam dari penghuni salah satu rumah di sini. Simbah saya pernah cerita, meski nggak menjelaskan kapan tepatnya, kalau rumah-rumah ini sudah dihuni setelah Perang Diponegoro berakhir (1830) an,” ungkap salah seorang warga setempat, Joko Nugroho sebagaimana dilansir dari Harianjogja, Selasa (10/10/2023).
Karena dianggap sebagai wilayah yang punya nilai sejarah tinggi dan kaya akan nilai budaya, pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menganggap rumah-rumah di Between The Gates sebagai warisan budaya sehingga warga setempat nggak bisa sembarangan mengubah bentuk bangunan. Untungnya, warga setempat nggak mempermasalahkannya meski status rumahnya sebenarnya adalah milik pribadi.
“Kalau secara prinsip kan milik pribadi sebenarnya bisa kami ubah-ubah. Tapi Pemkot mengimbau harus konsultasi dulu. Yang pasti, saya dan rekan-rekan dari Komunitas Lawang Pethuk berkomitemen menjaga agar warisan budaya ini tetap lestari,” lanjut Joko.
Wah, pasti menarik ya, Millens jalan-jalan sembari melihat rumah-rumah dengan arsitektur klasik di Between The Gates, Kotagede, Yogyakarta. Yuk kapan nih kita main ke sana? (Arie Widodo/E05)