BerandaTradisinesia
Minggu, 1 Nov 2025 17:45

Sewindu; Mengurai Kosmologi Waktu dalam Delapan Tahun Jawa

Masyarakat Jawa mengenal siklus 8 tahun atau sewindu. (istockphoto)

Bagi masyarakat Jawa, waktu bukanlah hitungan detik yang terbuang, melainkan sebuah denyutan kosmis berusia delapan tahun yang menentukan nasib dan memandu spiritualitas.


Inibaru.id - Bagi masyarakat Jawa, waktu jauh melampaui urutan detik dan tanggal yang linier. Ia adalah denyutan siklus kosmis, sebuah peta spiritual yang mengatur ritme hidup, pertanian, hingga nasib.

Di pusat kosmologi ini bersemayam Windu, sebuah siklus delapan tahunan yang berfungsi sebagai bingkai makro, menentukan keseluruhan irama kehidupan. Angka delapan ini bukan tanpa alasan, ia diwarisi dari sistem pekan delapan hari (Astawara) pra-Islam, yang kemudian dipertahankan oleh para wali sebagai jembatan filosofis dan struktur keagamaan baru, menyematkan kearifan lokal ke dalam teologi Islam.

Windu adalah siklus delapan tahun, bertindak sebagai kerangka waktu yang stabil di atas siklus mikro populer seperti Weton (Hari 7 x Pasaran 5) dan Wuku (30 minggu). Satu putaran Windu terdiri dari delapan nama tahun yang khas, masing-masing membawa karakter tersendiri: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Tahun Alip selalu menjadi penanda dimulainya putaran baru.

Lebih mencengangkan, delapan tahun ini sendiri berputar dalam siklus raksasa yang disebut Catur Windu atau Empat Windu, berjumlah total 32 tahun. Keempat nama siklus makro ini yaitu Adi, Kuntara, Sengara, dan Sancaya melambangkan ujian kematangan spiritual sepanjang hidup. Alhasil, struktur waktu yang berlapis ini menegaskan pandangan holistik Jawa terhadap takdir: siklus yang tak pernah putus, di mana setiap akhir (Sancaya) adalah persiapan untuk awal yang baru (Adi).

Landasan matematis Windu terletak pada komposisi tahun pendek (Wastu, 354 hari) dan tahun panjang (Wuntu, 355 hari), mirip dengan konsep Basithoh dan Kabisat dalam kalender Hijriah. Dalam satu Windu, ada lima tahun Wastu dan tiga tahun Wuntu. Komposisi ini menjamin sinkronisasi kosmis yang rumit: agar tanggal 1 Suro (1 Muharam) selalu jatuh pada hari dan pasaran yang sama saat siklus delapan tahunan berakhir dan dimulai kembali.

Akulturasi Agung: Lahirnya Kalender Jawa-Islam

Sultan Agung mempertahankan siklus tahun Windu yang berasal dari Hindu. (via Kumparan)

Windu merupakan mahakarya sinkretisme yang distandarisasi secara resmi oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo pada 1640. Sistem delapan tahunan pra-Islam (Kalender Saka) dipertahankan, namun nama-nama tahunnya diganti menggunakan tujuh huruf Abjadiyah Arab, melahirkan nama Windu yang kita kenal sekarang. Konservasi cerdas ini menjadi kunci legitimasi, memastikan waktu baru dapat diterima luas oleh masyarakat.

Implementasi Windu yang paling terkenal adalah Kalender ABOGE (Alip Rebo Wage), yang populer digunakan untuk menentukan jatuhnya 1 Suro. Namun, rahasia terdalam Windu adalah sistem Kurup (atau Naktu), mekanisme koreksi kosmis jangka panjang. Kurup mengakui bahwa perputaran Bulan bergeser. Akumulasi pergeseran ini selama 120 tahun akan genap menjadi 24 jam (satu hari penuh).

Nah, untuk menjaga akurasi, Kalender Jawa menetapkan siklus Kurup 120 tahun, di mana penanggalan harus dimundurkan sehari penuh. Koreksi ini dilakukan di akhir Tahun ke-8 Windu (Jimakir), dengan mengurangi umur Bulan Besar dari 30 menjadi 29 hari. Ini membuktikan Kalender Jawa adalah model astronomis yang dinamis, bukan sekadar mitologi.

Jimakir dan Malam 1 Suro Adalah Transisi Spiritual

Tahun Jimakir memegang peran krusial sebagai penutup Windu, menuntut rekonsiliasi matematis dan spiritual. Secara filosofis, Jimakir 'melambat' untuk menampung seluruh 'hutang kosmis' dan ketidaksempurnaan selama tujuh tahun sebelumnya. Ini memaksa periode muhasabah (introspeksi) dan akuntabilitas spiritual.

Malam 1 Suro, malam transisi menuju tahun baru Jawa, diisi dengan ritual hening, ibadah, dan pencarian berkah. Tradisi puncaknya, terutama di Solo, adalah Karnaval Kebo Bule Kyai Slamet. Kerbau bule pusaka keraton ini memimpin prosesi untuk membersihkan wilayah dan rakyat dari sengkala (kemalangan) yang terakumulasi. Tujuannya sederhana: memastikan Windu Alip yang baru dimulai dalam keadaan suci dan harmonis.

Windu dengan siklus delapan tahunannya, mengajarkan prinsip mendasar tentang hidup: keseimbangan yang langgeng memerlukan refleksi diri yang mendalam (Jimakir), penyesuaian yang konstan (Kurup), dan keberanian untuk selalu memulai kembali dengan niat yang teguh (Alip). Melalui putaran waktu yang abadi ini, warisan filosofis dan spiritual Jawa terus lestari, menawarkan peta jalan menuju harmoni di tengah perubahan zaman. Hm, menarik banget ya, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: