BerandaTradisinesia
Jumat, 22 Sep 2022 11:00

Njenang, Tradisi Banyumasan yang Semakin Jarang Ditemukan

Ilustrasi: Tradisi njenang atau membuat jenang. (YouTube/Nikmatul Rosidah)

Njenang alias membuat jenang bisa kamu temui di setiap acara hajatan di wilayah eks-Karesidenan Banyumas. Biasanya, yang memasak jenang adalah laki-laki, lo. Sayangnya, sekarang tradisi ini semakin jarang dilakukan.

Inibaru.id – Njenang atau membuat jenang adalah sebuah tradisi yang dulu sering kamu lihat di setiap hajatan yang digelar di sekitar eks-Karesidenan Banyumas. Biasanya, yang memasak jenang adalah bapak-bapak atau pemuda, bukannya ibu-ibu. Hm, unik juga ya?

Dulu, setiap kali ada hajatan seperti acara pernikahan, khitanan, dan lain-lain, tradisi njenang selalu dilakukan. Bahkan, ada yang menyebut hajatan tersebut kurang lengkap kalau tidak ada jajanan dengan rasa yang legit tersebut.

“Ini memang sudah tradisi. Tapi sekarang sudah mulai jarang dilakukan. Kalau nggak njenang rasanya ada yang kurang,” ungkap salah seorang warga Karangjati, Sampang, Cilacap, Sudio, yang ikut membuat jenang untuk acara pernikahan buah hatinya sebagaimana dilansir dari Serayunews, Minggu (18/9/2022).

Njenang lebih dari sekadar membuat penganan yang disajikan kepada tamu hajatan. Lebih dari itu, tradisi ini bisa mempererat tali silaturahmi keluarga atau tetangga sekitar yang datang secara sukarela untuk membantu. Hal ini tentu bakal membuat warga semakin rukun.

“Kalau njenang pasti banyak yang kumpul. Bisa jadi ajang silaturahmi,” lanjut Sudio.

Butuh Waktu Berjam-Jam

Proses njenang bisa menghabiskan waktu berjam-jam. (cakrawalamedia.id)

Omong-omong ya, Millens, membuat jenang itu nggak mudah. Proses pembuatannya bahkan bisa memakan waktu 10 jam. Selain itu, yang digunakan adalah wajan dengan ukuran jumbo yang ditempatkan di atas tungku dengan bahan bakar kayu. Oleh karena itulah, pembuatan jenang biasanya dilakukan sehari sebelum hajatan dilakukan. Jadi, pas hari H, jenang sudah siap dihidangkan.

Mengapa harus dimasak selama itu? Alasannya sih biar rasa jenang semakin legit, teksturnya sempurna, dan awet. Proses pembuatan jenang yang lama ini bisa membuat jenang bertahan sampai tiga bulan. Bahkan, jika jenang mulai mengering, kamu bisa menghangatkannya lagi dan jenang masih tetap layak untuk dimakan.

Lalu, mengapa yang memasak harus laki-laki? Karena, adonan jenang yang lengket, kental, dan berat biasanya ditempatkan dalam jumlah besar di wajan berukuran jumbo. Sementara itu, saat dimasak hingga berjam-jam lamanya, jenang harus terus diaduk agar bahan-bahan jenang seperti santan kelapa, gula merah dan gula pasir, tepung ketan, garam, dan lain-lain tercampur dengan sempurna.

Semakin lama jenang dimasak, semakin liat pula adonan tersebut. Otomatis, butuh tenaga besar untuk memasaknya. Mengingat kaum perempuan biasanya sudah disibukkan dengan penganan lain, maka kaum laki-lakilah yang kemudian dipercaya untuk mengaduk adonan jenang sampai matang secara bergantian.

Sayangnya, tradisi njenang ini semakin jarang ditemui di kabupaten-kabupaten yang ada di wilayah eks-Karesidenan Banyumas. Banyak orang yang memilih untuk memesannya di toko kue. Alasannya? Tentu saja biar mereka tidak kerepotan dengan proses pembuatan jenang yang sangat menghabiskan waktu dan tenaga.

Sayang juga ya kalau melihat tradisi ini semakin ditinggalkan, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024