Inibaru.id – Dodol dan jenang dikenal sebagai dua jenis jajanan tradisional yang masih bisa dengan mudah ditemukan di Indonesia. Dodol biasanya ditemukan di wilayah Jawa Barat. Sementara, jenang lebih dikenal di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Bentuk dan rasa kedua makanan bercita rasa manis itu memang hampir mirip. Karenanya, nggak sedikit orang yang keliru menyebut jenang dengan dodol atau sebaliknya. Padahal, kedua penganan tradisional itu punya perbedaan yang cukup signifikan, lo.
Dodol adalah penganan khas Garut, Jawa Barat. Saking terkenalnya, kamu bakal dianggap belum ke Garut kalau belum makan atau bawa oleh-oleh ini. Hal sama juga berlaku untuk jenang, khususnya kalau kamu ke Kudus, Jawa Tengah.
Jenang memang menjadi oleh-oleh wajib di Kota Kretek itu. Bentuk jenang Kudus mirip dengan dodol. Inilah yang membuat orang sulit membedakan antara jenang dan dodol atau menganggap keduanya sama saja.
Oya, selain Kudus, jenang juga dikenal di kota-kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kendati bercita rasa hampir sama, masing-masing kota memiliki ciri khasnya sendiri, baik dalam segi bentuk atau bahan tambahannya.
Sebelum menjadi oleh-oleh khas Garut, dodol sejatinya merupakan penganan manis yang hampir selalu disajikan pada gelaran hajatan, misalnya prosesi pernikahan. Laiknya wajik untuk orang Jawa, masyarakat Betawi menjadikan dodol sebagai salah satu penganan wajib untuk seserahan pihak lelaki.
Biasanya dodol dibuat dari tepung beras. Namun, ada pula dodol Kandangan khas Kalimantan Selatan yang terbuat dari tepung ketan yang dicampur gula merah dan santan.
Kendati dodol dikenal di banyak wilayah di Indonesia, orang selalu menganggap bahwa dodol adalah makanan khas Garut. Tentu saja ini bukan tanpa alasan, karena dodol Garut memang punya sejarah yang panjang.
Dodol diyakini mulai dikembangkan di Garut oleh Karsinah pada 1926. Awalnya, bahan-bahan yang dipakai sangat sederhana, yakni tepung beras ketan, gula pasir, susu, dan kelapa. Racikan Karsinah yang sederhana ini membuat dodol Garut bisa bertahan selama tiga bulan tanpa bahan pengawet.
Berbeda dengan dodol, sebagian besar jenang berbahan dasar tepung ketan. Jenang Kudus berbentuk lonjong seukuran jari laiknya dodol, tapi lebih lembek, basah, dan berminya. Kendati begitu, ada pula yang dijual lempengan yang untuk membeli harus diiris seperti jenang Solo dan Semarang.
Saat ini, Kudus dikenal sebagai Kota Jenang. Namun begitu, konon jenang sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu berkembang di Jawa. Bentuknya mirip jenang Solo. Sebagian jenang terbuat dari beras putih, tapi ada juga yang berbahan beras ketan.
Di Jawa, jenang juga menjadi bagian penting dalam berbagai berbagai acara tradisional, mulai dari pernikahan, selamatan bayi, hingga kematian. Masyarakat jawa menganggap jenang sebagai simbol doa, harapan, sekaligus rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Selain jenang lempengan, yang juga disebut jenang iris, masyarakat Jawa juga mengenal jenang sumsum, jenang procotan, jenang abang, jenang ireng, serta jenang grendul. Beberapa nama terakhir sebetulnya lebih mirip bubur kental. Bahkan, penyajiannya pun ditaruh mangkok, lalu disendok.
Nah, nah, jadi ngiler kan? Di tempatmu ada makanan tradisional yang sama-sama lengket kayak dodol dan jenang ini nggak, Millens? (Sol/IB09/E03)