Inibaru.id – Dari sekian banyak kemantren (kecamatan) yang ada di Kota Yogyakarta, Kemantren Mantrijeron adalah salah satu yang paling populer. Maklum, di kemantren ini kamu bisa menemukan Masjid Jogokaryan dan Kawasan Tirtodipuran yang dipenuhi dengan penginapan yang populer bagi turis asing serta tempat kerajinan batik.
Kemantren yang berbatasan langsung dengan Kemantren Sewon serta Kapanewon (kecamatan) Sewon dan Kasihan dari Kabupaten Bantul ini terdiri atas tiga kalurahan, yaitu Kalurahan Mantrijeron, Kalurahan Suryodiningratan, dan Kalurahan Gedongkiwo. Hm, lingkup wilayahnya ternyata cukup kecil, ya?
Selain populer karena memiliki sejumlah tempat yang dijejali wisatawan, ada alasan lain yang membuat Mantrijeron cukup populer, yaitu namanya yang cukup unik. Kalau dikulik, ternyata nama ini terkait dengan sejarah prajurit Keraton Yogyakarta, lo, Millens.
Asal kamu tahu saja nih, mantrijeron berasal dari dua kata Bahasa Jawa, yaitu “mantri” dan “jero”. Kata “mantri” bisa diartikan sebagai menteri atau juru bicara yang lebih tinggi dari jabatan bupati. Sementara itu, “jero” bisa diartikan sebagai “dalam”.
Nah, para Prajurit Mantrijero punya tugas khusus untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan terkait dengan berbagai urusan dalam lingkungan keraton. Lebih dari itu, mereka bertugas sebagai pengawal terdekat sultan dan permaisurinya. Oleh karena itulah, mereka selalu dilibatkan dalam prosesi penting seperti penobatan sultan.
Keunikan lain dari Prajurit Mantrijero ini adalah mereka selalu memakai Panji Purnamasidhi dengan bentuk persegi panjang dan warna dasar hitam. Pada bagian tengah panji tersebut, ada lingkaran dengan warna putih. Nama “purnamasidhi” diambil dari Bahasa Jawa yang berarti bulan purnama. Makna dari panji ini adalah agar para Prajurit Mantrijero bisa memberikan cahaya dalam kegelapan atau solusi dari beragam masalah
Sebelum Kesultanan Mataram Islam dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IV (1814-1832), Prajurit Mantrijero tinggal di dalam kompleks benteng Keraton Yogyakarta. Nah, saat masa pemerintahannya, para prajurit ini dipindah ke sisi luar benteng.
Permukiman baru yang ditempati para prajurit itu kemudian dikenal sebagai Mantrijeron. Nah, nama ini ternyata terus dipakai hingga sekarang sebagai nama kalurahan sekaligus nama kemantren.
Ternyata, menarik juga ya sejarah dari penamaan Mantrijeron di Yogyakarta, Millens? (Arie Widodo/E05)