Inibaru.id – Nggak semua daerah di Indonesia memakai istilah desa dan kecamatan untuk menyebut sebuah wilayah.
Di Sumatera Barat misalnya, istilah desa disebut sebagai Nagari. Nah kalau kamu di Yogyakarta, pasti pernah mendengar sebutan Kapanewon, Kemantren, dan Kalurahan.
Sebenarnya sih ya, istilah ini masih baru karena ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2019. Oleh karena itulah, wajar jika masih banyak orang yang nggak akrab dengan istilah-istilah tersebut. Intinya sih, keputusan untuk memakai istilah Kapanewon, Kemantren, dan Kalurahan sebagai perwujudan aturan Undang-Undang nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Nah, biar nggak bingung, berikut adalah makna dari sebutan Kemantren, Kalurahan, dan Kapanewon itu. Simak baik-baik, ya!
Kemantren
Kalau yang ini adalah sebutan untuk wilayah di tingkat yang sama dengan kecamatan. Tapi, istilah ini hanya dipakai di wilayah Kota Yogyakarta. Di kota tersebut, ada 14 kemantren yaitu Danurejan, Gedongtengen, Gondokusuman, Gondomanan, Jetis, Kotagede, Kraton, Mantrijeron, Mergangsan, Ngampilan, Pakualaman, Tegalrejo, Umbulharjo, dan Wirobrajan.
Keunikan lain dari Kemantren adalah istilah bagi pejabatnya. Jika di daerah-daerah lain sebutannya adalah camat, yang memimpin Kemantren adalah seorang Mantri Pamong. Sementara itu, sekretaris kecamatannya adalah seorang Mantri Anom.
Kapanewon
Kapanewon juga merupakan sebutan untuk wilayah yang setara dengan kecamatan. Tapi, istilah ini hanya dipakai di Sleman, Bantul, Kulonprogo, dan Gunungkidul.
Pemimpin dari Kapanewon bukanlah camat, melainkan Panewu. Sementara itu, sekretaris kecamatan untuk wilayah ini dikenal sebagai Panewu Anom.
Kalurahan
Kalau yang satu ini sama saja dengan istilah Kelurahan yang lebih familiar di tempat-tempat lain di Tanah Air. Tapi, khusus untuk wilayah di DIY, sebutannya Kalurahan. Jika di tempat lain kelurahan ada di bawah kecamatan, di DIY, kalurahan ada di bawah kemantren serta kapanewon.
Layaknya kelurahan, pemimpin dari kalurahan adalah seorang Lurah. Sekretaris desanya juga dikenal sebagai carik.
Sudah mengerti kan makna dari istilah-istilah wilayah pemerintahan di Yogyakarta. Menarik banget ya penggunaan dari istilah-istilah yang cukup berbeda dan sangat khas Jogja ini, Millens? (Arie Widodo/E05)