BerandaTradisinesia
Minggu, 13 Des 2025 18:39

Labeli Angker, Cara Cerdas Leluhur Jaga Pohon?

Ilustrasi pohon beringin yang disakralkan. (Pixabay)

Siapa tahu, label angker atau bertuah yang diberikan nenek moyang kita pada pohon-pohon besar adalah cara cerdas untuk tetap melindungi alam.

Inibaru.id - Pernahkah kamu merenungkan, kenapa nenek moyang kita rajin sekali menanamkan kisah seram tentang pohon besar yang dihuni hantu atau jin? Mungkin di benak kita, itu hanya takhayul kuno. Tapi, seandainya cerita-cerita angker itu adalah cara cerdas para leluhur untuk melindungi alam, lantas apa yang mereka coba jaga?

Jawabannya tersembunyi di dalam akar-akar pohon beringin yang dimistifikasi di Jawa dan di berbagai hutan keramat Nusantara.

Studi antropologi menunjukkan, mistifikasi pohon-pohon tertentu, secara eksplisit ditujukan untuk konservasi ekologis purba. Pohon-pohon besar, yang secara ekologis berfungsi sebagai penjaga hidrologi yang vital menahan air dan menjaga mata air secara spiritual diangkat derajatnya sebagai simbol sejarah dan penghubung antara manusia dan entitas spiritual.

Ini adalah strategi konservasi yang brilian. Dengan menempatkan kekuatan spiritual pada pohon, masyarakat dijamin tidak akan berani menebangnya. Status ‘keramat’ secara efektif menciptakan zonasi perlindungan yang tidak memerlukan batas fisik modern atau pengawasan formal. Ini adalah konservasi tanpa harus mendirikan pos jaga.

Pamali: Kontrol Sosial yang Lebih Ampuh dari Hukum

Ada mitos alam bakal marah jika manusia nekat merusak hutan atau pohon yang dicap angker. (via Kompas)

Leluhur kita mengubah logika ilmiah yang kompleks bahwa kerusakan hutan menyebabkan kekeringan menjadi narasi ancaman pribadi yang sangat kuat. Inilah yang kita kenal sebagai pamali, atau larangan adat.

Budaya pamali telah terbukti menjadi mekanisme kontrol sosial yang ampuh di masyarakat adat untuk mencegah deforestasi dan kerusakan bentang lahan. Kekuatan pamali terletak pada rasa takut terhadap ‘laknat’ atau kutukan jika alam dirusak. Rasa takut ini menciptakan kepatuhan yang jauh lebih efektif daripada hukum formal modern yang seringkali mudah diabaikan.

Ketika menebang pohon keramat, ancamannya bukan sekadar denda, melainkan kerugian spiritual yang diyakini akan menimpa individu atau komunitas, bahkan hingga ke generasi mendatang. Mitos-mitos ini adalah terjemahan kearifan lokal terhadap risiko kegagalan ekosistem. Sistem penegakan hukum berbasis spiritual ini memastikan keberlanjutan fungsi lingkungan, termasuk hutan, tanah, dan sumber air.

Warisan yang Relevan di Era Modern

Contoh paling nyata bisa dilihat di sekitar kita seperti pohon beringin sering tumbuh di lokasi penting seperti hulu sungai. Melindunginya dengan label 'angker' secara otomatis menjaga siklus air lokal. Begitu juga narasi spiritual yang mengelilingi hutan seperti Alas Purwo di Banyuwangi, yang berfungsi sebagai benteng terakhir melawan eksploitasi.

Melihat kembali warisan ini, Gez, kita menyadari bahwa kearifan lokal adalah solusi yang relevan. Mitos pohon angker bukanlah takhayul irasional, melainkan kode etik konservasi purba yang cerdas. Ia mengubah perlindungan alam dari sekadar kewajiban hukum menjadi kewajiban moral dan spiritual. Ini adalah cetak biru cemerlang untuk menjaga Bumi kita di tengah krisis lingkungan saat ini. Gimana menurutmu? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Harga Gabah Naik, Sumanto Ajak Petani Jalan dengan Kepala Tegak

3 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: