BerandaTradisinesia
Jumat, 24 Feb 2022 17:00

Jenderal Soedirman dan Sebatang Klobot di Tangan

Tampak Jenderal Soedirman dengan tangan membentuk tanda hormat. (Info Biografi)

Mungkin sebagian orang menganggap kalau merokok itu cuma kegiatan tanpa arah. Namun, bagi pencinta rokok, sebatang rokok sudah seperti penyambung nafas mereka setiap saat. Salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia, Soedirman juga sangat tergila-gila dengan rokok yaitu rokok klobot, lo.

Inibaru.id – Merokok bagi sebagian orang adalah aktivitas penuh makna dan ajang mengumpulkan mood. Setiap batang yang diisap, mempunyai rasa dan cerita yang berbeda. Hal ini juga yang dilakukan salah satu tokoh kemerdekaan Indonesia, Jenderal Soedirman.

Soedirman adalah seorang perokok kelas berat, dia merokok sejak remaja. Merek rokoknya? Tingwe alias nglinthing dewe, artinya meramu sendiri, dengan model rokok klobot. Rokok yang pembungkusnya menggunakan kulit jagung.

Cerita dimulai ketika Belanda selalu gagal memburu Soedirman, dia berperang dengan sistem hit and run, bergerilya keluar masuk hutan Jawa.

Pernah, dalam posisi perang, dia luput dari musuh yang hanya berjarak 10-20 meter. Padahal dia hanya berdiri mematung. Tentara Belanda sama sekali nggak melihatnya. Bayangkan kalau waktu itu Jenderal Sudirman batuk, kelar deh nyawanya.

Tetap Merokok Meski Penyakit Menyerang

Penyakitnya muncul bukan tanpa alasan, kegemarannya merokok tingwe membuatnya mengalami gangguan pernapasan. Kesehatan menurun sejak pemberontakan PKI di Madiun pada 1948.

Selama akhir September 1948 Soedirman nggak pernah bisa tidur pulas, terang Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi putra bungsu Soedirman dari cerita ibunya, Alfiah. Peristiwa pertumpahan darah sesama bangsa Indonesia, membuatnya terpukul, hingga menyebabkan batin dan raganya kelelahan.

Meski badan merasa sakit, kegemarannya merokok tingwe nggak bisa dijauhkan. Sembari terbaring, sesekali Soedirman mengisap rokok klobot.

Dari situ lantas dokter militer mendiagnosis Soedirman terkena infeksi paru-paru, tuberkolosis dan harus segera diambil tindakan. Dokter sedikit berbohong paska-operasi selesai, sang dokter menjelaskan bahwa hanya bagian kecil pada paru-paru yang diangkat pada tubuh Soedirman.

Namun dokter justru jujur kepada Alfiah, istri Soedirman, mengingat operasi yang dilakukan adalah operasi pengangkatan satu paru-paru. Beberapa hari setelah Soedirman keluar rumah sakit, 19 Desember 1948, Belanda melancarkan aksi Agresi Militer II dan menduduki Yogyakarta.

Pembuatan batang-batang rokok klobot. (Merdeka)

Rokok Bersama Hari-Hari Terakhir Soedirman

Agresi Militer II bikin Soedirman kembali turun berperang, meski kelompok kecilnya harus menandu Soedirman selama bergerilya tujuh bulan lamanya. Tentu nggak lupa dia membawa bekal paket rokok klobot di tangan. Ketika Belanda menarik diri, Soedirman kembali lagi ke Yogyakarta, dia selalu ingin bergerak melawan Belanda meski akhirnya harus dicegah oleh Soekarno.

Kecintaan Soedirman pada rokok klobot nggak berhenti setelah paru-parunya hanya satu. Anak bungsu Soedirman mengulang cerita ibunya, yakni ketika ayahnya baru pulang bergerilya dokter memintanya untuk berhenti merokok.

“Bapak dipaksa berhenti merokok oleh dokter, tapi karena perokok berat, bapak tidak bisa benar-benar meninggalkan rokok. Bapak meminta ibu merokok dan meniupkan asap ke mukanya,” terang Teguh.

Semakin larut dengan penyakitnya, TBC Soedirman kambuh dan menuntunnya dipindahkan ke Magelang. Soedirman pun wafat pada 29 Januari 1950, setelah kurang lebih satu bulan Belanda benar-benar mengakui kemerdekaan Indonesia.

Wah, secinta itu pahlawan kemerdekaan kita Jenderal Soedirman ya, Millens. Dia rela berperang dengan satu paru-paru, tanpa meninggalkan kecintaannya akan rokok klobot. Kamu sendiri pernah nyoba tembakau dengan bungkus klobot nggak sih? (Bol,Nas/IB31/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024