Inibaru.id – Jika kamu berkunjung ke sentra kerajinan gerabah Desa Klipoh, kamu akan menemukan satu hal menarik. Di desa yang lokasinya nggak jauh dari Candi Borobudur, Magelang, itu hampir semua pengrajin gerabah adalah perempuan.
Sejak usia belia, kaum perempuan di Desa Klipoh bahkan sudah terbiasa untuk berkreasi dengan tanah liat dan membuat beragam jenis gerabah. Tanpa pendidikan khusus, mereka mendapatkan kemahiran itu secara turun menurun sebab terbiasa melihat orang tua mereka membuat gerabah.
Jejak perempuan pengrajin gerabah bahkan terpatri pada relief Candi Borobudur. Tepatnya di lorong pertama sisi utara, langkan bawah, bidang H nomor 5, dan bidang I nomor 1.
Seorang perempuan pengrajin gerabah di Desa Klipoh. (JP/Stefanus Ajie)
Relief itu menjelaskan bahwa sejak masa lampau masyarakat membuat gerabah sebagai peranti mengangkut air, memasak dan menyimpan makanan, hingga menyimpan abu jenazah.
Proses produksi gerabah sejak zaman dinasti Syailendra hingga Desa Klipoh juga didokumentasi dalam sebuah film dokumenter drama berjudul Taksaka lo. Film itu diproduksi oleh Fasindo.
Baca Juga:
Desa Klipoh Hadirkan Wisata Edukasi dari Warisan Kerajinan Gerabah
Gerabah Klipoh dan Pagi yang Indah di Desa Karanganyar Magelang
Jika kaum perempuan bekerja memproduksi gerabah, lantas bagaimana dengan kaum lelaki di sana? Kaum lelaki bertugas mencari bahan baku berupa tanah liat, Millens. Selain itu mereka juga bertugas memasarkan gerabah ke berbagai wilayah.
Nyai Kundi dan Nyai Kalipah
Masyarakat setempat percaya bahwa dominasi kaum perempuan dalam proses produksi gerabah di Desa Klipoh nggak lepas dari peran Nyai Kalipah.
Nyai Kalipah merupakan orang pertama yang tinggal di wilayah Klipoh. Dia pula yang pertama kali mengenalkan kerajinan gerabah di Desa Klipoh. Nama Klipoh pun dipercaya diserap dari nama Nyai Kalipah.
Selain Nyai Kalipah, ada pula nama Nyai Kundi yang dipercaya sebagai orang pertama yang mengenalkan gerabah. Bedanya, Nyai Kundi berasal dari Desa Gunden yang berada nggak jauh dari Desa Klipoh.
Jejak perempuan pengrajin gerabah di Desa Klipoh nggak lepas dari peran Nyai Kalipah. (JP/Stefanus Ajie)
Selain menjadi cikal nama Desa Gunden, nama Nyai Kundi pun diserap menjadi julukan bagi seorang pengrajin gerabah yaitu kundi. Namun berbeda dengan Desa Klipoh yang masih banyak ditemukan pengrajin gerabah, di Desa Gunden sudah nggak ada warga yang menjadi pengrajin gerabah.
Meski berbeda versi, baik Nyai Kalipah maupun Nyai Kundi tentu dapat membuatmu sadar bahwa kerajinan gerabah sudah ada sejak zaman lampau. Nah, sudah sepatutnya kamu turut melestarikannya bukan? (IB10/E03)