BerandaTradisinesia
Sabtu, 31 Agu 2018 14:30

"Bada Perlon", Iduladha Khas Anak Putu

Trah Bonokeling, masyarakat adat Islam kejawen. (beritagar.id)

Namanya "Bada Perlon", Hari Raya Iduladha-nya Anak Putu Bonokeling di Banyumas. Penasaran?

Inibaru.id – Siapa bilang Hari Raya Iduladha sudah rampung tanggal 22 Agustus lalu? Di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Anak Putu Banokeling baru merayakannya pada 30 Agustus kemarin seperti yang dilansir dari Merdeka.com (30/8/18).

Anak putu Bonokeling merupakan sebutan bagi para pengikut ajaran Kyai Bonokeling. Trah Bonokeling menyebut Iduladha sebagai Bada Perlon atau Perlon Besar. Hal ini dikarenakan penanggalan yang mereka gunakan nggak sama dengan penanggalan nasional, Millens. Mereka memakai kalender khusus yang disebut Aboge (alif rebo wage).

Nah, berdasarkan kalender Aboge ini, Bada Perlon atau Perlon Besar jatuh pada hari Kamis pasaran Pahing, tanggal 17 bulan Besar atau Aji. Lalu bagaimana ya ritual Bada Perlon ini?

Ritual Bada Perlon

Prosesi pertama adalah penyembelihan hewan kurban. Setelah dipotong, daging akan dibersihkan di sungai yang mengalir di sekitar Makam Bonokeling.

Para lelaki Anak Putu punya tanggung jawab masing-masing dalam penyembelihan. Ada yang bertugas membersihkan daging, mempersiapkan kayu bakar, tungku, dan peralatan memasak lainnya. Kompak, kan?

Anak Putu Bonokeling sedang bergotong royong mengolah hewan kurban. (mongabay.co.id)

Setelah daging bersih, giliran para anak putu Perempuan atau pawestri nih yang memasak. Makanan yang disiapkan berupa tumpeng dan ambengan. Ambengan adalah bungkusan khusus berisi nasi dan lauk pauk khas Jawa.

Prosesi ketiga adalah bekten. Para anak putu yang berkurban dan memberi tumpeng berkunjung ke makam Kyai Bonokeling. Mereka juga membersihkan kubur dan berdoa di makam Kyai Gunung. Makam ini terletak di komplek yang sama dengan Makam Bonokeling.

Setelah itu, slametan atau doa bersama dilaksanakan. Nggak ketinggalan juga santap bersama untuk menikmati hidangan hewan kurban yang telah dimasak pawestri. Masyarakat lain di luar trah Bonokeling juga dapat bagian daging kurban, lo.

Asal Mula Anak Putu Bonokeling

Nggak banyak yang tahu jati diri Kyai Bonokeling. Latar belakangnya hanya diketahui pengikut yang sudah sepuh. Pengetahuan ini hanya diturunkan ke pegikutnya. Konon, Bonokeling merupakan seorang patih kerajaan.

Ada syarat untuk menjadi anak putu Bonokening, yaitu punya garis keturunan trah ini dan sudah berusia 17 tahun. Kesetiaanya akan dinilai berdasarkan partisipasi dalam setiap ritual adat. Jika tidak punya garis keturunan, ia harus melaksanakan masa ujian selama tiga tahun.

Ajaran Bonokeling mengajarkan kebaikan pada pengikutnya. Trah Bonokeling menghormati dan menjunjung tinggi wanita. Karena para pawestri menghasilkan keturunan anak cucu pengikut Bonokeling. Sehingga wanita selalu didahulukan dan dimuliakan dalam setiap ritual adat. 

Para Pawestri merupakan perwujudan ibu bumi. (goodnewsfromindonesia.id)

Wah, makin kagum dengan keragaman budaya di Indonesia deh. Gimana menurutmu, Millens? (MG13/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: