BerandaKulinary
Minggu, 21 Sep 2024 14:00

Puli Kotokan, Kuliner Langka yang Jadi Favorit Murid Sunan Kudus

Puli yang disiram kuah kotokan semakin nikmat disantap di pagi hari

Hanya terdiri atas puli dan kotokan, tapi kuliner langka yang dulu jadi favorit murid Sunan Kudus harus kamu buru saat berkunjung ke Kota Kretek.

Inibaru.id - Mengeksplorasi kuliner legendaris di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, seakan nggak ada habisnya. Ada menu yang masih mudah ditemukan di pelbagai tempat. Namun, nggak sedikit penganan yang mulai langka dan hanya bisa dinikmati pada momen-momen tertentu; salah satunya Puli Kotokan.

Saat ini, makanan zadul yang berasal dari Desa Janggalan biasanya hanya bisa kita jumpai pada acara-acara resmi kudusan seperti Buka Luwur dan Bodo Puli (ruwahan). Selain momen tersebut, sudah terbilang sulit bagi kita untuk mencicipi puli kotokan.

Maka, sungguh saya merasa beruntung menemukan makanan yang konon sangat disukai Mbah Jenggolo, murid Sunan Kudus tersebut pada daftar menu sebuah tempat makan di pusat kota baru-baru ini. Tanpa pikir panjang, saya pun segera memesannya.

Tempat makan ini hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari Alun-Alun Kudus, tepatnya di Jalan Ganesa, Kelurahan Purwosari. Namanya Warung Raos Eco. Di sini, puli kotokan menjadi menu andalan bersanding dengan nasi kuning, nasi uduk, sop, dan gudangan.

Dijual di Depan Menara

Sepasang suami bernama Yanto da Emida mempertahankan ekonomi melalui kuliner judul bernama Puli Kotokan khas Kudus

Untuk yang belum tahu, puli adalah nasi yang dihaluskan hingga menjadi adonan padat seperti getuk. Di Jawa Tengah, sumber karbohidrat yang juga acap disebut gendar ini berfungsi sebagai pengganti nasi atau lontong. Sementara, kotokan adalah lodeh tahu bersantan yang bercita rasa gurih-pedas.

Yanto, pengelola Warung Raos Eco mengatakan, dahulu lapak puli kotokan banyak berdiri di depan Masjid Al-Aqsha Menara Kudus, Kelurahan Kauman. Mereka berjualan sejak Subuh, sengaja menyasar jemaah yang mencari sarapan sepulang salat atau mengaji di tempat yang dibangun Sunan Kudus itu.

“Dulu, setelah mengaji, orang-orang biasanya pulang nyangking (menjinjing) puli kotokan, beli di depan Menara (Masjid Menara) untuk sarapan,” ujarnya sembari melayani pesanan saya. "Tapi sudah nggak ada (yang jualan di Menara) kayaknya. Anak muda sekarang bahkan belum tentu tahu."

Yanto mengklaim, untuk menemukan puli kotokan yang sama dengan yang dijual waktu itu, orang bisa datang ke tempatnya. Resepnya mirip, penyajiannya juga sama, sama-sama beralaskan daun pisang. Seporsi puli kotokan terdiri atas beberapa potong puli yang diguyur sayur kotokan hingga "banjir".

Proses yang Sulit

Cara penyajian puli kotokan di atas piring yg dialasi daun pisang lalu disir kuah kotokan tahu

Yanto mengungkapkan, puli kotokan menjadi "barang langka" sekarang ini karena proses bikinnya cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama, terutama untuk pembuatan puli yang merupakan bahan utama dari kuliner murah meriah tersebut.

"Untuk bikin puli, beras dimasak dulu satu jam. Setelah itu, nasi diberi air dan garam, lalu ditumbuk hingga halus. Proses ini cukup lama," terangnya. "Sedangkan untuk kotokan berbahan tahu dan santan."

Proses yang lumayan lama ini menurut saya memang nggak sebanding dengan harganya yang cukup ramah di kantong. Yanto mengatakan, seporsi puli kotokan dibanderol Rp6.000 saja. Biasanya, warungnya akan kebanjiran pesanan saat Syakban, yang bisa menghabiskan 20-30 kilogram puli.

“(Banyak pesanan) pas malam Nisfu Syakban atau Ruwah, untuk orang-orang hajatan, karena (puli kotokan) sudah jadi tradisi orang Kudus Kulon,” pungkasnya.

Selain kondimennya yang khas, menurut saya yang paling menarik dari kuliner legendaris ini adalah cara penyajiannya, mulai dari gimana puli dipotong memakai benang hingga piring sajinya yang selalu beralaskan daun pisang. Kalau ke Kudus, pokoknya kamu harus coba! (Alfia Ainun Nikmah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: