Inibaru.id - Festival Rai Dluwang 2024 baru akan digelar akhir Oktober mendatang, tapi Komunitas Omah Alas Kandri di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, telah mulai bersiap, salah satunya dengan menggarap topeng berbagai karakter.
Seniman Omah Alas Ivan Panjul mengatakan, pihaknya menargetkan ada seribu topeng pada festival yang rencananya akan digelar pada 27 Oktober tersebut. Topeng-topeng ini dibuat dengan teknik moulding atau pencetakan.
"(Bahan) pembuatan topeng ini dari kertas, untuk mengurangi limbah kayu. Selain itu, bahan ini juga lebih fleksibel, bisa untuk beberapa model," ungkap Ivan di kediamannya belum lama ini. "Karena itu namanya (Festival) Rai Dluwang; rai itu muka, dluwang berarti kertas."
Lelaki murah senyum ini mengatakan, keberadaan topeng-topeng ini sangatlah penting, karenanya harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Nantinya, seribu topeng kertas dalam berbagai ekspresi itu akan digunakan saat pementasan seni tari.
Mendekati Momen Pilkada
Secara keseluruhan, Ivan mengungkapkan, bakal ada 20 karakter yang dia ciptakan. Topeng-topeng ini akan menampilkan ekspresi yang beragam, mulai dari menangis hingga tertawa. Menurutnya, ini menjadi semacam kritik untuk orang-orang yang bakal mengikuti kontestasi Pilkada tahun ini.
"Rai Dluwang juga bentuk kritik; karena mendekati momen Pilkada ini bakal ada banyak orang yang berpura-pura. Mereka memainkan karakter seperti tengah bertopeng; menampilkan mimik wajah yang lucu, pembohong, sedih, senang, dan lain-lain. Nah, ini adalah sindiran untuk mereka," jelasnya."
Dalam pertunjukan tersebut, Omah Alas akan melibatkan para pelaku seni tari dari Desa Kandri. Pengelola Omah Alas Muhammad Nur Husain mengatakan, seniman Kandri ini akan berkolaborasi dengan Sanggar Mendut untuk menampilkan tarian-tarian modern.
"Di festial itu, ada sesi menari bersama menggunakan Tari Kecu hasil ciptaan Omah Alas," tutur lelaki yang biasa disapa Saddam tersebut. "Dalam bahasa Jawa, kecu berarti licik atau pembohong. Ini semacam kritik; untuk mendapatkan sesuatu berupa kertas, kita harus kecu dulu."
Dana Pribadi
Saat ditemui Inibaru.id, Saddam tengah membuat mold atau cetakan topeng. Ada puluhan karakter yang tengah dibuatnya. Cetakan ini dibuat dari semen dan pasir. Nantinya, agar kertas nggak menempel saat dicetak, mold dicat terlebih dahulu menggunakan cat minyak.
"Untuk produksi topeng, kami sepenuhnya mengandalkan dana pribadi. Kami juga konsep sendiri secara swadaya, sudah mulai sejak akhir Agustus lalu. Targetnya sampai akhir September ini," terangnya.
Saat ini, proses pembuatan topeng tengah memasuki tahap moulding. Saddam mengatakan, Omah Alas akan membutuhkan kertas bekas yang cukup banyak. Karenanya, bagi masyarakat yang memiliki limbah kertas, dia akan dengan senang hati menerimanya.
"Masyarakat bisa mendukung kami dengan memberikan limbah kertas; Sampah (mereka) berkurang, acara (Festival Rai Dluwang) berjalan dengan lancar," pungkasnya.
Nah, buat kamu yang punya limbah kertas dan tinggal di sekitar Semarang, boleh banget memberikannya ke Omah Alas ya, Millens! (Danny Adriadhi Utama/E03)