Inibaru.id - Indonesia punya banyak kuliner tradisional unik. Tapi yang satu ini benar-benar di luar dugaan yaitu ampo, camilan khas Jawa berbahan dasar tanah liat. Ya, tanah sungguhan dan itu bukan lelucon.
Ampo sudah lama dikenal masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur, khususnya di Tuban. Kudapan ini bahkan dipercaya telah dikonsumsi sejak masa Kerajaan Mataram, sebagai solusi ekstrem kala paceklik melanda dan hasil panen gagal total. Di wilayah Yogyakarta, ampo biasa dibuat dari tanah di sekitar Gunung Merapi yang disebut-sebut mengandung banyak mineral.
Yang mengejutkan, ampo kini juga jadi sorotan global. Taste Atlas, situs kurator kuliner dunia, baru saja memasukkan ampo ke dalam daftar kudapan tradisional Indonesia.
"Ada dua tipe ampo: satu yang dibuat untuk dikonsumsi, dan lainnya digunakan untuk memasak guna mengurangi rasa pahit pada bahan-bahan seperti daun pepaya, tidak dimakan tetapi hanya direbus bersama," tulis Taste Atlas dalam unggahannya di Instagram.
Unggahan ini langsung viral. Videonya sudah ditonton lebih dari 219 ribu kali dan memicu reaksi beragam dari netizen dunia. Banyak yang tercengang, bahkan mempertanyakan keamanan camilan ini.
"Aku bingung. Apakah itu tanah yang kotor? Mereka benar-benar memasak dan memakannya? Aku tidak bermaksud menyinggung siapapun tetapi apakah tubuh bisa mencernanya?" tulis seorang netizen.
"Sepertinya camilan ini hanya untuk pasien pica!" komentar lainnya, menyebut gangguan makan yang membuat orang mengonsumsi benda tak lazim seperti kertas atau tanah.
Meski begitu, ada juga netizen dari Jerman yang membela. Dia menyebut praktik serupa ada di negaranya, dikenal dengan nama Heilerde atau tanah penyembuh.
Secara medis, WebMD juga mencatat bahwa tanah liat memang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Kandungannya dipercaya bisa membantu mengatasi gangguan pencernaan, detoksifikasi tubuh, hingga meredakan mulut yang sakit.
Jadi, ampo mungkin tampak nyeleneh di mata dunia, tapi bagi masyarakat Jawa, kudapan ini adalah bagian dari sejarah panjang bertahan hidup dan budaya lokal yang patut dihargai. Gimana, kamu sudah pernah mencicipi ampo, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05)
