BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 21 Agu 2025 13:01

Rutinitas Lintas Maha Muria; Bikin Papan Penanda hingga Punguti Sampah saat Tektokan

Keseruan komunitas Lintas Maha Muria saat mendaki Puncak Watu Payon Gunung Muria. (Dok Lintas Maha Muria)

Berdiri pada awal 2024, komunitas pencinta alam Lintas Maha Muria yang memfokuskan diri pada kelestarian lingkungan di kawasan Muria ini telah rutin menggelar berbagai kegiatan, mulai dari bikin papan penanda di puncak gunung dan tektokan sembari memunguti sampah di jalur pendakian.

Inibaru.id - Keranjingan mengulik konten pendakian di medsos setelah berhasil tektokan atau naik-turun gunung tanpa menginap beberapa waktu lalu secara nggak sengaja mempertemukanku dengan Komunitas Lintas Maha Muria.

Aku menemukan akun Lintas Maha Muria di Tiktok setelah menonton satu video pendek tentang pendakian mereka, yang didominasi anak muda, menuju puncak Muria, gunung bertipe stratovolcano yang berlokasi di tiga kabupaten yakni Pati, Jepara, Kudus; yang belum lama ini juga berhasil kutaklukkan.

Terpantik oleh rasa penasaran, aku pun mengajak mereka bertemu. Bukan di pos pendakian, tapi kopdar di tempat yang lebih "datar". Kami sempat mencoba bersemuka langsung, tapi karena kesibukan masing-masing, akhirnya diputuskan untuk bersua via suara saja.

Aku sedang mengeluk punggung di sofa sebuah kafe kecil di sisi utara Kabupaten Pati dengan semangkuk es ketan ber-topping dua scoop es krim di meja ketika admin komunitas itu menghubungiku via panggilan WhatsApp. Obrolan pun mengalir santai dan hangat, dengan sesekali dihiasi gelak tawa.

Bikin Papan Penanda Puncak Muria

Informasi pertama yang aku dapatkan cukup menarik, yakni tentang plakat penanda di titik-titik tertinggi di Gunung Muria yang ternyata merupakan buah karya mereka. Menurutku, hal tersebut menarik karena siapa pun yang berhasil mendaki puncak gunung ini pasti akan berfoto dengan penanda itu. Kok kepikiran?

Saat mencapai Puncak Songolikur (Puncak 29), aku sempat melihat karya mereka, berupa tiga plakat penanda yang terdiri atas kutipan kocak, keterangan nama, dan ketinggian. Plakat ini masih terlihat baru, karena Lintas Maha Muria memang baru setahun berdiri.

Plakat yang ada di Puncak Songolikur Gunung Muria yang sering jadi spot foto para pendaki. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Wayon Sikiber, admin komunitas yang kuwawancarai mengatakan, Lintas Maha Muria berdiri pada awal 2024. Kendati demikian, jangkauan mereka rupanya nggak kaleng-kaleng. Meski dengan embel-embel "Muria", anggota mereka nggak hanya berasal dari Pati, Kudus, dan Jepara, lo!

"Selain dari Pati, Jepara, dan Kudus, ada pula anggota dari Rembang, Blora, Demak, dan Semarang," tutur lelaki kelahiran 2004 tersebut. "Kami lebih ke sukarelawan saja; bikin papan penanda, terus dipasang bareng-bareng (di puncak)."

Tektok dan Bersih Gunung

Memasang papan penanda diakui Wayon sebagai agenda awal Lintas Maha Muria. Pemasangan perdana dilakukan di Puncak Argo Jembangan, lalu berlanjut ke Puncak Tanggulangsi, Puncak Watu Payon, Puncak Tunggangan, dan sejumlah puncak lainnya.

Jadi, buat kamu yang pernah berfoto di puncak Muria perlatar papan penanda tersebut, yaknilah bahwa semua itu merupakan hasil kerja keras komunitas ini ya, Gez!

Sebagaimana umumnya komunitas pendaki, selain memasang plakat, agenda rutin yang dilakukan Lintas Maha Muria saat ini adalah melakukan pendakian singkat alias tektokan. Namun, nggak sekadar naik-turun gunung, Wayon mengungkapkan, mereka juga memunguti sampah selama di jalur pendakian itu.

"Kami ada fun tektok sambil bersih gunung. Bareng-bareng mendaki sembari memunguti sampah dan membawanya turun," ujar lelaki asli Pati tersebut.

Sederhana, tapi Berdampak

Para pendaki terlihat kompak mengenakan kaos official Lintas Maha Muria. (Dok Lintas Maha Muria)

Di jalur pendakian memang selalu saja ada sampah berserakan yang dibuang oleh para pendaki yang nggak bertanggung jawab. Maka, meski mungkin terlihat sederhana, menurutku apa yang dilakukan Lintas Maha Muria ini punya dampak yang luar biasa besar untuk lingkungan di sekitar Gunung Muria.

Aku acap merasa miris melihat jalur pendakian yang dipenuhi sampah. Kenapa harus meninggalkan sampah? Menikmati alam tanpa mencintai lingkungan sungguh nggak masuk akal bagiku. Apakah seberat itu membawa sampah milik kita kembali ke bawah?

Inilah mengapa menurutku komunitas ini menarik untuk kuulik lebih detail. Memang begitulah seharusnya pencinta alam bersikap. Sebagaimana harapan Wayon dan kawan-kawannya di komunitas ini, aku berharap Lintas Maha Muria mempunyai lebih banyak anggota ke depannya.

"Harapan kami tentu saja lebih banyak orang yang join atau support kegiatan rutin kami, ya. Kami ada kaus ofisial yang bisa dibeli, yang nanti otomatis menjadi anggota resmi Lintas Maha Muria," tandas Wayon diiringi tawa sebelum mengakhiri sambungan telepon.

Dari hasil obrolan tersebut, aku menyadari satu hal, bahwa seorang pendaki memiliki tanggung jawab sosial untuk memudahkan pendaki lain. Aksi yang dilakukan nggak harus besar. Jika nggak bisa memunguti sampah seperti Lintas Maha Muria, minimal kita nggak turut mengotorinya. Akur? (Rizki Arganingsih/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: