BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 9 Jan 2023 18:36

Muda Bersuara: Kampus Harus Bebas dari Kekerasan Seksual!

Muda Bersuara bersama Jaringan Muda Setara menuntut kampus bebas dari kekerasan seksual pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2021 (Instagram/_mudabersuara).

Tiga tahun berdiri, gerakan kolektif Muda Bersuara istikamah berjuang untuk membebaskan kampus dari segala bentuk kekerasan seksual.

Inibaru.id - Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah Tardi pernah mengungkapkan, perguruan tinggi menempati posisi teratas untuk kekerasan berbasis gender di lingkungan pendidikan. Selama 2015-2021, tercatat ada 67 kasus; dengan 87,91 persen (35 kasus) di antaranya kekerasan seksual.

Artinya, hingga kini kampus belum menjadi tempat yang aman dan nyaman, nggak terkecuali di Kota Semarang. Inilah yang mendasari Dewi Avivah mendirikan Muda Bersuara, sebuah gerakan kolektif yang fokus bergerak untuk mendampingi korban kekerasan seksual di perguruan tinggi.

"Kami ada karena kampus belum mampu menjadi tempat yang aman (dari kekerasan seksual)," ungkap lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo tersebut saat ditemui Inibaru.id, belum lama ini. "Bahkan, di UIN yang berbasis Islam pun nggak ada jaminan bebas dari kasus kekerasan seksual."

Tuduhan Dewi tidaklah mengada-ada. Perempuan asal Mojokerto ini mengaku acap nggak kuasa menahan rasa sedihnya saat ada mahasiswa UIN Walisongo yang mengadu padanya. Dewi juga pernah sampai muntah lantaran nggak kuat mendengarkan cerita pilu dari para korban.

"Sekarang mungkin sudah lebih dari sepuluh orang yang ngadu ke saya. Itu belum termasuk korban yang mengadu ke Mbak Hilya (rekannya)," ungkap Dewi.

Desak Kampus Ciptakan Ruang Aman

Potret Muda Bersuara saat terlibat aktif dalam memperingati Internasional Women Day tahun 2020 (Instagram @_mudabersuara).

Sejak berdiri tiga tahun yang lalu, Dewi mengatakan, Muda Bersuara memiliki agenda utama mendesak perguruan tinggi, khususnya UIN Walisongo, untuk menciptakan ruang aman bagi korban kekerasan seksual. Menurutnya, kampus sudah punya pedomannya, tinggal diimplementasikan.

"Perguruan tinggi berbasis Islam punya Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri/Swasta (PTKIN/S). Saya bolak-balik ke Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), kasih masukan agar segera menerapkan pedoman yang diterbitkan oleh Direktur Jendral (Dirjen) Pendidikan Islam (Pendis) Nomor 5494 Tahun 2019 ini," kata Dewi.

Menurutnya, pedoman PTKIN/S harus segera diterapkan PSGA dengan membentuk ruang aman serta melakukan sosialisasi ke seluruh elemen masyarakat kampus, terutama para mahasiswa yang baru saja menginjakkan kaki di kampus.

"PSGA harus memberikan edukasi terkait jenis-jenis kekerasan seksual serta cara pelaporannya, misalnya pada acara pengenalan kampus untuk mahasiswa baru," imbuhnya. "Jangan sampai PSGA tidak memiliki rasa empati pada korban."

'Kurikulum' Antikekerasan Seksual 

Muda Bersuara sedang menyelenggarakan Sekolah Perempuan untuk Pembebasan dan Kemanusiaan (Instagram/_mudabersuara).

Dewi menambahkan, selain melakukan pengenalan dan edukasi kepada mahasiswa baru, pedoman itu juga ada baiknya di-breakdown hingga menjadi semacam kurikulum antikekerasan seksual di kampus UIN Walisongo, agar seluruh lini di lingkungan kampus memahami persoalan kekerasan seksual ini.

"Semasa kuliah S1, sebetulnya ada pelajaran Ilmu Kesetaraan Gender, tapi bukan mata kuliah wajib. Padahal, mata ini bisa untuk kampanye terkait kekerasan seksual di kampus juga," terang Dewi.

Mantan mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam ini berharap, keberadaan Muda Bersuara bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan ruang aman di lingkungan perguruan tinggi. Dia nggak pengin lagi mendengar ada yang menjadi korban kekerasan seksual di kampus.

"Gerakan kolektif ini dibangun atas dasar keresahan dan kesadaran. Kami ingin kampus memiliki tempat pengaduan yang berpihak pada korban," tandas perempuan yang mendirikan Muda Bersuara bersama Alhiyatuz Zakiyah tersebut.

Benar kata Dewi; perguruan tinggi memang sudah semestinya terbebas dari kekerasan apa pun. Kampus juga sudah seharusnya menjadi ruang aman dan peduli terhadap nasib para korban kekerasan seksual. Sepakat, Millens? (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024