Inibaru.id - Seingat saya, kali terakhir bermain dolanan tradisional anak adalah saat saya masih duduk di bangku sekolah menengah. Itu lama sekali, sampai-sampai saya lupa gimana cara memainkannya. Namun, Komunitas Kampoeng Hompimpa berhasil membuat saya bernostalgia.
Beberapa hari lalu, komunitas pencinta dan pelestari dolanan anak ini menyambangi sebuah TK di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Nggak hanya anak-anak yang menyambut gembira, saya yang sengaja janjian dengan mereka di tempat tersebut pun nggak kalah antusias.
Satu per satu anggota komunitas yang didominasi anak muda itu mengeluarkan berbagai permainan. Ada bakiak, engrang bambu, engklek, lompat tali, dan banyak lagi. Sementara para bocil memandang peralatan dolanan tradisional itu dengan penuh tanda tanya, ingatan saya pun segera melesat jauh ke tahun-tahun saat saya memainkannya bareng teman-teman di tanah lapang.
Perlu kamu tahu, sebagian besar permainan tradisional yang populer hingga 1990-an memang dimainkan di tanah lapang karena melibatkan banyak orang. Biasanya, dolanan tradisional ini mulai dimainkan menjelang sore hingga matahari terbenam.
Memperkenalkan dan Mengajari
Nggak butuh waktu lama bagi saya dan guru-guru untuk membaur bersama para siswa, memainkan dolanan tradisional tersebut hingga menjelang siang. Para penggawa Kampoeng Hompimpa pun dengan suka cita menjelaskan cara bermain dan aturan yang berlaku.
Nur Muhammad Sidiq, salah seorang penggawa Kampoeng Hompimpa mengatakan, menyambangi sekolah memang menjadi salah satu program mereka, yang diberi nama Hompimpa ke Sekolah (HKS). Selain sekolah, mereka juga menyambangi ke kampus atau ruang publik di Semarang.
"Kami ke sekolah, kampus, dan lain-lain. Tujuannya memperkenalkan kembali dolanan tradisional dan mengajari aturan mainnya," terang Sidiq. "Kami juga kolaborasi dengan instansi serta buka lapak di car free day (CFD) Simpanglima tiap dua pekan sekali."
Oya, sejak awal berdiri, Kampoeng Hompimpa telah menjadikan kelestarian permainan tradisional sebagai tujuan utama mereka. Menurut saya, niat mereka sangatlah menarik, mengingat sebagian besar anak sekarang terlalu akrab dengan gawai dan permainan berbasis teknologi internet.
Bisa saya lihat betapa girangnya anak-anak menjajal berbagai dolanan yang didatangkan Kampoeng Hompimpa di TK tersebut. Hal serupa juga diungkapkan Sidiq. Di mana pun mereka memperkenalkan permainan zadul ini, sambutan orang selalu meriah, terutama anak-anak.
“Reaksi mereka bermacam-macam, tapi secara umum biasanya anak-anak merasa senang dan tertarik,” terangnya.
Selalu Disambut Baik
Nggak hanya anak, menurut Sidiq, bermain adalah kegiatan yang disukai oleh siapa saja, nggak peduli anak maupun orang dewasa. Oleh karena itu, kehadiran Komunitas Kampoeng Hompimpa di mana pun bakal selalu disambut baik.
“Seringkali justru para orang tua yang tertarik duluan saat melihat kami. Mereka awalnya mencoba peralatan, lalu menunjukkannya kepada anak,” cerita Sidiq saat menggambarkan hal yang sering terjadi kala dirinya membuka lapak di CFD Simpanglima Semarang.
Hm, no debat sih! Jika mau jujur, kita semua memang butuh rehat sejenak dari rutinitas, lalu melakukan kegiatan yang menyenangkan, kan? Nah, kembali memainkan dolanan anak ini, selain mengobati kerinduan masa kecil juga bisa jadi alternatif stress releasing kita, lo!
Puas memainkan berbagai dolanan anak seperti lompat tali, bakiak, engklek, dan gobak sodor, saya pun melipir sejenak dari kerumunan. Dari kejauhan, masih riuh terdengar keseruan anak-anak dengan permainan tradisional mereka.
Saya pun berpikir, andai berbagai dolanan itu bisa kembali populer di tengah masyarakat, ketakutan para orang tua melihat anak-anak mereka yang kecanduan gim daring atau enggan berinteraksi karena sibuk dengan gawai mungkin akan sirna.
Siapa Saja Boleh Gabung
Sebagai orang tua, Komunitas Kampoeng Hompimpa telah memenangkan hati saya. Menyenangkan sekali bisa melihat sekelompok anak muda yang dengan gigih mencoba kembali membangkitkan eksistensi dolanan tradisional di tengah era yang serba AI ini. Ha-ha.
Menjelang siang, kunjungan komunitas itu ke sekolah pun berakhir. Anak-anak tampak kecewa, tapi sepertinya mereka bakal punya cerita menarik untuk dibawa ke rumah; bahkan bisa jadi langsung mempraktikkan dolanan tradisional itu bersama keluarga atau teman bermain mereka.
Sebelum pulang, saya sempat bertanya, siapa saja yang boleh menjadi anggota Kampoeng Hompimpa? Sidiq dengan cepat menyahut, siapa pun boleh! Nggak ada batasan usia atau ketentuan khusus yang diperlukan.
“Bisa langsung DM Instagram kami dan gabung di WAG Sobat Hompimpa. Nanti secara langsung bisa bergabung di kegiatan-kegiatan Hompimpa Semarang,” ujar laki-laki penyuka permainan gobak sodor itu.
Nah, kalau kamu pengin bernostalgia serta mengenalkan permainan tradisional ke buah hati atau kerabat, jangan ragu untuk menghubungi akun Instagram mereka di @hompimpa.smg! Atau, kamu juga bisa ketemu langsung dengan mereka di CFD Simpanglima.
So, tunggu apa lagi? Silakan bergabung dengan mereka lalu bikin story: "Inilah keseruan yang cuma dimiliki anak 90-an!" Ha-ha. (Siti Khatijah/E03)