Inibaru.id - Tepat di salah satu sudut perempatan jalan di Kecamatan Genuk, Kota Semarang, selembar spanduk bertuliskan "Pojok Warna" terbentang. Spanduk itu ditempel di langit-langit bagian depan rumah Ge Haryanto, seniman Semarang yang tinggal di Jalan Kiai H Zainuddin Raya No 41.
Selain spanduk, halaman muka rumah bercat putih dan biru itu juga dihiasi sejumlah lukisan potret wajah tokoh politik dan ulama terkemuka Tanah Air seperti KH Maimoen Zubair, Jenderal Moeldoko, dan Presiden ke-1 RI Ir Sukarno.
Rumah itu merupakan sekretariat Komunitas Pojok Warna. Sejak didirikan pada Juli 2022, Ge sengaja menjadikan rumahnya sebagai markas komunitas untuk bertukar ilmu sesama perupa dari berbagai aliran di Kota Semarang tersebut.
"Di sini sementara sebagai sekretariat saja, Kami belum buka kelas lukis karena terkendala tempat," ujar Ge kepada Inibaru.id belum lama ini. "Tapi, anggota lain ada yang buka kelas di Ungaran."
Berawal dari Grup Daring
Ge mengungkapkan, pembentukan Pojok Warna berawal dari dorongan kawan-kawan sesama pelukis di grup daring untuk membuat komunitas luring. Komunitas itu kemudian didirikan pada Juli 2022.
"Kami pilih nama (Pojok Warna) ini karena gampang dan mudah diingat saja. Kami nggak mau seperti kebanyakan komunitas yang namanya pakai bahasa Inggris," tutur Ge saat menjelaskan alasan pemilihan nama komunitasnya tersebut.
Keberadaan Pojok Warna, lanjutnya, adalah untuk menjadi ruang bagi para para pekerja seni. Menurut bapak tiga anak tersebut, visi ini memungkinkan para anggota komunitas mendapatkan support system yang baik.
"Kami sesama pelukis ingin saling dukung saja, karena energi teman-teman dalam berkarya itu kan beda-beda. Intinya kami ingin sama-sama berkembang," ungkapnya.
Sejak didirikan setahun silam, Pojok Warna konsisten menyelenggarakan berbagai kegiatan kolektif seperti diskusi, melukis bareng, hingga membuat pameran. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk membimbing para pelukis yang belum punya jam terbang.
"Tahun ini target kami adalah menyelenggarakan pameran sebanyak tiga kali dalam setahun. Syukur-syukur kalau karya kami diminati orang lain. Saya yakin para pelukis akan merasakan hal itu sebagai bentuk apresiasi," tuturnya.
Ge sadar bahwa mempertahankan komunitas lebih susah dari membuatnya. Namun, dia menaruh asa yang cukup besar pada Pojok Warna, sembari berharap Kota Semarang akan kembali melahirkan pelukis-pelukis kenamaan sebagaimana sebelum-sebelumnya.
"Semarang itu nenek moyangnya seni rupa Indonesia. Pelukis paling terkenal, Raden Saleh Bustaman, itu orang Semarang," pungkasnya.
Semoga keberadaan Pojok Warna mampu terus menjadi naungan yang kokoh untuk para perupa muda dan pelukis yang baru belajar mengepakkan sayap ya, Millens! (Fitroh Nurikhsan/E03)