BerandaIndie Mania
Jumat, 13 Jun 2019 18:00

Ketika Puisi Menyapa Masyarakat dari Rentangan Tali Jemuran

Sigit Susanto (merah), turun langsung untuk mengajak pengunjung untuk membaca puisi. (Inibaru.id/ Audrian F)

Puisi dinilai masih memiliki jarak dengan masyarakat umum. Karya sastra ini hanya dinikmati dan ditulis oleh kalangan pencinta sastra atau akademisi. Menggunakan konsep jemuran puisi, Komunitas Lereng Medini (KLM) berupaya menjemput masyarakat untuk lebih dekat dengan puisi.

Inibaru.id - Puisi dan masyarakat mungkin sangat erat berkaitan. Pasalnya, para penyair bisa menyampaikan kepedihan yang dialami masyarakat melalui puisi. Tapi meskipun begitu, puisi masih dianggap barang "asing". Barangkali mereka menganggap puisi hanya milik para pegiat sastra atau akademisi.

Nah, biar puisi lebih membumi, Komunitas Lereng Medini (KLM) berusaha mengenalkan dan membawa puisi lebih dekat dengan masyarakat melalui Syawalan Jemuran Puisi di Jalan Raya Bebegan, Boja, Kabupaten Kendal, Selasa (11/6) lalu. Konsep jemuran puisi ini dipakai supaya relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Heri Candrasantosa, penggerak Komunitas Lereng Medini (KLM) mengaku awalnya dia merasa minder karena mungkin orang-orang nggak berminat menyaksikan stand jemuran puisi. Menurutnya, puisi masihlah barang asing di mata masyarakat umum. Namun, di saat yang bersamaan perkataan Heri tersebut terbantahkan.

Baca juga: Dari Boja Sigit Susanto Bawa Sastra Susuri Dunia

Orang-orang yang ramai menyesaki Jalan Bebengan rela mampir, mengabadikan momen baca puisi bahkan ikut membaca puisi. Ternyata "barang asing" ini menarik. Pengunjung yang notabene masyarakat awam puisi menjejali lokasi acara.

“Saya cukup senang malam ini. Kemenangan terbesar sastra adalah mampu menarik perhatian masyarakat luas. Nggak hanya orang-orang sastra saja,” ujar Heri yang juga telah menerbitkan esai Perjumpaan: Santiago, Martin dan Boja pada tahun 2015.

Dari bermacam penuturan masyarakat yang hadir, sebagian memandang kalau membaca puisi seperti ini sungguh sesuatu yang menarik. Seperti yang diungkapkan Hanifa seorang pelajar SMA 1 Boja. Perempuan 15 tahun ini cukup percaya diri membacakan puisi di hadapan di khalayak ramai. “Saya sudah pernah membaca puisi di sekolah. Sekarang mau coba baca di depan orang-orang umum,” katanya.

Hanifa nggak malu-malu membacakan puisi di depan khalayak umum. (Inibaru.id/ Audrian F)

Begitupula dengan Dewi yang secara mendadak diajak membaca puisi oleh Sigit Susanto, salah satu penyair yang juga inisiator jemuran puisi ini. “Saya terkejut tiba-tiba disuruh baca puisi. Jadi malu saya. Tapi senang lah, soalnya saya juga baru kali ini membaca puisi,” ucap ibu 29 tahun ini. Saking girangnya, Dewi menjadikan momen tersebut sebagai status di akun Facebook-nya.

Baca juga:
Ihwal 'Jemuran Puisi': Dibawa dari Danau Zug, Dijemur di Lereng Medini
Keseruan Jemuran Puisi di Tengah Momen Perayaan Syawalan

Namun berbeda dengan Ahmad Sumardi, warga asli Boja yang sedang bersama keluarganya menikmati keramaian syawalan Boja. Dia lebih spontan dalam menyaksikan jemuran puisi ini. Tapi meski begitu, dia tampak serius mengabadikan momen baca puisi melalui gawainya. “Saya nggak terlalu tahu puisi. Tapi bagus saja yang baca. Jadi saya pengin ngrekam,” akunya.

Sementara itu, Sigit Susanto mengatakan kalau memang sasarannya adalah masyarakat yang masih awam. “Kalau di masyarakat awam perubahannya akan dahsyat. Antara suka dan tidak suka. Itulah mengapa mereka selalu kami tuju.”

Wah, nggak nyangka ya, Millens, masyarakat awam bakal memberi respon semeriah itu. Kalau kamu suka puisi juga kan? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: