BerandaHits
Sabtu, 27 Jan 2023 17:05

Tunggon dan Solusi yang Belum Terealisasi

Tradisi Tunggon disinyalir menyebabkan pernikahan dini. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Meskipun sudah jelas-jelas melanggar hak anak, praktik Tunggon di Wonogiri belum sepenuhnya bisa diberantas. Pemerintah agaknya masih terbata-bata dalam membangun fasilitas sekolah lanjutan tingkat atas agar anak-anak ini melanjutkan pendidikan. Pasalnya, warga nggak cuma butuh sosialisasi bahwa praktik tersebut nggak baik, tapi juga solusi.

Inibaru.id – Di Karangtengah, Wonogiri, ada tradisi yang dianggap sebagai biang keladi pernikahan anak. Namanya Tunggon. Yap, di sini seorang laki-laki datang menunggui calon istrinya hingga nanti siap menikah.

Masa menunggui ini bermacam-macam. Bisa bulanan, bisa juga bertahun-tahun. Salah seorang warga Karangtengah yang dulu melakukan praktik Tunggon adalah Wakiman.

Dia dan istri saat itu dijodohkan orang tua. Dia bercerita bahwa zaman dulu nggak ada anak yang berani menentang keinginan orang tua. Namun sekarang, umumnya yang masih melakukan Tunggon karena jatuh cinta. Jadi, si anak sendiri yang meminta kepada orang tuanya untuk melakukan Tunggon.

Hal ini seperti yang terjadi pada cucu Wakiman. Gadis belia yang baru lulus SMP itu mengaku siap untuk ditunggui kekasihnya yang berusia 22 tahun. Wakiman mengaku nggak bisa berbuat banyak selain menyetujui keinginan cucunya. Pasalnya, keluarga mereka kesulitan jika harus melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA yang letaknya lumayan jauh.

Meskipun begitu, dia setuju jika pemerintah hendak melarang praktik Tunggon. “Kalau pemerintah mau melarang Tunggon, saya mendukungnya. Memang sudah tidak zamannya lagi seperti itu. Jangan ada lagi anak di bawah umur menjalani Tunggon,” tandas dia sebagaimana dikutip dari Detik (28/8/2022).

Akses Pendidikan Sulit

Banyak siswa SMP nggak bisa melanjutkan ke SMA karena terlalu jauh. (etik/Dian Utoro Aji)

Banyaknya anak yang nggak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga akhirnya memilih menikah, diakui Wakiman karena di desanya nggak tersedia sekolah lanjutan.

Bayangkan, untuk menuju SMA atau SMK, warga harus menuju Baturetno yang berjarak 20 km. Ini bukanlah jarak yang dekat.

“Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor lulusan SMP tidak melanjutkan sekolah. Persentase yang melanjutkan ke SMA atau SMK apalagi ke perguruan tinggi sangat rendah. Sebagian bekerja seadaanya, membantu orang tua di ladang. Kalau bekerja di sektor formal kan butuh keahlian khusus,” ungkap Camat Karangtengah Tri Wiyatmoko.

Untuk itu, pihaknya mengusulkan agar di kecamatan tersebut dibangun SMA atau sekolah sederajat.

Belum Terealisasi

Hingga 2023, pembangunan sekolah lanjutan tingkat atas belum terlaksana. Adapun SMA dan SMK terdekat berada di Kecamatan Baturetno yang berjarak 20 meter.

Alhasil, banyak anak dari Kecamatan Karangtengah yang mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat SMP atau sederajat. Duh, padahal akses pendidikan ini juga sangat penting untuk memutus rantai praktik tunggon ya, Millens?

Menanggapi hal itu, Bupati Wonogiri Joko 'Jekek' Sutopo mengatakan, otoritas pendirian SMA/SMK nggak hanya di tangan pemerintah daerah.

Menurutnya, otoritas yang paling menentukan justru ada pada pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Begitu ujar Bupati Jekek melansir Suara Merdeka (11/1/2023).

Kompleks juga ya permasalahan Tunggon ini. Padahal jika praktik ini bisa dihilangkan, hak anak untuk mendapatkan pendidikan dapat terpenuhi dan angka stunting karena minimnya informasi gizi bisa ditekan. (Siti Zumrokhatun/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: