BerandaHits
Selasa, 12 Mar 2018 16:25

Menakar Posisi Dangdut di Indonesia

Sang raja dangdut, Rhoma Irama memopulerkan dangdut pada era 1970-an. (Scoopnest.com)

Sebagai musik yang diklaim asli Indonesia, dangdut nggak sepi penikmat. Setiap tahun, musik dangdut semakin berkembang untuk memuaskan penikmatnya.

Inibaru.id – Dangdut menjadi salah satu musik yang memiliki banyak penggemar. Musik yang disebut-sebut asli Indonesia ini mampu bersaing dengan genre musik lain seperti jazz dan pop di tengah era millennials saat ini. Berbagai inovasi dangdut pun diciptakan agar musik ini tetap eksis di Tanah Air.

Sejak diperkenalkan Rhoma Irama sekitar 1970-an, musik dangdut mengalami perkembangan. Genre musik baru hasil perkawinan antara Melayu, India, dan Arab ini mengalami berbagai inovasi di setiap lini.

Pada awal kemunculannya, dangdut identik dengan kendang yang merupakan alat utama musik ini. Istilah dangdut pun berasal dari onomathopea bunyi kendang yakni “dang” dan “dut”. Tabuhan tabla (kendang India) berpadu dengan seruling dan alat musik lain mampu membuai pendengarnya agar turut berjoget dan berdendang.

Pengamat musik dangdut Mohammad Muttaqin mengungkapkan, dangdut memiliki sejumlah alat musik yang bisa dimainkan di dalamnya, mulai dari kendang, saksofon, melody, gitar, bass, seruling. Namun begitu, imbuhnya, nggak semua alat musik itu menjadi ciri khas permainan musik dangdut.

Baca juga:
Perlukah Memandang Dangdut dengan Sebelah Mata?
Tren Joget Koplo Ala Temon Holic

"Yang paling utama itu ya kendang,” ungkap Muttaqin.

Agar nggak terkesan monoton, beberapa pemusik dangdut juga membuat pelbagai variasi, khususnya dalam memainkan "senjata" utama mereka, yakni kendang. Inovasi instrumen dangdut paling kentara datang dari Slamet Rudi Hartono atau yang dikenal dengan Cak Met.

Umumnya kendang yang digunakan dalam dangdut hanya berjumlah dua buah tabla. Namun, Cak Met memakai sembilan kendang untuk memainkan musik dangdut versinya. Konon, inilah yang menjadi awal berkembangnya istilah dangdut koplo.

Penambahan alat musik dan perkembangan teknik memainkan kendang membuat dangdut semakin berwarna. Beragam jenis dangdut pun muncul, semisal dangdut jaipong, dangdut disko, dan dangdut rock.

Goyangan

Selain tabuhan kendang, dangdut juga dikenal dan digemari lantaran goyangan para penyanyinya yang selalu khas. Pada era 2000-an, sejumlah penyanyi dangdut memiliki goyangan spesial yang menjadi ciri khusus penampilannya. Beberapa sosok fenomenal kala itu adalah Inul Daratista dengan "goyang ngebor"-nya dan Anisa Bahar dengan "goyang patah-patah"-nya yang melegenda.

Kemunculan goyangan itu, kata Muttaqin, merupakan sesuatu yang baru. Menurutnya, para penyanyi pendahulu mereka nggak terlalu menonjolkan goyangannya.

Baca juga:
Geliat Dangdut Koplo di Tangan Via Vallen dan Nella Kharisma
Kalah Taruhan, Raja Salman Tepati Janji Bikin Stadion Sepak Bola untuk Irak

“Pedangdut dulu itu nggak banyak goyang. Paling tangan saja yang goyang," kata dia, "Kalau sekarang, penyanyi punya goyang khas.”

Muttaqin mengungkapkan, ini juga merupakan inovasi dari sang penari, yang ditujukan agar para penonton nggak bosan dengan kemasan dangdut yang ada. Berbagai perubahan pada jaga dangdut itu sejatinya hanyalah bumbu agar dangdut terasa lebih segar bagi para penggemarnya.

Dengan cara apapun, dangdut tetaplah akan menjadi salah satu musik khas Indonesia. Sebagai musik yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, tentu sudah benar kalau dangdut kita lestarikan. Dangdut is a music of my country, huh(IF/GIL)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024