BerandaHits
Kamis, 31 Mei 2023 11:00

Penjelasan PP Muhammadiyah tentang Kehebohan Istilah Kristen Muhammadiyah

Acara bedah buku yang membuat istilah Kristen Muhammadiyah viral dan bikin heboh. (Muhammadiyah.or.id)

Gara-gara sebuah acara bedah buku, terkuak istilah Kristen Muhammadiyah yang bikin heboh banyak orang. PP Muhammadiyah pun sampai mengeluarkan penjelasan untuk meluruskan kekeliruan pemahaman banyak orang.

Inibaru.id – Masyarakat Indonesia belakangan ini dihebohkan dengan kemunculan istilah Kristen Muhammadiyah (KrisMuha). Istilah ini muncul gara-gara acara bedah buku berjudul Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan yang digelar Kemendikbudristek pada Senin (22/5/2023).

Buku tersebut adalah hasil dari penelitian yang dilakukan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dan Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah Fajar Riza Ulhaq.

Istilah Kristen Muhammadiyah ini pun langsung bikin heboh masyarakat. Ada yang menyebutnya sebagai sinkretisme alias pencampuran dua agama yang berbeda. Tapi, menurut Abdul Mu’ti, hal itu nggak benar. Dia pun meluruskan kekeliruan pemahaman tersebut dan memastikan bahwa hal itu bukan penggabungan akidah Islam dengan Kristen/Katolik.

“Begini, itu hanya gambaran para pemeluk agama Kristen/Katolik yang bersimpati serta merasa punya kedekatan dengan Muhammadiyah,” ucapnya sebagaimana dilansir dari Muhammadiyah.or.id, Senin (29/5/2023)

Dia pun memastikan bahwa orang-orang yang disebut sebagai KrisMuha bukan anggota resmi Muhammadiyah. Mereka juga tetap memegang teguh keyakinannya sebagai pemeluk agama Kristen/Katolik dan menjalankan ajaran agamanya.

“Mereka bukan anggota Muhammadiyah. Jadi Kristen Muhammadiyah bukan mencampuradukkan ajaran Kristen/Katolik dengan Islam,” lanjutnya.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti. (Muhammadiyah.or.id)

Kalau memang beda keyakinan, kok sampai ada orang Kristen/Katolik mau jadi simpatisan Muhammadiyah? Mu’ti menyebutkan bahwa orang-orang tersebut banyak berinteraksi dengan orang-orang Muhammadiyah sehingga mengenal ajarannya. Ada juga yang belajar di sekolah atau lembaga pendidikan Muhammadiyah. Nah, ternyata, mereka merasa cocok dengan ajaran yang menekankan pentingnya kerukunan antar-umat beragama serta mengedepankan persatuan bangsa.

FYI, aja nih, Millens, di daerah-daerah terpencil atau tempat di mana Islam adalah agama minoritas, memang sudah cukup banyak sekolah atau lembaga pendidikan Muhammadiyah. Nah, di tempat-tempat itulah, fenomena orang-orang Kristen Muhammadiyah bisa ditemukan. Hal ini diungkap dalam buku hasil penelitian Mu’ti.

Daerah-daerah yang dimaksud adalah Ende di Nusa Tenggara Timur (NTT), Putussibau di Kalimantan Barat (Kalbar), dan Serui di Papua.

Meski judulnya kontroversial, buku yang sebenarnya sudah pernah terbit pada 2009 lalu itu ternyata mendapatkan sambutan positif dari banyak pemuka agama. Salah satunya adalah Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom. Menurutnya, hasil penelitian pada buku tersebut justru bisa membuat kerukunan umat beragama semakin kuat.

“Saya kira hasil riset ini justru mencerahkan dan bisa membangun kerukunan serta kerja sama antar-umat,” ungkap Gomar, Senin (29/5).

Sudah clear, ya, Millens, penjelasan tentang Kristen Muhammadiyah? Tenang, itu bukan campuran dua agama sebagaimana yang dihebohkan di media sosial. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal 4 Budaya Kota Semarang yang Kini Berstatus Warisan Budaya Takbenda

21 Nov 2024

Memahami Perempuan Korea di Buku 'Bukannya Aku Nggak Mau Menikah' Karya Lee Joo Yoon

21 Nov 2024

AI Bikin Cerita Nyaris Sempurna, Tapi Nggak Mampu Bikin Pembaca Terhanyut

21 Nov 2024

Dilema Membawa Anak ke Tempat Kerja

21 Nov 2024

La Nina Masih Berlanjut, BMKG Minta Kita Makin Waspada Bencana Alam

21 Nov 2024

Kematian Bayi dan Balita: Indikator Kesehatan Masyarakat Perlu Perhatian Serius

21 Nov 2024

Ketua KPK Setyo Budiyanto: OTT Pintu untuk Ungkap Korupsi Besar

22 Nov 2024

Menelisik Rencana Prabowo Pengin Indonesia Hentikan Impor Beras Mulai 2025

22 Nov 2024

Meriung di Panggung Ki Djaswadi, sang Maestro Kentrung dari Pati

22 Nov 2024

Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Itulah Prinsip Wabi-Sabi

22 Nov 2024

Mencegah Kecelakaan Maut di Turunan Silayur, Ngaliyan, Semarang Terulang

22 Nov 2024

Apa Alasan Orang Jepang Tidur di Lantai?

22 Nov 2024

Rute Baru Semarang-Pontianak Resmi Dibuka di Bandara Ahmad Yani Semarang

22 Nov 2024

Bagaimana Sebaiknya Dunia Pariwisata Menghadapi Kebijakan PPN 12 Persen?

23 Nov 2024

Asal Mula Penamaan Cepogo di Boyolali, Terkait Peralatan Dapur

23 Nov 2024

Mengapa Warna Bangunan di Santorini Dominan Putih dan Biru?

23 Nov 2024

Kekerasan pada Perempuan; Siapa yang Salah?

23 Nov 2024

Wejangan Raden Alas: Warga Blangu, Sragen Dilarang Beristri Dua

23 Nov 2024

Alokasi Ditambah, Serapan Pupuk Bersubsidi di Jawa Tengah Capai 60,23 Persen

23 Nov 2024

Menguak Sejarah dan Alasan Penamaan Tulungagung

24 Nov 2024