Inibaru.id – Soetinah kini hanya bisa tergolek lemah di atas ranjang. Dia terlihat seperti nenek-nenek renta pada umumnya. Wajar karena usianya sudah mencapai 93 tahun. Tapi, siapa sangka, di balik tubuh yang terlihat sudah tidak berdaya tersebut, tersimpan kenangan perjuangan luar biasa. Yap, Soetinah dulu ikut berjuang melawan penjajah.
Setiap kali diminta untuk bercerita tentang perjuangannya, bara api di mata Soetinah langsung menyala. Dia nggak akan pernah bosan menceritakannya. Perannya nggak main-main, dia pernah menjadi perawat hingga mata-mata!
Dilansir dari Kompas (16/8/2022), Soetinah mulai aktif di dunia adu senjata saat usianya 17 tahun. Pada 1946, Indonesia memang sudah merdeka. Tapi, pihak Belanda dan sekutunya masih berusaha untuk merebut kembali Tanah Air agar menjadi jajahannya. Saat itulah, dia berperan sebagai perawat yang mengobati para pejuang yang terluka di medan perang.
“Saat muda, saya membantu para gerilyawan yang melawan pendudukan tentara kolonial Belanda,” ucap Soetinah di rumahnya yang ada di Jalan Kanguru III Nomor 2B, Gayamsari, Kota Semarang, Selasa (16/9/2022).
Dia nggak asal terjun sebagai perawat. Sebelumnya, dia mendapatkan pelatihan mental serta fisik di RS Purwodadi. Setelah itu, di bawah pimpinan dr. Roberto Hadi, dia ikut masuk ke hutan-hutan untuk melakukan tugasnya.
Nggak terhitung berapa pejuang yang telah dia tolong. Dalam sehari, dia bisa menemukan tiga pejuang yang tertembak. Biar nggak ikut jadi sasaran peluru, Soetinah dan rekan-rekannya pun seringkali menembus gelapnya malam di hutan. Dia juga nggak bergerak di satu wilayah saja. Soetinah mengaku sudah menjelajahi Demak, Gubug, Purwodadi, Grobogan, Kudus, Juwana, sampai jauh ke Lasem.
“Tugas saya membersihkan luka tembak. Setelah itu, saya bawa para pejuang ke dokter untuk ditangani lebih jauh,” ungkapnya.
Dikutip dari Suara, Kamis (11/8/2022), setelah dua tahun berjuang di medan perang, pada 1948, Soetinah ditempatkan di CPM Datesemen III Purwodadi. Di sana, dia diminta sebagai mata-mata untuk mengecek apa saja yang terjadi di wilayah yang sudah dikuasai Belanda. Berkat kemampuannya dalam menjalankan tugas dengan baik, Indonesia pun akhirnya berhasil mempertahankan kemerdekaan.
Untuk menghargai jasanya, Soetinah diganjar penghargaan Satya Lencana Karya Satya Tingkat III oleh Presiden Soeharto. Soetinah juga menjadi satu dari hanya 5 perempuan yang mendapatkan Bintang Legiun Veteran.
“Saya dapat rumah oleh Pak Harto. Saya juga bisa bekerja di Sekretariat Kantor Gubernur Jateng,” ungkapnya.
Semoga saja Soetinah diberi kesehatan dan umur panjang demi menikmati Indonesia yang lebih maju, ya, Millens. (Arie Widodo/E05)