BerandaHits
Senin, 13 Mar 2022 17:11

Kabar Baik, Semut Mampu Deteksi Sel Kanker

Semut terlatih dapat mendeteksi sel kanker. (iStockphoto via Liputan6)

Kanker merupakan penyakit paling mematikan yang hingga kini belum ada obatnya. Meski begitu, deteksi dini dapat meningkatkan peluang sembuh pasien. Baru-baru ini, peneliti menemukan semut dapat mendeteksi sel kanker dengan cepat.

Inibaru.id – Apa yang kamu pikirkan tentang semut? Serangga yang doyan mengerubungi makanan manis dan sesekali menggigit manusia? Bagi sebagian orang, semut mungkin cuma serangga pengganggu. Tapi tahu nggak kalau semut yang terlatih ternyata bisa efektif mendeteksi kanker pada manusia?

Spesies semut tertentu bisa dilatih dengan cepat untuk mendeteksi sel kanker, berdasarkan studi yang dilakukan tim peneliti di Perancis.

Ternyata, pendeteksian ini sama akuratnya dengan hewan lain berkemampuan bio-deteksi seperti anjing, lo. Tahu sendiri kan kalau indera penciuman anjing memang sudah teruji untuk mendeteksi berbagai macam hal seperti obat-obatan dan bahan peledak.

Sebelum semut, peneliti tengah mempelajari kemampuan anjing yang dapat mengendus penyakit termasuk kanker, malaria, dan Covid-19. Tapi, melatih dan memelihara anjing pendeteksi bukanlah pekerjaan yang cepat atau murah.

Waktu yang dibutuhkan bisa sampai satu tahun untuk melatih anjing sehingga peneliti melirik hewan lain seperti tikus, lebah madu, dan belalang.

Mengapa semut bisa deteksi sel kanker

Kalau mengutip New Atlas, Jumat (11/3/2022) studi terbaru tentang kemampuan semut deteksi kanker ini, kemudian mencoba mengekplorasi kelayakan pelatihan pada spesies semut Formica fusca, Millens. Sebelumnya, semut bisa menjadi rumah bagi senyawa organik volatil (VOC) tertentu. Penelitian lain juga menemukan jenis kanker dapat diidentifikasi oleh VOC unik mereka sendiri. Jadi berangkat dari temuan tersebut, peneliti pun menyelidiki apakah semut bisa dilatih untuk mendeteksi sel kanker.

Dibanding anjing, kemampuan semut dalam mendeteksi sel kanker lebih efisien. (iStockphoto via Liputan6)

Tes pendahuluan ini difokuskan pada dua jenis sel kanker payudara, keduanya dengan profil VOC yang berbeda. Siapa sangka, hanya dalam tiga percobaan pelatihan, para peneliti mampu secara efektif melatih semut mengendus seperti anjing untuk membedakan mana sel kanker dan non-kanker dengan akurasi yang sama dengan yang terlihat dalam penelitian terbaru menggunakan anjing.

"Semut dengan demikian setara dengan anjing dalam hal kemampuan deteksi," tulis para peneliti.

Yang mengesankan juga ditemukan bahwa dalam beberapa hal, semut mampu melampaui anjing karena mereka hanya membutuhkan waktu pelatihan yang sangat singkat, yakni 30 menit. Sementara, pelatihan anjing bisa berlangsung 6 hingga 12 bulan. Wih, beda jauh ya?

"Protokol pengkondisian sederhana kami dapat diterapkan oleh semua orang setelah waktu pelatihan sekitar 3 hari," papar peneliti.

Karena itu, peneliti pun berhipotesis bahwa semut dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi sel kanker hingga sembilan kali sebelum respon terkondisi mereka mulai hilang. Nggak berlebihan jika hewan kecil ini bisa menjadi alat pendeteksi kanker yang lebih efisien dan hemat biaya dibandingkan dengan hewan atau organisme lain yang digunakan untuk tujuan serupa.

“Pendekatan kami berpotensi dapat disesuaikan dengan berbagai tugas semut dalam mendeteksi bau kompleks lainnya termasuk deteksi narkotika, bahan peledak, makanan basi, atau penyakit lain (malaria, infeksi, diabetes misalnya),” tambah peneliti.

Namun berhubung studi semut deteksi kanker ini masih demonstrasi awal dari bukti konsep, jadi masih banyak hal yang perlu diselesaikan sebelum hewan ini benar-benar dimanfaatkan untuk mendeteksi apa pun di dunia nyata.

Wah, semoga semut memang bisa digunakan untuk mendeteksi sel kanker sehingga banyak nyawa yang bisa diselamatkan ya, Millens? (Kom/IB21/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024