BerandaHits
Senin, 29 Jun 2025 14:29

Di Pertigaan Karangrejo Kota Semarang, Langkah Kaki Ribut Waidi Abadi

Patung Ribut Waidi di Pertigaan Karangrejo Kota Semarang. (Google Street View)

Delapan tahun membela Mahesa Jenar, Ribut Waidi berhasil membawa tim kebanggaan Kota Semarang jadi juara Liga Perserikatan 1987. Di Pertigaan Karangrejo, Jatingaleh patungnya dibangun sebagai penghormatan.

Inibaru.id - Sekitar beberapa bulan yang lalu, seorang perempuan muda melakukan tes Bahasa Inggris untuk keperluan melanjutkan jenjang pendidikan di luar negeri. Tatkala saya melihat nama di KTP-nya saat melakukan registrasi, terlihat nama yang sangat akrab bagi warga Kota Semarang, yaitu Ribut Waidi.

Tanpa pikir panjang, saya bertanya apakah dia adalah anak Ribut Waidi. Dengan sedikit berbisik, dia mengakuinya, khawatir jika sejumlah teman kuliahnya yang kebanyakan dari luar kota menyadari kalau dia punya orang tua yang sangat terkenal di Kota Atlas.

"Sejak masuk SD sampai kuliah, periksa kesehatan di puskesmas, atau sekadar bikin SKCK, semua petugasnya pasti mengajukan pertanyaan yang sama kayak yang mas ajukan tadi. Aku sendiri cuma tahu bapak dulu pemain sepak bola dan pernah dipanggil Timnas Indonesia, tapi masih nggak menyangka bapak seterkenal itu," ucapnya yang nggak mau disebut namanya kala itu.

Saya pun sampai bertanya apakah dia tahu kalau ada patung ayahnya di Pertigaan Karangrejo, Jatingaleh, dia mengiyakan dengan sedikit tertawa.

"Nggak semua anak bisa melihat ayahnya sampai dibikinin patung oleh negara, bukan?," katanya.

Melegenda di Semarang dan Tim Nasional

Nama Ribut Waidi melegenda karena selain membawa PSIS Semarang juara perserikatan, juga menyabet medali emas SEA Games 1987. (X/fim_mifta)

Generasi terkini penggemar PSIS Semarang barangkali lebih mengenal nama-nama legenda seperti Tugiyo, Ali Sunan, hingga Emmanuel de Porras. Tapi, nggak ada satu pun dari mereka yang barangkali mendapatkan penghargaan seperti Ribut Waidi yang sampai dibuatkan patung di salah satu jalan paling ramai di Kota Semarang. Tapi, jika kita menilik sepak terjang Ribut Waidi tatkala jadi pemain, hal ini sebenarnya wajar.

Lahir pada 5 Desember 1962, Ribut Waidi menjalani karier junior di PS Sukun Kudus dan PS Kuda Laut Pertamina sebelum hijrah ke PSIS Semarang sejak 1984. Delapan tahun membela Mahesa Jenar, Ribut Waidi membawa tim kebanggaan Kota Semarang jadi juara Liga Perserikatan 1987. Dia bahkan dinobatkan jadi pemain terbaik pada kompetisi musim tersebut.

Di tahun yang sama, namanya dielu-elukan seantero negeri. Gol semata wayangnya ke gawang Malaysia jadi penentu keberhasilan Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games 1987. Status legenda otomatis melekat kepadanya hingga akhir hayat sejak saat itu.

Lima tahun kemudian, Ribut Waidi pensiun dan sempat mengajar sepak bola di SMA N 7 Semarang sebelum bekerja di Depo Pengapon Pertamina. Pada 2012, di usianya yang baru menginjak 50 tahun, Ribut Waidi meninggal dunia. Sementara patung ini dibangun pada 2003. Bisa dibilang, ini adalah simbol cinta dan rasa terima kasih dari masyarakat Kota Semarang akan jasa-jasanya.

"Sayangnya, nggak ada satu pun dari kami, anak-anaknya, yang jadi pemain sepak bola," pungkas anak perempuannya.

Jadi, andai kamu melewati patung Ribut Waidi di pertigaan Karangrejo, Kota Semarang, kini tahu kan sehebat apa sepak terjangnya dulu saat masih aktif bermain, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: