BerandaHits
Minggu, 15 Jul 2023 16:13

ASEAN Queer Advocacy Week Kena Getah Pemberitaan Diskriminatif LGBT oleh Media

ASEAN Queer Advocacy Week atau pertemuan LGBT se-ASEAN batal digelar di Jakarta karena alasan keamanan. Sebagian pihak menilai hal ini menjadi buah pengabaian Pedoman Pemberitaan Isu Keberagaman oleh media online. (Ist)

Akibat pemberitaan yang dianggap kerap mendiskriminasi kaum LGBTIQ dengan pilihan diksi yang nggak tepat oleh media online, acara ASEAN Queer Advocacy terpaksa dipindahkan.

Inibaru.id - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) menyoroti pemberitaan media online terkait ASEAN Queer Advocacy Week yang dinilai diskriminatif dan mengamplifikasi narasi kebencian.

Dalam hasil pemantauan terhadap media daring, terungkap bahwa sejumlah media mengabaikan Pedoman Pemberitaan Isu Keberagaman dengan menggunakan kutipan narasumber yang berisi narasi kebencian dan ancaman.

Beberapa pemberitaan juga tidak mempertimbangkan prinsip Hak Asasi Manusia dan keberagaman gender serta lebih banyak memuat pernyataan dari otoritas resmi yang menyerukan sikap anti-LGBTIQ.

Dampaknya, penyelenggara ASEAN Queer Advocacy Week memutuskan untuk memindahkan lokasi acara yang semula di Jakarta karena menerima serangkaian ancaman keamanan dan keselamatan dari pihak anti-LGBTIQ.

Arus Pelangi, penyelenggara acara tersebut, menghadapi ancaman pembunuhan melalui media sosial dan serangan massal terhadap akun media sosial mereka. Akibatnya, identitas penyelenggara dan akun pribadi pegiat Arus Pelangi tersebar luas di media sosial.

Menurut beberapa pihak, beberapa pemberitaan tidak mempertimbangkan prinsip Hak Asasi Manusia dan keberagaman gender serta lebih banyak memuat pernyataan dari otoritas resmi yang menyerukan sikap anti-LGBTIQ. (via Radarlombok)

Sekretaris Jenderal AJI Indonesia, Ika Ningtyas menegaskan bahwa media online gagal memberikan ruang aman bagi kelompok gender minoritas dan seharusnya menghindari mengamplifikasi narasi kebencian.

Dia mendesak media massa untuk menulis berita yang inklusif terhadap kelompok minoritas LGBTIQ, menghormati keberagaman, dan menggunakan perspektif hak asasi manusia sesuai prinsip Deklarasi Universal HAM.

"Sebaliknya, media harus lebih kritis, menjunjung keberagaman dan menghormati bahwa setiap orang memiliki hak untuk berkumpul, menggelar rapat, dan berserikat yang diselenggarakan untuk maksud damai seperti yang dijamin oleh konstitusi," kata Ika Ningtyas.

Manajer Advokasi SEJUK, Tantowi Anwari menekankan bahwa jurnalis dan media massa harus mempelajari latar belakang peristiwa terkait isu keberagaman dan tidak memperkuat suara-suara yang mengajarkan kebencian. Perusahaan media massa juga harus mengakui HAM sebagai dasar kebijakan bisnis mereka dan menjaga prinsip anti-diskriminasi.

“Penting bertanggung jawab melalui pemberitaan yang tidak meminggirkan minoritas LGBTIQ yang berujung pada kekerasan dan persekusi,” ujar Thowik, panggilan akrab Tantowi Anwari.

Temuan dari pemantauan media massa oleh AJI, SEJUK, dan Arus Pelangi menunjukkan bahwa sejumlah media online cenderung diskriminatif terhadap kelompok LGBTIQ menjelang Pemilihan Umum 2024, yang berpotensi memperparah persekusi dan kekerasan terhadap LGBTIQ.

Selain itu, platform media sosial seperti Twitter juga masih menjadi ruang yang memperkuat narasi kebencian pada kelompok LGBTIQ menjelang ASEAN Queer Advocacy Week.

Aliansi Jurnalis Independen Indonesia dan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman menekankan perlunya platform media sosial menjadi lebih proaktif dalam mencegah penyebaran narasi kebencian yang mendiskriminasi kelompok rentan. Mereka menyerukan perubahan kebijakan moderasi konten yang lebih inklusif dan proaktif dalam melindungi kelompok rentan.

Hm, gimana menurutmu? Apakah media massa ikutan mendiskriminasi kelompok minoritas LGBT, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: